Chapter 9

7.4K 376 28
                                    

Hallo

Patah semangat terbesar bagi para penulis (Khususnya saya) ialah jumlah views dan vote beda jauh.

||||||||||||||||||||||||


Perjanjian konyol itu menyebabkan Ryan tak kunjung mendapatkan kembali rasa kantuknya. Ryan hanya berbaring menyamping memandang wajah cantik Bella. Cantik doang hobbi nya bikin cowok uring-uringan.

"Gue tau Bell, lo punya dendam kesumat sama gue. Tapi ya jangan kek gini juga lah, anjir. Bisa gila gue lama-lama."

Kalian tidak akan tahu bagaimana rasanya menjadi Ryan. Saat pertama kali melakukan, Ryan sudah kecanduan. Dia ingin merasakannya lagi, tentunya hanya bersama Bella. Berbulan-bulan puasa hingga waktunya berbuka perempuan itu malah melarangnya dengan perjanjian yang amat sangat merugikan baginya.

"Bell, ngomong napa? Jangan diem aja."

"Bell, ayo dong!" meski tahu bahwa Bella tidak akan menyahut, Ryan tetap merengek.

"Arghh," dia frustasi. Hasrat yang tak disalurkan itu sangat menyiksa, rasanya cenat-cenut tak karuan. Yang harus Ryan lakukan malam ini adalah... Memeluk Bella. Mendusel manja di dada Bella, suatu keberuntungan bagi Ryan karena Bella tidak memakai dalaman lagi.

💏

Pagi menjelang, alangkah terkejutnya Bella mendapati seorang laki-laki memeluknya dengan sangat erat. Bella baru ingat, ternyata dirinya sudah tidak lagi sendiri. Dia sudah menikah. Laki-laki ini ialah suaminya. Tak dapat disangka, di usia yang baru menginjak sembilan belas tahun dia sudah memiliki suami.

Wajah Ryan bersembunyi pada gumpalan daging empuk miliknya, pinggangnya dipeluk erat oleh lengan kekar sang suami hingga Bella merasa sangat sesak. Dan jangan lupakan, kaki Ryan yang menimpa kaki Bella. Bella benar-benar dijadikan guling bernyawa.

"Bangun, ih!"

"Aaa bangun, nggak bisa napas ini," alih-alih melepaskan Ryan justru semakin mempereratnya.

"Lepas dong, 'kan nggak lucu baru sehari nikah udah mati. Dikiranya mati gara-gara malam pertama entar, tau-taunya dikekepin suami."

Ryan terkekeh, sebelum Bella bangun dia sudah bangun terlebih dahulu. Ketika Bella bangun, dia pura-pura tertidur kembali. Bella yang mendengar kekehan Ryan lantas segera mendorongnya sekuat tenaga hingga suaminya tersungkur ke lantai. Untuk kedua kalinya pantat Ryan bertemu kangen dengan lantai setelah kejadian di rooftop.

"Aduh," laki-laki itu mengaduh kesakitan.

Tatapan memelas dia perlihatkan agar Bella luluh padanya, "Sakit, Bell."

Namun Bella tampak acuh, "Salah sendiri pura-pura tidur, engap tau dikekepin mana kenceng banget lagi."

"Maaf," laki-laki itu menunduk. Ryan tidak menyesal, bahkan dia senang dan ingin terus melakukannya.

"Mau jadi duda one day?" pupil mata Ryan membesar.

Ryan bangkit lalu duduk disamping Bella, "Jangan ngomong sembarang!" peringatnya.

"Gue belum icip-icip masa langsung ditinggalin?"

Bukankah sesi icip-icip sudah dilaksanakan, akang Iyan? Apa perlu author perjelas lagi?

Mencoba itu hanya satu kali, jika keterusan artinya situ kurang ajar.

"Derita situ," setelahnya perempuan itu bangkit menuju kamar mandi.

👉👌

Rutinitas Bella sebagai mahasiswa tetap harus dilaksanakan meskipun dia baru saja menyelenggarakan acara pernikahan. Bella tidak lagi mendapat izin cuti setelah mengambil cuti sebulan penuh. Papah mertua Bella selaku pemilik kampus generasi kedua, menawarinya agar beliau yang meminta pihak kampus –yang berhak memberi izin mahasiswa untuk memberi Bella izin namun dengan halus Bella menolak.

Romance At The First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang