Chapter 1

12.7K 358 3
                                    

Cahaya dari lampu menyorot eksistensi seorang gadis. Dikamar berdominasi warna hijau neon, seorang pria paruh baya membangunkan sang anak yang masih bergelung dengan selimut tebalnya.

"Bella, bangun nak!" ucap pria paruh baya itu sembari mengelus surai hitam putri sulungnya.

"Males, Ayah." Sahut gadis itu dengan suara serak sekaligus manja.

"Nggak ada malas-malasan. Cepat bangun! Kamu nggak kuliah pagi ini?" bantah sang ayah.

Cassandra Yeobella yang kerap di sapa Bella mengecurutkan bibir dan berusaha membangunkan tubuh lemasnya. Namun tenaganya belum terkumpul secara utuh alhasil dia kembali terjatuh, Bella menatap polos sang ayah, "Tuh Ayah, nggak bisa bangun. Kasurnya posesif, nggak mau ditinggalin sama pemiliknya."

Ayah terkekeh gemas lalu menarik pelan tangan Bella, "Nggak ada alasan. Ayo, bangun!" Bella menekuk mukanya saat sudah terduduk.

Kemudian Bella berdiri dengan lesu menuju kamar mandi yang terdapat dalam kamarnya. Sang ayah hanya tertawa melihat tingkah kekanakan Bella, padahal usianya sudah mencapai sembilan belas tahun. Namun tetap terlihat menggemaskan di matanya.

***

Seusai merias diri, Bella mengambil beberapa keperluan kuliahnya lalu segera beranjak menuju dapur. Bella menyapa ayah serta ibu tirinya di iringi senyuman termanis. Lantas Bella pun mendudukkan dirinya disamping Denada Cassandra adik tirinya yang berusia empat tahun.

Pipi bulat balita itu membuat Bella gemas, "Sakit tauuu," gerutu Nada mendapatkan cubitan dari kakaknya.

"Kak Bell, jangan gangguin adeknya lagi makan dong." Teguran dari Nadia sang ibu sambung mengalihkan atensi Bella.

Mempunyai ibu tiri ternyata tidak semengerikan dalam novel mau pun drama. Nadia sangat menyayangi Bella layaknya kasih sayang seorang ibu terhadap anak kandungnya. Begitu pun sebaliknya. Nadia ibu yang baik, cantik, tutur kata yang lembut, sangat pengertian maka tidak heran jika Bella sangat menyukainya. Bahkan di hari pertama mereka bertemu, lima tahun silam.

"Bella, mau di antar ayah atau berangkat sendiri?" tanya sang ayah.

Bella yang tengah memakan sandwitchnya mengalihkan pandangan, "Anterin," jawabnya dengan manja.

Ayah tersenyum lalu mengangguk, "Yaudah, cepat abisin sarapannya!" Nadia tersenyum bahagia melihatnya.

Bella menghabiskan sarapannya dengan semangat kemudian meneguk segelas susu cokelat hangat kesukaannya. Bella tersenyum ke arah Nada, menangkup wajah mungil balita itu menggunakan kedua tangannya. Mengecup gemas seluruh wajah Nada, "Gemes, gemes, gemes. Kakak pergi dulu ya Nada, byebye!"

Nada melambaikan tangan mungilnya, "Papay!" mata bulatnya memandang polos membuat Bella kembali gemas, di apitnya pipi gembul balita itu.

Bella menghampiri Nadia lalu mencium tangan ibu tirinya, "Bella berangkat, Bu." Nadia mengelus pipi Bella sambil berucap, "Belajar yang rajin." Bella mengangguk senang.

***

Mobil yang di kendarai ayah Bella telah sampai di halaman depan
kampusnya. Bella berpamitan dengan sang ayah sembari mencium punggung tangannya. Ayah Bella mengecup lama puncak kepala sang anak, "Yang rajin belajarnya." ucapan ayah sama seperti ucapan Nadia.

Bella mengangguk, "Iya. Ayah hati-hati di jalan!" kemudian Bella turun. Melambaikan tangannya saat mobil sang ayah sudah berjalan. Bella melangkahkan kakinya seraya bersenandung kecil.

"BELLA?!" terdengar seseorang menyebut namanya, Bella pun mengedarkan pandangan lalu tersenyum kecil ketika mendapati Kalendra— asisten dosen yang akan memberi materi pagi ini.

Romance At The First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang