Sudah 5 tahun berlalu, waktunya kau kembali ke Seoul.
Laki-laki itu mengawali pembicaraan dengan sebuah saran yang selalu dia berikan saat berkunjung ke tempat ini. Masih sama seperti sebelumnya, aku hanya bisa tersenyum mendengarnya karena jawaban ku akan selalu sama. Tak peduli seberapa sering dia mengatakannya, tidak akan mungkin bisa merubah keputusan ku dengan mudah. Seoul memiliki tempat tersendiri dalam hati ku hingga tak akan bisa ku lupakan sampai saat ini karena ada banyak kenangan indah tercipta di sana, namun untuk kembali ke tempat itu rasanya tidak akan mudah. Selain memberiku banyak kenangan indah, Seoul juga telah menghancurkan semua mimpi dan harapanku hidup bahagia bersama orang yang ku cinta.
"Ambil saja lip balm itu. Aku tidak tertarik." ungkap ku membuat Xiumin menghela napas panjang. Responnya tak pernah berubah setiap kali aku mulai membahas masalah lipbalm.
"Berhenti membicarakan lip balm. Ada sesuatu yang lebih penting dari itu semua." ujar Xiumin membuatku menengok ke arahnya. Jelas aku penasaran karena biasanya dia hanya diam mengiyakan keputusan ku. Tapi kali ini berbeda.
"Apa?" tanya ku mendadak penasaran. Mengingat selama ini, bagi ku tidak ada yang penting kecuali diriku sendiri. Seegois itu memang, namun inilah sisi dalam diriku yang tak pernah berubah sampai sekarang.
"Orang tua Daniel-" ujarnya membuat ku penasaran. Sepertinya Xiumin sengaja menggantungkan kata-katanya untuk melihat seberapa antusias aku mendengar ceritanya.
"Apa terjadi sesuatu pada eomonie?" tanya ku panik mengingat baru bulan lalu wanita itu keluar dari rumah sakit. Kondisinya memburuk semenjak kepergian Daniel sehingga harus membuatnya sering keluar masuk rumah sakit.
"Bukan itu." gumam Xiumin mengalihkan pandangannya ke lain arah. Sepertinya ini sangat penting hingga membuatnya terlihat gelisah seperti itu.
"Lalu?"
"Appa-nya."
"Appa?" jujur saja aku juga penasaran bagaimana sosok ayah Daniel yang sama sekali tak pernah ku temui. Bahkan Daniel tak pernah memperkenalkan atau sekedar menceritakan tentang ayahnya padaku.
"Em." sahut Xiumin menerawang jauh. "Dia datang untuk meminta bagian." ungkapnya membuat ku kebingungan. Entah bagian apa yang tengah Xiumin bicarakan.
"Bagian apa?" tanya ku.
"Apalagi kalau bukan harta Daniel." sahutnya dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Kalau begitu bagi rata saja supaya tidak terjadi masalah. Beres kan?" ujarku memberikan saran.
"Itu tidak akan bisa terjadi." sahut Xiumin membuatku terdiam beberapa saat.
"Hm? Bagaimana mungkin? Mereka kan orangtuanya. Jadi sudah pasti mendapat bagian." ujarku merasa ada yang salah.
"Kau salah. Semua aset Daniel sudah menjadi milik-"
Eomma!
"Danhee-ya jangan lari-lari." aku hanya tersenyum saat mendengar Jihyun memperingatkan Danhee untuk tidak berlarian.
"Apa yang kau beli selama itu, hm?" tanya ku membuat Danhee menunjukkan isi kantung belanjanya.
"Es krim." pekik Jiwon yang merupakan putra pertama Xiumin dan Jihyun. Dia sangat tampan dan menggemaskan.
"Satu untuk eomma, satu lagi untuk samchon." ujar Danhee dengan senyuman manisnya.
"Gumawo." ujarku dan Xiumin kompak.
"Danhee-ya." gumam ku membuatnya menatapku penuh tanda tanya.
"Ada apa eomma?" tanya Danhee.
"Mau bertemu appa?" tanya ku berusaha menahan air mata. Xiumin dan Jihyun hanya terdiam mendengar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided [COMPLETE]
FanficMungkin ini akan menjadi kisah terkonyol yang pernah kalian dengar. Aku menikah dengan seorang pemuda asing yang sama sekali tidak ku kenal karena kejadian aneh yang mengharuskan kami menikah. Ini bukan karena perjodohan, kupikir itu terlalu klasik...