Kidnapping

259 21 2
                                    

Kidnapping
Story By Ratuqi

.
.
.
.

"mmhhh!" Panas dan perih merambati kulit kepala Sasya saat rambut panjangnya ditarik ke belakang. Kain yang menutupi matanya sudah basah karena ia terus menangis ketika bangun dari efek bius dan mendapati bahwa tubuhnya terikat di kursi dengan mata dan mulut juga dililit kain.

"Ada apa Sayang? Kau takut?"

Sasya terus bergumam tak jelas karena mulutnya tertutup.

"Kau bukan wanita menarik yang pernah kutemui namun kau adalah satu-satunya wanita yang berani mencuri harta bendaku. Maka dari itu kau harus dihukum!"

Menggeleng, Sasya berusaha menggeliat ketika tarikan dirambutnya terlepas.

"Kau akan berada di tempat ini untuk menjalani hukuman. Dan selama itu, kupastikan kau tak akan dapat kabur."

Sosok penculik Sasya kini pergi meninggalkan wanita itu sendiri dalam kondisi masih seperti tadi. Tak patah semangat Sasya coba berteriak meski percuma, menggerakkan tubuh agar terlepas dari belitan tali, namun sayang karena gerakan yang terlalu serampangan tubuhnya terjengkang ke arah belakang bersama kursi yang masih jadi satu dengannya.

Kepalanya pusing karena terantuk pada sandaran kursi yang berbahan kayu, dengan nafas yang tersengal akibat tangis yang tak kunjung reda makin lama kesadaran Sasya menghilang. Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu pingsan dengan kondisi menyedihkan.

Saat terbangun kembali Sasya terkesiap begitu menyadari kalau kini posisinya sudah terlentang di atas permukaan lembut dengan kedua tangan terikat ke atas jadi satu. Sedang kaki diikat masing-masing hingga merasa betapa terbukanya ia.

"Jangan banyak bergerak. Percuma, itu hanya akan melukai tangan atau kakimu."

"Mmhh... Mmhhh.."

"Apa? Kau ingin bicara apa?" Ikatan di mulut Sasya dilepas kasar.

"Lepaskan aku ... Aku tidak mencuri apa pun. Kau pasti salah orang"

Penculik itu tertawa "Salah orang? Kau pikir aku bodoh tidak mengenali dirimu."

"Tapi aku-"

"Sssttt ... Di dunia ini tidak ada pencuri yang akan sukarela mengakui kesalahannya. Jika itu terjadi, sel tahanan akan penuh dengan cepat."

"Tidak! Aku sungguh-sungguh. Aku tak pernah mencuri apa pun. Tolong lepaskan aku."

"Kau terlalu banyak bicara, rupanya. Dan aku tidak suka itu." Ia cengkeram pipi wanita malang di bawahnya. Tak peduli meski Sasya semakin ketakutan.

"Tolong ... Jika kau melepaskanku, maka aku berjanji tidak akan melaporkanmu ke polisi. Aku tak akan menuntut apa pun."

Tawa merendahkan kembali terdengar, "ouh terima kasih, kau gadis yang baik tapi asal kau tau, aku tak butuh kebaikan darimu. Aku akan melakukan apa yang aku mau. Jadi lebih baik nikmatilah setiap hukuman yang akan kuberikan."

Sasya berteriak begitu tangan-tangan si penculik itu menyentuh tubuhnya. Ia ketakutan dan kembali menangis adalah hal yang bisa ia lakukan.

"Tidak usah sok jual mahal. Aku tau kau bukan lagi perawan."

Menggeleng putus asa mulutnya berusaha memohon belas kasihan namun tetap diabaikan. Laki-laki itu terus menyentuh Sasya hingga akhirnya hilang kesadaran.

"Hah!!!" Tersentak bangun. Sasya menatap sekeliling yang gelap gulita. Hanya ada tiga titik cahaya berasal dari lubang ventilasi. Meraba bagian mata, ikatan kain itu telah lepas. Namun dengan kondisi ruangan tanpa cahaya tetap membuatnya tak bisa melihat. Dadanya sesak, bagian-bagian tubuhnya juga sakit.

Short Story By RatuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang