Chapter 8

7.3K 274 8
                                    

Jarak tercipta walau hanya beberapa, atmosfer ruangan bercet neon terasa sekali dinginnya. Menyentuh kulit, ditambah pula alternating current dengan suhu lumayan tinggi. Canggung, itulah yang dirasakan Bella. Ajakan Ryan malam itu terealisasikan juga. Pagi tadi dan malam ini acara sakral itu selesai diselenggarakan. Tanah lapang diperumahan tempat tinggal Bella yang disulap layaknya gedung pernikahan mewah menjadi saksi bahwa kedua insan itu telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Bella mengingat jelas pada malam dimana keluarga Ryan datang ke rumahnya. Setelah Bella menerimanya, laki-laki itu ngotot sekali ingin pernikahannya dipercepat.

"Saya dan Bella menerima perjodohan ini." Ryan berujar lantang dihadapan Mahendra serta kedua calon mertuanya.

Mahendra bernapas lega, dia berlirik ayah Bella yang apabila diperhatikan lebih lekat beliau jelas keberatan melepaskan putrinya yang masih sangat muda untuk menikah. Demi mendiang sang istri, ayah Bella harus merelakan putrinya. Perlu digarisbawahi ayah Bella sangat bucin pada masanya dan sekarang pun sepertinya masih.

"Gue serahin waktu dan tempatnya ke lo, Bar. Lo yang berhak tentuin." Ucap Mahendra.

Bargya nama ayah Bella, dia memijat pelipisnya. "Tapi—" belum selesai Bargya berkata Mahendra sudah menyela.

"Nggak usah dipikirin, ibu mereka pasti paham kok."

"Ini amanah, Mahen."

"Iya, gue paham. Nggak apa-apa lah ditunda sebentar. Gue tau lo masih nggak rela lepasin Bella, maka dari itu gue kasih waktu buat lo dan Bella. Puas-puasin dah tuh sebelum Bella benar-benar lepas dari lo." Ada rasa sedikit tak rela direlung hati bahwasanya Ryan Nathaniel Mahendra putra bungsu Mahendra dan Sarah Maretha akan melepaskan masa lajangnya dalam waktu dekat. Namun Mahendra sadar, waktu berputar pesat jikapun Ryan tidak dijodohkan suatu saat nanti Ryan pasti akan menikah. Tidak mungkin Ryan akan selamanya melajang. Nanti siapa yang akan meneruskan usahanya?!

Ditinggal istri dan anak, walau berbeda tempat tetap amat sangat menyedihkan. Bella, putri kecilnya kini telah beranjak dewasa. Bargya memang belum bisa menerima kenyataan bahwa Bella akan segera menikah. Tetapi Bargya tidak ingin mengecewakan mendiang bunda Bella. Bargya sangat mencintai Sandra Dewi.

"Pernikahan kalian akan dilaksanakan tiga bulan mendatang." Pernyataan Bargya membuat Ryan melotot tak terima.

"Loh, apa-apaan tiga bulan? Lama banget. Apa nggak bisa dicepetin? Besok misalnya?" Mahendra dan Rey menunduk malu karena ucapan Ryan.

"Yasudah, dua bulan tiga minggu."

"Buset, sama aja itu mah tiga bulan juga. Ayo dong om, nego nya yang benar aja."

"Dua bulan dua minggu lima hari?"

Ryan mengerang frustasi, "Apa bedanya? Aku tuh pengin besok? Apa nggak bisa?" Ryan sudah berkhayal bahwa esok pagi ialah hari bahagianya. Dimana dia dan Bella akan bersanding duduk dipelaminan bak pangeran dan permaisuri dikerajaan. Membayangkan bagaimana gagahnya seorang Ryan Nathaniel Mahendra berjalan di atas karpet merah hendak menjemput sang bidadari.

Mahendra memelototi Ryan, "Iel!" tegurnya.

Buyar sudah khayalan Ryan hanya karena waktu yang dimundurkan oleh sang calon mertua, bapak Bargya yang terhormat. Apa pantas Ryan membantah ayah dari calon istrinya? Ya jelas, sangat tidak pantas. Tapi ini demi berkelangsungan hidupnya. Ryan sudah tidak sabar ingin mempersunting Bella.

"Aaa ayo dong om, besok ya?" Ryan merengek layaknya bocil.

"Tidak."

"Ya, ampun."

Romance At The First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang