Sekali lagi aku memandang mereka bertiga dengan horor, dan segera berbalik, menelungkupkan kepalaku di meja, bersembunyi aku malu, melihat kekonyolan mereka.
Apa mereka tidak malu apa, dengan pakaian kebanggaan mereka masing masing, apalagi pandangan, aneh semua pengunjung Restoran, jika tahu begini aku akan menggunakan prifasi room, aku lupa kekonyolan mereka semua saat kami bertemu, mereka seakan lupa siapa diri mereka, yang sebenarnya!!.
Aku merasakan ketiganya memelukku dengan erat dari belakang, aku segerah mendongakkan kepalaku, nyengir pada ketiganya, dan mendesis, tajam.
"Kalian tidak pernah berubah!, selalu saja membuat ku malu, aku lupa kalau aku harus memotong urat maluku dulu sebelum berangkat kemari, menemui kalian!!, Oh.. Tuhan, aku kira setelah sekian lama kalian sudah berubah!!", tapi apa?, mereka bertiga hanya tertawa terbahak bahak, mendengar ceramah panjang lebarku, tidak peduli dengan sekitar.
"Kau juga tidak perna berubah sis', selalu saja mengomel, tidak jelas", kata Ayunda memukul pelan pundakku di iringi tawa ngangkak ke dua sahabat kami yang lain, siapa lagi kalau bukan si kembar Sesil dan Prisil, walaupun yang kembar hanya namanya saja.
Segera saja aku bangkit, menghampiri sala satu waites, meminta ruangan prifasi, waites itu pun menuntunku kesala satu bilik, kearah kanan, aku segerah menarik ketiganya, mengikuti waites, menuju ruangan yang lebih prifasi.
Setelah kami masuk kedalam prifasi room, memesan pesanan kami masing masing, dan waitesnya pergi, ketiganya nyengir lebar kearahku, karna sedari tadi aku ngomel ngomel, tidak lupa memandang mereka tajam satu persatu, tapi tak ayal aku tersenyum juga, merentangkan kedua tanganku dan segerah saja di sambut ketiganya dengan pelukan, kami berpelukan seperti teletubis, dan tertawa terbahak bahak, "kalian memang memalukan!!", kataku di selah tawaku.
"Hehe.. termaksud kamu karna kamu adalah bagian dari kami" timpal Ayunda dan segera kami angguki, setuju.
"Kamu tambah cantik, kebo!!", kata Sesil cemberut, melihatku dari atas sampai ke bawah.
Aku menggeleng gelengkan kepalaku, berkata "dan kamu kelihatan semakin centil dan sexy dengan rok kekurangan bahanmu itu!", yang di balas dengan cekikikan olehnya.
Aku mengalihkan pandanganku kearah Prisil, "Dan anda ibu kepala sekolah, di mana semua adab istiadat yang kamu ajarkan di sekolah!, tidak tahukah kamu?, semua orang tadi melihat kita dengan ilfil", tayaku dan mengalihkan pandanganku kearah Sisil dan Prisil bargantian.
"Hehe.. santai saja bu' CEO, aku sudah meyakinkan tadi semua murit muritku tidak ada yang membolos!!", katanya cuek yang aku balas dengan menggeleng gelengkan kepalaku, dasar.
"Bagaimana dengan keseharian kalian di sini", tanyaku lagi setelah kami duduk dengan tenang di tempat masing masing.
"Kenapa kalian terlambat!!, aku sampai kutuan menunggu kalian!!", tambahku mengomeli ketiganya, mengingat aku yang harus menunggu tadi, "Dan siapa yang meminta bertemu?".
"Salahkan saja ibu guru kita ini!, yang harus memarahi, wali salah seorang murid yang tergolong bandel, dan menyuruh kami berdua duduk di sofa kebesarannya di dalam ruangan kepala sekolah, untung orangnya tampan, kalau tidak, pasti aku sudah meninggalkannya, aku juga sampai kasihan, melihatnya di omeli, karna kelakuan keponakannya", jelas Sesil panjang lebar, di akhiri oleh pemujian dan rasah kasihan, dasar mata keranjang tidak bisa melihat yang bening bening, kami bertiga serempak menjitak kepalanya gemas, yang seketika itu membuatnya mengadu kesakitan, dan melotot, membuat kami bertiga tertawa terbahak bahak dan membuatnya cemberut.
Waites, yang datang membawa semua pesanan kami membuat Sesil, tidak jadi mancak mancak, protes karna aku, Ayunda, dan Prisil telah menjitak kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Game {Story 3}.
Dla nastolatkówIni Kisah hidup Liliana si gadis Milioneir dan Sahabat sahabatnya Ayunda seorang Ahli kecantikan yang jatuh hati pada seorang Brondong, seorang adik kelas yang selalu mengejar cintanya semasa SMA, Prisil seorang kepala sekola cantik, tapi sangat gal...