10-Cukup! Juna Sudah Muak!

29.7K 5.2K 499
                                    

Yeay!! nyampe target gaiss.. ni aku up lagi hari inii sesuai janji😘

VOTE dulu yaa dijamin gak akan nyesel!🤪


SELAMAT EMOSI!😭

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.


"Dari mana aja kamu, jam segini baru pulang?"

Juna yang baru saja melangkahkan kakinya ke dalam rumah, dibuat membeku kala suara tegas nan dingin Tyo menggetarkan gendang telinganya. Papanya itu bahkan berdiri tak jauh darinya dengan tangan dilipat di dada. Membuat aura tegasnya menguar tak terelakan. Juna jadi takut untuk menatap Papanya.

"Dari mana aja, Juna?" kali ini suara itu meninggi.

"A-abis latihan, Pa," cicit Juna sambil menunduk. Tangannya meremat ujung jaket yang dikenakannya.

Terdengar hembusan napas kasar dari Tyo. Lelaki itu mendekat pada anaknya dan kini mereka berhadapan.

"Latihan, latihan, LATIHAN TERUS YANG KAMU KERJAIN!" bentaknya yang sontak membuat Juna tersentak.

Bahkan keluarganya yang tengah berkumpul di ruang tv juga ikut terperanjat dan seketika terdiam. Sontak Hara segera menutup telinga Via agar tak mendengar bentakan lagi. Mereka 'menonton' dirinya yang tengah bergeming.

Ada apa ini? Baru saja Papanya berbuat kesalahan tempo hari dan merasa sangat bersalah padanya. Kini dia sudah kembali seperti dulu lagi. Apa yang sudah Juna perbuat?

"Harusnya kamu belajar! Emang kamu suka dipermalukan kayak tadi sama Om dan Tante kamu?" Kini nadanya sedikit melunak, namun tetap mampu membuka kembali jahitan luka di hati Juna.

"Oh, jadi itu alesannya. Juna udah bikin malu Papa?" Batinnya memahami.

"Jangan habisin waktu kamu cuma buat latihan yang gak jelas! Lebih baik latih otak kamu itu!" sarkas Tyo dengan entengnya.

Juna mengepalkan tangannya sampai buku jarinya memutih. Napasnya juga mulai memburu seiring dengan emosi yang kian meluap. Ia memberanikan diri menatap manik elang sang Papa.

Cukup! Juna sudah muak selalu diremehkan!

Tyo sedikit terhenyak saat melihat netra sang anak yang memerah dan berair. Tersirat raut kelelahan dan amarah di dalamnya.

Untuk Arjuna[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang