Chapter 11

3.9K 133 8
                                    

yeorobun annyong, bertemu lagi dengan akang iyan setelah sekian tahun menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yeorobun annyong, bertemu lagi dengan akang iyan setelah sekian tahun menghilang. Hehe enggak, cuma setengah tahun doang ya, kan?

😎

Bagaimana pun keadaannya harus tetap disyukuri dan dijalani. Bella masih beruntung, setelah kejadian itu dia tidak dinyatakan hamil. Alat pendeteksi kehamilan menunjukkan hasil, keesokan harinya Bella mendatangi dokter kandungan dan menjelaskan apa yang dia alami dari telat datang bulan hingga berat badannya yang ikut menurun drastis. Semuanya terjadi karena Bella terlalu memikirkan kesalahannya yang berujung stress.

Lain hal-nya dengan Bella justru Ryan merasa kecewa, dia sangat mengharapkan hal itu terjadi. Namun ada baiknya Bella dan ibu mertuanya tidak hamil secara bersamaan, karena akan sangat lucu kalau Om atau Tante dan keponakan memiliki usia yang sama. Lagi pula mungkin juga ini cara Tuhan mendekatkan keduanya tanpa perantara anak.

"It's oke, Bell. Gue tau lo juga kecewa karena Tuhan belum memberikan kita kepercayaan untuk mengurus anak." Dahi Bella mengernyit ketika laki-laki itu modus dengan cara memeluknya, seolah-olah disini Bella yang paling dikecewakan. Padahal Bella biasa saja.

"Tapi kita tetap harus berusaha, mungkin lima atau beberapa tahun setelah anak ibu lahir kita bisa nyusul—"

Bella mendorong tubuh Ryan karena ucapan laki-laki itu mulai melantur, "Loh Bell, mau kemana?" pekiknya ketika Bella meninggalkan kamar.

Ryan menyusul ke bawah namun ketika sampai dipertengahan tangga, dia melihat ayah Bargya yang sepertinya sedang termenung seorang diri di anak tangga. Ryan ikut duduk dan membuat ayah terkejut, "Kamu ingin membuat saya jantungan?" Ryan hanya terkekeh mendengar pertanyaan yang dilontarkan ayah.

"Hehe santai Yah, bercanda." Setelah itu ayah dari Bella berdiam diri lagi membuatnya penasaran.

"Hmm, roman-romannya ada yang sedang galau nih permisa—"

"Pemirsa." Ditengah galaunya ayah Bargya mengoreksi kata salah yang diucapkan anak mantunya.

"Waduh, mertua gue kayanya lulusan sastra Indo nih. Gue kudu hati-hati kalau ngomong, harus ngomong sesuai KBBI," gumam Ryan pelan yang tetap terdengar oleh telinga ayah.

"Dapat dipandang dari raut wajah yang kusut bagai lap kain butut, sepertinya Ayahanda sedang mengalami keterpurukan yang mendalam. Mungkin dengan berbagi cerita kepada orang lain akan sedikit menurunkan beban yang tengah diemban oleh Ayahanda." Ryan agak sedikit pengap karena belum terbiasa berbicara dengan kata baku.

"Lagi ngomong sama siapa?" pertanyaan Ayah membuat Ryan melotot.

Gue dari tadi ngomong sesuai KBBI kagak didengarin, Ryan membatin dan dia mengelus dadanya agar sabar menghadapi cobaan ini.

"Kamu ngomong kaya lagi presentasi tapi terpaku sama buku."

Buset, kagak lagi gue sok-sokan ngomong baku.

Romance At The First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang