Chapter 3

9.4K 326 1
                                    

Bella mengerjapkan mata perlahan saat merasakan pergerakan seseorang di sampingnya, dia terkejut melihat seorang laki-laki tengah merengkuhnya dalam keadaan shirtless. Tanpa persiapan Bella mendorongnya hingga terjerembab ke lantai.

"Bell," Ryan meringis saat punggungnya menghantam meja.

Bella melirik jam di lengan kirinya, pukul 11.35, "Kenapa gue ada di sini? Gue harusnya ikut jam pak Sam." Suara Bella bergetar. Baju yang dikenakan Bella pun berantakan, kancingnya ada beberapa yang terlepas. Bella duduk tidak nyaman lantaran becek di bagian selangkangannya.

"Bell, dengerin gue dulu."

Bella menepis kasar tangan Ryan saat hendak memegang tangannya.

"Bell, gue minta maaf."

Bella memandang kosong, pikirannya berkelana hingga terlintas pada kejadian tadi pagi. Di mana harta berharganya di renggut laki-laki asing yang baru beberapa jam bertemu. Mata Bella memanas saat raut wajah kecewa ayah dan ibu terlintas dalam benak. Bella menyadari kebodohannya telah meminum minuman beralkohol yang sialnya membuat Bella menjadi perempuan kotor.

"Gue mau pulang," lirih Bella, "Tapi gue takut." Bella menumpahkan tangisnya. Berbagai pikiran negatif mulai menyerang.

Ryan terenyuh, dia menatap Bella dengan perasaan bersalah. Ryan salah. Ryan bodoh. Harusnya dia melarang Bella agar tak meminum minuman sialan itu. Seharusnya dia bisa kendalikan nafsunya. Tangannya terulur hendak memeluk Bella namun perempuan itu menghempaskannya.

"Bell, gue bener-bener minta maaf. Gue nggak bisa kendaliin diri gue. Gue salah. Gue minta maaf."

Bella mendongak menatap langit dengan wajah yang berderai air mata. Disekanya cairan bening itu agar berhenti mengalir namun tak kunjung mereda.

"Aws," Bella meringis saat hendak berdiri namun dia urungkan sebab selangkangannya sangat perih.

"Gue mau pulang," gumam Bella. Dengan sigap Ryan berdiri di hadapan Bella.

"Gue anterin." Bella menggeleng lemah dengan air mata yang masih mengalir.

"Gue mau pulang."

"Iya, gue anterin." Ryan mencoba bersabar.

Bella menggeleng, "Gue mau pula—"

"IYA, GUE ANTERIN BELLA." Maaf, Ryan tidak bisa menahan emosinya lagi.

Bella terkesiap, memandang Ryan yang terlihat emosi lalu menunduk saat lelaki itu menatap balik. Ryan memakaikan hoodienya pada tubuh Bella, Ryan sendiri hanya memakai kaos oblong, kemudian berjongkok membelakangi Bella. Bella nampak kebingungan, lalu naik ke punggung Ryan setelah laki-laki itu menepuk punggungnya seolah memberi isyarat.

"Kamar mandi." Ucap Bella singkat.

Ryan mengerti, kakinya melangkah menuju kamar mandi terdekat. Sambil menunggu Bella membersihkan diri, Ryan menelpon seseorang.

"Bawa mobil gue! Depan gedung C." Ryan memasukkan ponselnya ke dalam saku ketika Bella keluar. Menggendongnya kembali, menaiki lift.

Sampai di lantai satu, banyak pasang mata yang memandang mereka seolah bertanya-tanya. Tapi Ryan tak mengindahkan. Ryan menyentuh kepala Bella agar terbenam di lehernya. Tak akan membiarkan orang melihat siapa yang ada di gendongannya.

Tak lama, mobil dengan merk ternama terlihat menghampirinya. Kaca depan terbuka, muncul pemuda seumuran Ryan.

"Siapa, Kang?" tanya pemuda itu.

"Gausah banyak tanya. Cepet keluar!"

"Buset, galak amat." Pemuda itu turun dari mobil temannya, "Lah terus gue sendirian gitu disini?" tanyanya sambil menunjuk diri sendiri.

Romance At The First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang