54-Maaf, Kali Ini Gagal Lagi

18.3K 2.7K 542
                                    

Hai, selamat malam😚

SELAMAT MEMBACA!😃

.

"Terluka karena gagal setelah mencoba akan lebih baik, daripada harus menanggung luka akibat kehilangan kesempatan untuk mencoba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terluka karena gagal setelah mencoba akan lebih baik, daripada harus menanggung luka akibat kehilangan kesempatan untuk mencoba."

~Untuk Arjuna~

.

.

Langit terlihat indah dengan gugusan bintang yang tersebar dalam pekatnya hitam. Juna menatap kosong satu titik tanpa kerlip yang begitu hampa. Dalam pikirannya sibuk menerawang banyak hal.

"Pa.. kenapa Juna masih di sini?"

Lelehan bening meluncur dari sudut netranya, berbarengan dengan tertutupnya mata yang selama ini menyimpan banyak luka. Juna putus harapan setelah mengetahui bahwa perlombaannya sudah ia lewatkan. Rasanya seluruh perjuangannya terbuang sia-sia. Ia tak yakin akan menemui waktu untuk kejuaraan yang berikutnya. Maka kesempatan untuk membanggakan keluarga, ah.. rasanya tak akan ia dapatkan lagi.

Lebih baik pulang saja jika sudah seperti ini. Daripada hanya menambah beban bagi keluarganya. Karena lambat laun, dirinya akan semakin menyusahkan.

"Juna?"

Yang dipanggil tak menoleh barang sejenak, masih sibuk dengan pikiran konyolnya. Juna bisa mendengar langkah kaki mendekat. Namun ia bergeming.

Liam menarik kursi di samping ranjang dan duduk di atasnya. Ia meraih tangan sang adik dan menggenggamnya erat. Memperhatikan wajah pucat itu lekat. Liam menarik napas panjang. Terhenyak ketika melihat jejak bening di wajah adiknya.

"Juna, bangun. Ini Mas," ucap Liam lembut seraya menghapus air mata Juna yang tak henti mengalir walau dengan mata terpejam.

Perlahan si anak yang terbaring mulai membuka matanya. Menatap sang Kakak yang juga hampir menumpahkan air mata.

"Mas?" panggil Juna parau. Liam berdeham dengan seulas senyum haru yang coba ia lukiskan, ia sangat merindukan suara itu.

"Maaf." Bibir Juna bergetar menahan tangis.

Kening Liam mengerut, tak mengerti mengapa Juna tiba-tiba berkata seperti itu. Yang seharusnya minta maaf di sini adalah dirinya. Juna tak ada salah apapun.

"Maaf buat apa?"

"Maaf karena jadi anak lemah, maaf karena ngerepotin terus, maaf udah jadi beban buat Mas. Maaf," racau Juna dengan air mata yang kian deras meloloskan diri.

Untuk Arjuna[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang