Hi 🤗
I'm back with another chapter ☺️
Sengaja up maljum 🙈 tapi tenang bukan konten 🌚 kok hahaha
Oke cuss ke cerita aja deh 🌚Bimbang selalu datang saat seseorang merenung sendiri. Terkadang aku ingin mengeluh, rasanya lelah karena terus bekerja tak ada hentinya seperti robot. Tapi di sisi lain aku harus bersyukur mengingat di luar sana masih ada banyak orang yang tidak beruntung. Seperti itulah gambaran malam hari untuk ku. Semua terasa membingungkan antara harus mengeluh atau bersyukur. Tapi aku sadar dengan kebimbangan ini membentuk ku menjadi manusia. Manusia seutuhnya yang bisa merasakan sejuta emosi. Dan pada akhirnya aku selalu memilih untuk belajar bersyukur daripada terus mengeluhkan hal-hal yang tidak seharusnya.
Sekitar jam setengah 1 pagi, aku baru sampai di kontrakan. Lelah memang saat harus menyelesaikan semua tugas sebelum di tinggal cuti selama beberapa minggu namun mau bagaimana lagi, itu semua sudah menjadi kewajiban. Setidaknya aku pergi tanpa membebani orang lain. Setelah membayar ongkos ojek online, aku melangkah memasuki halaman kontrakan. Langkah ku melemah saat melihat seseorang duduk di kursi teras dengan tatapan kosong. Dengan segera aku mendekat, benar saja dia langsung berhambur dalam pelukan ku. Sepertinya ada yang terjadi pada Rose namun aku tak bisa menanyakannya karena saat ini dia terlihat sangat terpukul dan belum siap menceritakan semua. Tanpa menanyakan apapun, aku mengajaknya masuk.
"Minumlah." ujarku sembari mengulurkan sebotol air mineral dari dalam kulkas dengan malas. Aku sudah terlalu lelah untuk menerima tamu semalam ini.
"Em." sahut Rose lemah. Mendadak dia jadi pendiam membuat ku penasaran sebesar apa masalahnya hingga merubah perilakunya. Tapi tak ada yang bisa ku lakukan.
"Kalo laper, di tempat biasa ada mie." ujarku sebelum berlalu menuju kamar. Yah aku terlalu lelah bahkan untuk sekedar menanyakan apa yang terjadi.
"Em." sahutnya pelan.
Sesaat setelah aku masuk kamar, terdengar suara Rose menangis sampai sesegukan. Ingin hati menemani tapi sayang sekali aku sudah terlalu lelah. Dia terus menangis seolah hanya dirinya yang ada di kontrakan dan aku hanya bisa mendengarnya dari kamar. Sialnya sampai menjelang pagi, aku tidak bisa tidur karena penasaran dengan apa yang terjadi pada Rose hingga menangis semalaman seperti itu. Aku menebak-nebak apakah hubungannya berakhir atau hanya sedang ada masalah. Jujur aku takut dia pergi lagi dan memilih lelaki itu. Kesal karena tak kunjung menemukan jawaban, aku memutuskan untuk menyibukkan diri dengan menonton film, meski sebenarnya sama sekali tak membantu.
Tanpa sadar, matahari sudah terbit. Sinarnya mulai menelusup dari celah jendela. Membuat ku langsung bangkit dan merapikan tempat tidur. Dengan langkah lemas, aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku hanya menghela napas saat melihat lingkaran hitam di bawah mata semakin terlihat efek begadang. Usai melakukan rutinitas pagi, aku keluar sebentar untuk membeli sesuatu di minimarket. Sempat-sempatnya aku masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Rose. Gila memang namun mau bagaimana lagi, rasa penasaran ku sudah mendarah daging. Aku terus saja menebak-nebak apa yang terjadi padanya. Belum saja sampai di minimarket, kesabaran ku kembali di uji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided [COMPLETE]
FanfictieMungkin ini akan menjadi kisah terkonyol yang pernah kalian dengar. Aku menikah dengan seorang pemuda asing yang sama sekali tidak ku kenal karena kejadian aneh yang mengharuskan kami menikah. Ini bukan karena perjodohan, kupikir itu terlalu klasik...