16-Kakak, Jangan Sakit!

29.3K 4.7K 258
                                    

VOTE dulu sebelum baca ya biar berkah😚

Alangkah lebih baik kalau difollow juga hehe😋

Yang sayang Juna? Absen dulu coba!

ENJOY!🤸🏻‍♀️

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Suara ketukan antara meja dan pensil menjadi irama yang mengalun tak merdu, beriringan dengan dentingan konstan dari jam dinding. Juna mengulum bibirnya, terkadang berkomat-kamit mencari solusi dari permasalahan soal kimianya. Akhir-akhir ini, dia jadi sulit untuk berkonsentrasi.

"Den, ayo makan malem dulu! Udah ditungguin di bawah."

Suara ajakan Bi Hanum yang terhitung sudah keempat kalinya itu tak membuat Juna gentar. Anak itu masih setia dalam posisinya. Sesekali mengerang disaat tak kunjung menemukan jawaban atas soal-soal latihannya. Juna mengacak-acak rambutnya frustasi. Dirinya sudah belajar sedari siang dan hanya berhenti untuk menyeduh kopi dan sembahyang. Sisanya, ia benar-benar terpaku di meja belajar.

"Juna gak akan makan, Bi!" serunya dikala suara Bi Hanum terus mengusik fokusnya.

Juna benar-benar akan menunjukan bahwa ia mampu mendapat nilai yang bisa dibanggakan. Targetnya kali ini bukan lagi tujuh, melainkan sembilan. Gila memang. Tapi Juna sudah membulatkan tekadnya. Berharap dengan ini akan membuat Papanya berubah pikiran lagi.

"Den, jangan gini. Den Juna harus makan."

Juna mendesah jengah. Baru kali ini ia merasa Bi Hanum begitu menyebalkan. Juna berbalik, masih di posisi duduk. Menatap kesal pintu berwarna putih itu untuk kemudian bersuara.

"Ishh.. Juna gak mau makan, Bi! Jangan ganggu Juna dulu!" pekiknya ketus.

Bi Hanum terpaku di balik pintu. Ini kali pertama ia mendengar nada yang seperti itu dari Juna. Wanita paruh baya itu perlahan memundurkan langkahnya lalu beranjak dari sana.

Juna mendelik pada pintu tak bersalah itu untuk kemudian kembali pada permasalahan logam alkalinya.

Seketika Juna merasa tak enak. Apa ia terlalu kasar? Setelah menunggu beberapa menit, namun tak ada lagi suara dari Bi Hanum yang mengudara.

Juna menggigit bagian dalam bibirnya untuk setelahnya bangkit dan berjalan menuju pintu. Ia memutar handle pintu perlahan dan mendapati Bi Hanum yang tengah berjalan mendekat dengan sepiring makanan dan segelas air putih. Sontak Juna menghela napas lega.

"Ini Bibi bawain ke sini. Aden harus makan," ujar Bi Hanum seraya menyerahkan benda di tangannya.

Senyum merekah di bibir Juna. Ia memasang wajah terharu yang dibuat-buat.

Untuk Arjuna[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang