Makan malam terakhir di Kuala Lumpur ini akan mereka kenang karena besok mereka harus kembali ke Indonesia dengan membawa tiga penghargaan sekaligus. Semua karyawan sangat menikmati makan malam ini begitu juga denganku. Mereka sudah bekerja keras maka dari itu aku memberikan hadiah berupa jam tangan sebagai penghargaan. Memang harganya tidak seberapa jika dibanding dengan kerja keras mereka. Tapi setidaknya itu bisa membuat mereka senang. Aku hanya tersenyum sembari menganggukkan kepala saat satu persatu dari mereka mengucapkan terimakasih. Tak lama, hidangan utama datang. Yah, apalagi kalau bukan sampanye. Aku menahan diri supaya tidak terlalu banyak meminumnya karena aku masih ingat terakhir kali meminum wine, Rose mengomeliku seharian karena saat mabuk aku berubah menjadi aneh dan mulai saat itu dia menyuruhku menghindari minuman beralkohol.
Aku pergi ke kamar usai mencicipi gelas kecil sampanye. Aku tidak ingin keterusan minum dan menampilkan siapa diriku sebenarnya di depan semua karyawan. Maka dari itu aku pergi ke kamar. Aku memilih berdiam diri di kamar sembari menghilangkan rasa pusing efek minum, tak lupa aku meminum obat pereda mabuk supaya besok tidak ngelantur. Yah, entah kenapa aku selemah ini. Padahal baru segelas kecil, tapi aku sudah pusing dan merasa sangat gerah. Aku melangkah menuju kamar mandi untuk ganti pakaian setelah itu aku duduk di depan cermin untuk melakukan ritual skincare wajib sebelum tidur. Saat aku menghapus lipstik, tiba-tiba terdengar suara langkah seseorang. Astaga, mataku langsung membulat sempurna saat menyadari belum sempat mengunci pintu. Yah, ini sudah pasti efek sampanye. Aku bahkan terlalu pusing untuk mengunci kembali kamar. Dengan segera aku mengambil kartu akses dan berlari menuju pintu utama.
"Who are you?" tanyaku saat melihat seorang pemuda berpakaian serba hitam dan penuh keringat yang dengan lancang masuk ke kamar ku. Sialan. Runtukku dalam hati saat pemuda setinggi tiang listrik itu mengabaikanku.
"What are u doing in my room?" tanyanya balik membuatku kaget. Aku tertawa miris karena sepertinya dia salah masuk kamar. "Room service? Ahahah.. Arraseo. How many you want?" rancaunya membuatku semakin yakin kalau dia sedang mabuk berat. Bahkan dia terlihat tidak bisa menahan tubuhnya sendiri. Terlihat dari beberapa kali tubuhnya yang hampir limbung ke lantai.
"Sorry i think you're drunk. This is my room and you can't enter as you wish." celetukku mulai kesal karena dianggap sebagai room service. Kulihat dia mendekat sembari menatap ku. "Stop there!" ucapku memperingatkan supaya dia tetap ditempatnya. Tapi dia justru mendekat dan mengurungku di tembok dengan kedua tangannya.
"Don't you know me?" tanyanya membuatku menahan napas karena bau wine sangat lekat padanya. Saat aku memalingkan wajah, dengan lancang dia mengarahkan daguku supaya menatap wajahnya. Niat hati menamparnya sebagai bentuk pembalasan atas dua kelancangannya malam ini, namun bunyi bel lebih dulu menyadarkanku. Aku mendorong pemuda itu menjauh dan melangkah membukakan pintu. Benar saja dia langsung tergeletak di lantai.
Deg..
Pikiranku langsung menjurus ke sesuatu yang aneh-aneh saat melihat dua polisi berdiri di hadapanku. Aku curiga kalau pemuda tadi adalah buronan yang sedang polisi cari. Tapi sepertinya aku salah, polisi itu memintaku menunjukkan kartu identitas dan pasport. Bukan hanya aku, tapi sepertinya semua pengunjung di lantai ini juga diperiksa. Dengan segera aku mengambilnya. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan, namun yang kutahu ada sepasang kekasih digiring keluar dari kamarnya. Aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan di hotel semalam ini. Tiba-tiba saja sebuah tangan merangkulku, membuat dua polisi itu terkejut. Bukan hanya mereka, tapi aku juga terkejut karena ku pikir pemuda tadi sudah pingsan karena mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided [COMPLETE]
FanficMungkin ini akan menjadi kisah terkonyol yang pernah kalian dengar. Aku menikah dengan seorang pemuda asing yang sama sekali tidak ku kenal karena kejadian aneh yang mengharuskan kami menikah. Ini bukan karena perjodohan, kupikir itu terlalu klasik...