Budayakan untuk VOTE dulu sebelum baca yaa, biar berkah🤗
FOLLOW juga, kita berteman yuk!🤪
Mau double up gak?😗 VOTE dulu yaa.. minimal 100! Busett berani banget aku wkwk... semoga nyampe okee😚 ingetin kalo udah sampe.. cus langsung up👐🏻
SELAMAT MEMBACA!🤸🏻♀️
.
.
Esok harinya, benar saja, Juna merasa tak enak badan. Tubuhnya lemas dan perutnya sakit. Pasti karena bergadang dan melewatkan makan malam. Juna terbangun tepat saat adzan subuh berkumandang. Ia beringsut menuju kamar mandi dengan langkah yang lunglai.Juna berdiri di depan cermin. Wajahnya pucat dan sangat mengerikan baginya. Kantung mata sangat jelas melingkar di mata indahnya dan rambut yang berantakan karena Juna tidurnya tak bisa diam.
"Oh my god! Wajah ganteng gue kok jadi gini?" pekiknya tak terima.
Juna menghela napas panjang untuk kemudian meraih sikat gigi dan mulai menggosok tulang-tulang di mulutnya. Entah bagaimana, tapi pikirannya sibuk mengingat rumus-rumus dan istilah yang ia pelajari tadi malam. Seolah di otaknya terdapat papan tulis yang menerangkan segalanya. Lalu ia berkumur dan membasuh wajahnya.
Juna menampar pelan pipinya bergantian.
"Woi! Balikin wajah ganteng gue!" serunya entah pada siapa.
"Eh, tapi! Mau gimana juga gue tetep ganteng, sih," ucapnya kepedean dengan senyum genit seraya memegang dagu dan menelisik wajah pucatnya.
Lalu Juna segera melakukan ritual mandi dan wudhu untuk sembahyang.
Saat baru selesai shalat, Juna merasa perutnya seperti diremas-remas. Rasanya sangat sakit. Ia terduduk di tepi ranjang dengan tangan yang menekan area ulu hatinya erat-erat. Keringat mulai keluar membasahi pelipisnya. Ringisan kecil lolos dari bibirnya yang semakin pucat.
"Apaan, sih? Woi sakit banget!" Lagi-lagi Juna berseru entah kepada siapa.
Bermenit-menit ia bertahan dalam posisi itu, sampai akhirnya nyeri itu mereda. Napas Juna ngos-ngosan walau ia hanya diam dan tak bergerak. Tapi rasanya sangat melelahkan. Juna mengusap keringatnya dengan lengan dan berdecak sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Arjuna[✓]
Teen Fiction[Family & Brothership] "Emangnya, karate itu gak bisa dibanggain, ya?" Keluarga harmonis, rasa neraka. Emang ada? Itulah yang dirasakan oleh Arjuna Omar Biantara. Seorang atlet seni bela diri yang sayangnya memiliki otak dengan kapasitas rendah. Sel...