Bosan tak ada aktivitas selama di rumah, seharian ini aku menghabiskan waktu di ruang game milik Daniel. Sekitar jam 3 sore, aku keluar untuk mencari udara segar. Namun tak sengaja aku melihat sebuah amplop jatuh di bawah meja kerja Daniel. Penasaran, aku lantas mengambilnya. Begitu membukanya, aku mendengus kesal karena isinya tertulis dalam huruf hangul. Hanya satu kata yang ku pahami disana, hospital, selebihnya tidak ada. Hanya itu yang kupahami tidak lebih. Aku langsung mengembalikan amplop itu ke tempatnya kemudian keluar dari sana. Meski tahu dia tak akan membalas pesanku, namun aku tetap mengiriminya pesan untuk mengingatkan bahwa hari ini ada janji dengan dokter. Entah mengapa hubungan kami sekarang seperti sebuah kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan.
"Ahjumma.. "
"Ada yang bisa saya bantu, agashi?" tanya wanita itu dengan senyuman hangat.
"Aku akan pergi dulu."
"Kemana agashi akan pergi? Apa perlu saya antar?" tanya wanita itu membuat ku tak enak sendiri karena terus-menerus merepotkannya.
"Tidak aku bisa pergi sendiri." ujarku dengan senyuman manis.
"Ah baiklah. Hati-hati."
Hari ini, aku memberanikan diri untuk memastikan apakah semua alat itu benar. Awalnya aku ragu karena masih belum fasih benar dalam urusan bahasa, namun demi memastikan kebenarannya aku rela datang jauh-jauh ke tempat ini. Sekarang waktunya membuktikan semua. Aku yakin ini tidak mungkin terjadi karena kami hanya melakukannya sekali. Itupun karena ketidaksengajaan. Namun bukankah semua bisa terjadi kalau Tuhan menghendaki? Gumam ku memberanikan diri setelah melakukan tes pada tiga alat sekaligus. Aku masih ingat benar bagaimana rasanya saat menunggu hasilnya muncul, rasanya seperti menang lotre. Tidak, aku juga khawatir seperti akan terjadi sesuatu yang buruk. Entahlah sekarang aku juga tak tahu bagaimana perasaan ku sebenarnya. Terlalu rumit untuk dijelaskan. Setelah mengurus administrasi dan pendaftaran, aku menunggu giliran.
Hari ini lumayan banyak pengunjung membuat ku harus sabar menunggu. Setelah mendapat giliran pemeriksaan, aku harus kembali menunggu untuk hasilnya. Cukup lama memang. Sekitar 30 menit, hasil lab keluar dan sama sekali tak mengecewakan. Semuanya memang benar, namun aku tak tahu bagaimana caranya untuk memberitahu Daniel tentang hal ini. Aku tak mau memberitahunya lewat chat. Aku ingin melihat responnya secara langsung tak peduli meski harus menunggunya kembali. Terlalu lama menunggu membuat ku lapar, yah belakangan ini aku memang mudah sekali lapar. Jadi aku menyempatkan diri mampir sebentar di cafetaria rumah sakit. Sepertinya banana milk dan kimbab cukup untuk menjadi pengganjal lapar.
Saat akan pulang, tak sengaja aku melihat Xiumin sedang terburu-buru membeli sesuatu. Penasaran, aku mengikuti kemana dia pergi membawa beberapa kantung plastik itu. Ada banyak pertanyaan muncul di benak ku hingga akhirnya aku melihat Xiumin masuk ke sebuah ruang ICU VVIP. Meski tahu kalau ini area yang ketat penjagaan, aku tetap nekat mengikutinya karena sudah terlanjur penasaran dengan sosok yang dia jenguk. Begitu sampai di depan kamar inap tempat Xiumin masuk, aku membeku melihat dia baru saja membantu seseorang mengeluarkan isi perutnya. Pasien terlihat sangat pucat usai muntah membuat Xiumin mengkhawatirkan keadaannya.
Apa yang anda lakukan disini?
"Ah aku.. " lidah ku terasa kelu karena tak tahu harus mengatakan apa. Jujur saja rasanya aku sangat lemas.
"Apa kau kerabat pasien?" tanya salah seorang perawat yang datang bersama dokter.
Cklek..
"Dokter silahkan.. " Xiumin menggantungkan kata-katanya saat melihat ku sudah ada di sana. "Kau." tegurnya dengan wajah terkejut. Jelas dia pasti sangat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided [COMPLETE]
FanficMungkin ini akan menjadi kisah terkonyol yang pernah kalian dengar. Aku menikah dengan seorang pemuda asing yang sama sekali tidak ku kenal karena kejadian aneh yang mengharuskan kami menikah. Ini bukan karena perjodohan, kupikir itu terlalu klasik...