Secret

164 31 6
                                    

Jam menunjukkan pukul setengah 10 pagi, aku melangkah menuju kulkas untuk mengambil sekotak susu. Tak lupa sereal di atas kabinet dapur. Dengan asal, aku memasukkan keduanya ke dalam mangkuk secara bersamaan. Melamun sambil sarapan adalah rutinitas ku sehari-hari. Benar saja, belum menghabiskan sereal. Kucing kesayangan pemilik rumah datang mendekat meminta makan. Sejenak aku melenguh kesal karena dia tak pernah membiarkanku sarapan dengan tenang meski begitu aku tak bisa menolaknya. Dia terlalu menggemaskan untuk diabaikan. Dengan langkah malas, aku mengambilkan makanan untuknya. Pada akhirnya kami makan bersama di lantai. Bukankah aku sudah terlihat seperti gelandangan? Sepertinya iya. Dengan penampilan acak-acakan dan baju yang berantakan sungguh membuat ku semakin mendalami peran.

"Udah bangun?" tegur Daniel, aku hanya mengangguk pelan. Dia melirik ku sekilas tanpa ada niat mengawali pembicaraan lagi. "Laper." keluhnya mengedarkan pandangan seolah banyak pilihan menu sarapan di atas meja makan. Padahal hanya ada susu dan sereal.

"Laper ya makan." sahut ku asal. Dia manggut-manggut mengerti tapi masih berdiri tanpa melakukan apapun seperti orang cengo.

"Bener tuh, buatin ramyeon gih." ujarnya dengan santai sembari duduk manis seperti majikan. Lantas aku terbelalak mendengarnya. Entah kenapa dia bisa mengatakannya dengan mudah.

"Dih tangan lo nganggur. Buat sendiri sono." celetuk ku dengan nada kesal karena Daniel selalu menyuruh seenaknya. "Siapa lo, nyuruh gue." gumam ku.

"Pelit." runtuknya sembari melirik ku dengan kesal. Aku balik menatapnya tajam. Kami tak pernah mau kalah dalam berbagai hal.

"Biarin." sambar ku sibuk sendiri dengan mangkuk di tanganku. Sesekali aku mengalihkan perhatian ke arah kucing di dekatku.

"Kalo udah selese, buruan siap-siap." ujar Daniel usai meminum sebotol air mineral dari kulkas.

"Mau kemana?" tanya ku menatap Daniel penasaran. Jujur saja, hari ini aku terlalu malas keluar rumah karena ingin maraton drama.

"Banyak tanya, udah buruan." sahutnya membuat ku menatapnya kesal. Dia selalu saja membuat mood ku berantakan.

"Heh jangan di bawa, dia kan masih makan." omelku saat melihat Daniel membawa kucingnya yang belum menghabiskan makanannya.

"Biarin!" sahutnya dengan santai membuat ku tak habis pikir.

     Seperti itulah Daniel saat sedang di rumah, kalau tidak menghabiskan waktu dengan tidur dia pasti akan menggangguku. Sekarang aku hanya kasihan pada kucing itu, dia pasti akan merasa tertekan saat bersama Daniel. Bagaimana tidak? Kalau sudah gemas dia akan terus menciumi kucingnya tak peduli apapun yang terjadi. Usai mencuci mangkuk sereal, aku bergegas mandi dan bersiap karena sejak tadi Daniel sudah menginstruksikan agar segera bersiap-siap. Sepertinya dia akan mengajakku sarapan, itu hanya tebakan sementara. Tapi saat melihat jam dinding sepertinya lebih cocok dikatakan sebagai makan siang. Baiklah, apapun itu sekarang aku hanya perlu bersiap pergi sebelum Daniel menegurku lagi. Belakangan ini dia memang agak bawel membuatku kebingungan.

     Setelah menempuh perjalanan hampir 15 menit, aku baru sadar ternyata Daniel mengajakku makan siang bersama di sebuah cafe. Tak hanya berdua, rupanya Daniel mengajak Xiumin. Dia datang bersama seorang gadis cantik dengan selera fashion yang menarik. Aku hanya bisa menganga tak percaya saat menyadari ternyata benar-benar ada orang secantik dia di dunia nyata. Ku pikir gadis sepertinya hanya ada dalam drama. Satu hal yang ku kagumi adalah mereka terlihat sangat cocok saat bersama membuatku iri melihat interaksi keduanya. Bahkan kedatangannya berhasil menyita perhatian semua pengunjung cafe yang kebanyakan anak muda. Tapi aku masih belum yakin kalau mereka ada hubungan spesial. Daniel sendiri terlihat sudah akrab dengan gadis itu, artinya mereka sudah sering bertemu satu sama lain.

Undecided [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang