7. Menuju rumah Al Jabbar

1 1 0
                                    


Pada episode sebelumnya diceritakan bahwa Raja Erik senang mendengar jawaban Kak Husna dan Hasna. Mereka berdua tidur di istana semalam. Paginya mereka telah siap memulai Misinya bersama Sansan.

Pagi hari, di saat Kak Husna, Hasna dan Sansan bersiap melaksanakan perjalanan untuk membawa pulang Putri Yasmin, Ratu Alfabeta menemui mereka.

"Hasna, bawalah perkamen dan pena ini" Kata Bunda ratu Alfabeta

"Apakah perkamen itu?" bisik Hasna pada Kak Husna dengan ekspresi tampak kebingungan.

Kak Husna hanya nyengir saja, namun dia akhirnya menjawab, "Itu seperti kertas pada masa kita".

Bunda ratu tersenyum,"Ini adalah perkamen ajaib, jika kau menuliskan apa yang kau ingin di sini, dilanjutkan berdo'a, mohon dikabulkan, insya alloh akan dikabulkan."

"Baiklah Bunda ratu alfa, akan kusimpan pemberian bunda ratu ini" kata Hasna.

Kak Husna, Hasna, dan Sansan mencium tangan bunda ratu dan memulai perjalanan mereka. Hasna dan Husna berdo'a,"Bismillahi tawakkaltu 'alalloohi laa khaula walaa quwwata illaa billaah". Sansan membawa sebuah tas berbentuk ikan . Walaupun kecil tetapi tas itu bisa menyimpan apa saja, seperti kantung dora emon. Seperti tas , bisa mengeluarkan benda apapun yang kita perlukan. Masih banyak lagi fungsi ikan ini. Nanti kamu akan tahu sendiri. Mereka berjalan di jalan warna merah. Kak Husna dan Hasna menggunakan sepeda. Sansan tak perlu menggunakan sepeda. Ukuran badannya terlalu kecil. Lagipula dia bisa lincah berlari, terkadang dia duduk di keranjang sepeda Hasna. Tujuan pertama mereka mencari Tuan Khawarizmi Al Jabbar.

"Stop, aku lupa di mana rumah Tuan Khawarizmi Al Jabbar," kata Sansan. dia lalu memencet mata pada ikan. "Selamat sore Raja Erik, saya membutuhkan petunjuk di mana rumah Tuan Khawarizmi Al Jabbar," kata Sansan sambil mendekatkan ikan ke mulut, seperti bicara menggunakan Handphone.

Tak lama lalu muncul suara berdengung di atas langit Numerik. Itu pertanda merpati utusan Raja Erik datang. dia pasti membawa petunjuk. Merpati putih itu menjatuhkan sebuah surat untuk Kak Husna, Hasna, dan Sansan. Mereka membuka surat itu.

" Kalian butuh petunjuk mengenai rumah Tuan Khawarizmi Al Jabbar bukan? Berbeloklah ambil jalan yang ke kanan. Kalian akan melalui jalan berwarna biru. Di tepi jalan itu, setiap dua puluh meter ada pohon Payung. Rumah tuan Khawarizmi Al Jabbar ada di sebuah desa. Desa itu jaraknya 200 m dari bunga kerucut pertama," begitu bunyi surat itu.

"Bunga kerucut? Seperti terompet begitu?" dengan mengernyitkan dahi Hasna bertanya.

"Kamu belum pernah melihat bunga kerucut kan?" ucap Sansan. Lalu dia menunjuk sebuah perdu. Perdu itu tingginya setengah meter. dia memiliki bunga-bunga kuning lancip. Bunga-bunga itu seperti terompet. "Itu yang namanya bunga kerucut," begitu kata Sansan.

"Wow, bunga yang cantik," teriak Hasna. dia terburu-buru mencium bunga itu.

"Eits, stop, tungguu!" teriak Sansan memperingakan.

tetapi terlambat, Hasna sudah telanjur mencium bunga kerucut. Ujung bunga yang lancip menusuk hidung Hasna. Hidung Hasna jadi kemerahan, seperti alergi bunga. Ada benjolan sebesar kelereng di ujung hidung.

"Hahaha, " Kak Husna dan Sansan tertawa terpingkal-pingkal melihat tampang Hasna makin lucu.

Hasna cemberut. "mengapa kamu tidak bilang dari tadi , Sansan??" teriak Hasna kesal.

"Yah, karena kamu tidak bertanya," jawab Sansan cuek sambil berjalan melalui jalan warna biru.

Walaupun kesal tetapi Hasna berusaha melupakan masalahnya. Dia tahu memelihara rasa kesal itu tidak baik. Seharian bisa tidak enak kalau kesal terus, bawaanya emosi dan terlalu mengandalkan perasaan, padahal sekarang sedang menjalankan satu misi yang penting.

Bagaimana Misi Kak Husna, Hasna, dan Sansan selanjutnya? Ikuti kisah selanjutnya ya ....??

Bersambung?

🐕🎄🌵🌲🌳🌴🎋🌾🌻🌹🌺🌷💐🐕🎄🌵🌲🌳🌴🎋🌾🌻🌹🌺🌷💐🐕🎄🌵🌲🌳

Tugas : kalian harus tahu, bagaimana lafal do'a mau bepergian ya, Oke? Semangat!! Jawab pertanyaan ini dikolom komentar

Kerajaan NumericTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang