part 9 | kembali seperti semula.

1.3K 79 0
                                    

#Liliana#

"Huhh.., menjengkelkan!!", entah sudah berapa kali aku mendengus, di dalam mobil, sudahkah aku mengatakan Opa Markus datang jauh jauh dari wina, hanya untuk melihatku, masuk kantor Opa Mahendra, menggelikan, seakan aku ini anak umur empat tahun, yang akan masuk taman kanak kanak, nol kecil, hey umurku sudah hampir mencapai dua puluh lima tahun!!.

Aku melirik, Cristian, yang duduk manis di sampingku, yang di lirik hanya cuek bebek, asyik dengan ipednya, aku melipat kedua tanganku di depan dada, merajuk.

Semalam, aku bagai maling, masuk kerumah sendiri, mengendap endap, coba bayangkan Opa Markus ada di dalam rumah, menungguku!, seakan ingin memakanku hidup hidup, semalaman aku mendapatkan omelan, Cristian?, sampai di rumah dia hanya melenggang cuek masuk kedalam rumah, menuju kamar yang telah di sediakan pembantu rumah tangga Opa, yang menyebabkan aku ketahuan, dobel

Shit..!!.

"Silahkan keluar Tuan Putri!", kata Cristian, membukakan pintu untukku, sakin asyiknya melamun aku sampai tidak sadar, mobil kami telah sampai di depan lobby, perusahaan Opa, aku lihat kedua Opaku tersayang sudah ada di lobby menungguku keluar, beserta para karyawan berjejeran di depan pintu, mungkin menyambut kedatanganku, cucu perempuan satu satunya dari kedua Opaku ini, Mahendra Darmawan dan Markus Sean Danson, dua orang yang sangat terkenal namanya di dunia bisnies, karna kesuksesannya, di dalam dan di luar negri.

Kembali seperti semula, seperti di wina, di mana semua orang akan menghormatiku.

"Hemm..", deheman Cristian mengalihkan pandanganku dari para karyawan kearahnya, aku menatapnya, tajam, seakan mengatakan "apa maumu?", dia pun membalas tatapanku, juga mengatakan, "cepat Turun!!", aku mendengus, dan keluar dari tempat persembuyianku.

Semua mata memandangku, penasaran sekaligus tabjuk, aku dengan cueknya melangkah keara kedua Opaku tersayang, keduanya menyambutku dengan tersenyum manis dan mencium pipiku penuh sayang, aku membalasnya dengan senyuman manis, ciuman di kedua pipi mereka, dan pelukan sayang, memang kami, berangkat dengan mobil, masing masing.

"Selamat datang di Darmawan Company, Tuan Markus Sean Danson, dan Nona Rizah Liliana Danson", sapa seorang yang aku tahu bernama Surya Louis, salah satu pemegang saham di perusahaan Opa, yang aku dan Opa Markus, sambut dengan anggukan dan senyuman profesional, senyuman seadanya.

"Silahkan masuk..", katanya lagi.

Aku, Opa Mahendra, Opa Markus masuk beriringan, aku tepat di tengah keduanya, Cristian mengikuti kami dari belakang, semua karyawan yang kami lewati menunduk dan tersenyum hormat pada kami, "Cih.. senyuman palsu", makiku dalam hati, kami melangkah kesebua aula besar, yang telah di sediakan, perusahaan, untuk menyambut kedatanganku.

Aku duduk dengan tenang, mendengarkan khotba garatis, para Direksi, yang intinya mengatakan selamat datang dan bergabung di perusahaan.

Saat tiba giliranku, dengan angkuh, aku naik kearah podium, tidak lupa mengedipkan mataku, samar, pada kedua Opaku yang di sambut keduanya dengan menggeleng gelengkan kepalanya, tahu maksutku.

"Selamat pagi semua, kalian pasti sudah tahu siapa nama saya, jadi saya tidak perlu lagi menyebutkan siapa saya dan asal usul saya, saya tidak suka mengulur ulur waktu, jadi saya langsung pada intinya, saya tidak perlu penghormatan, atau senyum palsu kalian!!", memandang orang orang yang masi aku ingat dengan jelas mukanya kemarin, yang dengan tidak tahu malunya membicarakanku dengan bahasa mandarin, dengan dingin, wajah mereka satu persatu pucat pasih, tadi saat aku menginjakkan kakiku di Lobby, mereka kaget, tidak menyangka, kalau aku ini cucu dari pemegang saham tertinggi, sekaligus pemilik perusahaan yang mereka naungi, aku mengalihkan  pandanganku di mana  Mbak Mutia berada, sekertaris Opa,  melemparkan senyuman manis padanya, seakan  mengatakan "Bagai mana Mbak apa pembalasanku ini menyenangkan!", yang di balasnya dengan cekikikan tertahankan, dan secara tidak sengaja pandanganku bertubrukan, dengan mata tajam Mario, aku tersenyum separuh padanya, aku tidak peduli dengan pandangan para kepala Direksi, pemegang saham atau para karyawan yang memandangku dengan berbagai espresi.

"Yang saya butuhkan di sini, hanya kerja keras kalian, tidak peduli di bagian mana, anda di tempatkan, dan sekali kali saya, mengetahui di antara kalian, membuat kesalahan, saya tidak segan segan mengeluarkan, anda dari perusahaan ini, baik itu secara terhormat atau pun tidak, saya memang seorang perempuan!, tapi jangan sekali kali anda menganggap remeh saya, karna saya tidak segan segan bertindak, baiklah, sekian penyampaian saya, selamat bekerja sama, selamat pagi", akhirku turun dari fodium, melangkah keluar ruangan, di ikuti oleh Cristian.

"Wow.. sambutan yang luar biasa Nona..", ejek Cristian, padaku setelah kami cukup jauh dari Aula, yang aku balas dengan senyuman mengejek, yang di sambutnya dengan menggeleng gelengkan kepala, mereka memang telah mengetahui sifat ketusku ini.

****

Waktunya makan siang, aku sengaja memesan, makan siangku di antarkan langsung keruanganku, beserta makan siang kedua Opaku dan Cristian, aku menyuruh mereka berkumpul di ruanganku, makan siang, yang cukup luas, atau sangat luas mungkin, satu lantai hanya di khususkan ruanganku, beserta asisten dan sekertarisku, lagi pula aku malas keluar, malas di perhatikan oleh semua karyawan, yang akan aku lewati.

"Sambutan yang cukup menarik, cucuku!", kini Opa Markus, yang angkat bicara, di selah selah makan siang kami.

"Kau seakan, tidak tahu, siapa cucu kesayanganmu ini Markus...", Opa Mahendra yang angkat bicara, membelaku, yang aku sambut dengan tersenyum manis, di selah selah kunyahanku, Cristian yang melihatnya hanya memutar kedua bola matanya jengah, "Seperti biasa bermulut tajam, dan sinis", sambungnya sengkertaris, aku melotot tajam, padanya, sedangkan Opa Markus dan Opa Mahendra, tertawa terbahak bahak, skatmart, bukan rahasia lagi, kalau kami memang sering bertengkar.

****

Sekarang jam pulang kantor, dengan sangat terpaksa aku keluar dari persembunyianku, di ikuti oleh Cristian di belakanku, kedua Opaku mungkin sejak tadi sudah pulang kerumah dengan kendaraan masing masing, memang aku sengaja sedikit mengulur ulur waktu, aku malas menjadi pusat perhatian.

Memang dasar bukannya berkurang ini tambah banyak, aku memperhatikan Cristian, yang sedang menelfon supir kami agar segera ke Lobby untuk menjemput kami, pulang kerumah, aku mengedarkan pandanganku, dari arah belakang aku melihat Mario dan beberapa orang berjalan kearah kami, mungkin juga menunggu para supirnya untuk menjemput mereka, salah seorang dari mereka menatapku tajam, aku sedikit fameliar dengan tatapan itu, kacamata, dan paras tegasnya, ya ampun!!, banci semalam!!, dan laki laki yang bertubrukan denganku di Bandara, aku menepuk jidatku sekilas, mengapa semalam aku tidak menggunakan Istingku, padahal aku sedikit familiar dengan paras wajahnya, semoga dia tidak mengenaliku, tapi sayang, aku kenal dengan senyuman itu, senyuman yang artinya selamat berjumpa kembali, mengejek kah?, aku tidak tahu, dan aku sangat meruntuki perbuatanku semalam, kenapa aku menciumnya!!, saat aku bergulat dengan pikiranku, seorang tengah melingkarkan tangannya di pinggangku posesif, aku tahu perbuatan siapa ini, siapa lagi kalau bukan Cristian, "sejak kapan, Tuan putri kita ini, matanya jelalatan", bisiknya tepat di telingaku, aku rasa wajahku memanas, blusing, sial aku di kerjai olehnya, terbukti dia sudah tertawa terbahak bahak, memegang perutnya, karna berhasil mengerjaiku, aku menghentakkan kakiku kesal, lalu masuk kedalam Mobil, meninggalkannya, yang masi ngangkak.

Aku rasa pintu mobil di sampingku, di buka dan di tutup menandakan orang empunya telah duduk di sampingku.

"Dia Dion Raditia Sadewa, salah satu pemegang saham, tertinggi di peruaahaan ini, hampir sejajar dengan Opa, dia juga secara kebetulan menjadi, kelinci percobaan loh semalam", jelas Cristian, tampa aku minta, setelah mobil melaju meninggalkan perusahaan, inilah keistimewaan seorang Cristian, selain dia seorang bodyguat, dia juga seorang mata mata yang hebat, informasinya selalu tepat dan akurat.

Seketika mataku membulat, jadi benar, dan lebih parahnya lagi dia seorang, Dion Raditia Sadewa, ya ampun!, "Aku telah berurusan dengan seorang yang salah", runtukku dalam hati.

In The Game {Story 3}.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang