Chapter 12

3.4K 132 23
                                    

Hallo, selamat tahun baru 2022!🎉🎉🎉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo, selamat tahun baru 2022!🎉🎉🎉

Sebelum jam 00.00 kalian ada acara bakar-bakaran atau apa gitu sama keluarga/saudara/teman/pacar?

00.10 dom aku hujan dong, dom kalian hujan juga gak?

⌛⏳

Mata Ryan mengerjap perlahan mendengar isak tangis samar-samar dari perempuan disampingnya. Walau matanya sudah terbuka lebar, dia tetap tak bisa melihat paras Bella sebab disembunyi pada dada bidang yang tak berbalut sehelai benang.

"Kenapa, Bell?" tanya Ryan dengan suara seraknya.

"Mau mandi," suara Bella terhambat namun bisa didengar oleh Ryan.

"Terus kenapa nangis?"

"Sakiiit," Ryan membelalakan mata, dia lupa akan sesuatu yang terjadi pada tadi malam.

"Akibat lama gak main, jadi gini ya Bell?" Bella mendongak lalu memelototi suaminya.

"Kamu maksa, aku gak suka." Setelah berucap itu, Bella kembali menenggelamkan wajahnya.

"Kamu juga melanggar perjanjian yang kita buat."

Keningnya berkerut, "Lah, perjanjian apaaan?"

"Yang waktu itu loh."

"Emang gue udah setuju, kah?" Ryan memang tidak pernah setuju akan perjanjian tertulis yang mereka bicarakan dimalam pertama berstatus sebagai suami istri.

"Nyebelin banget sih. Yang kamu lakuin tuh udah termasuk pemaksaan tau."

Ryan terkekeh pelan, "Hahaha, iya deh lain kali gak begitu lagi. Waterprak man. Tapi, kalo lo-nya gak nurut, gue maksa sih."

"Sama aja kalau gitu."

"Makanya lo harus nurut, gak boleh nolak."

"Adaw," Ryan berjengit kaget kala Bella mencubit pinggangnya dengan cubitan maut.

"Anjing, sakit Bell. Udahan woy, jangan sampai nih gue ngeluarin jurus salam dari binjai. Anjing." Alih-alih berhenti justru sang istri menaikan level cubitannya.

"Kasar," lalu Bella memindahkan cubitannya itu ke bibir Ryan yang selalu mengeluarkan kata-kata kasar.

"Anjir Bell, bibir gue jontor inimah." Ucap Ryan setelah Bella menghentikan aksi menyiksanya.

"Bagus kalau gitu biar gak nyosor sembarangan lagi kaya soang."

"Gue, kan, nyosornya cuma sama lo doang."

"Aku aneh deh. Papah Mahen, kan, manusia, kok bisa gitu punya anak siluman buaya."

"Heh, sembarangan lu kalo ngomong." Sentaknya tidak benar-benar menyentak, "Kata siapa Papah manusia? Orang dia buyutnya buaya."

Romance At The First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang