Suntuk di kontrakan saat akhir pekan, aku memutuskan untuk mengajak Joe pergi ke pantai. Kali ini kami akan pergi berdua karena teman-teman yang lain sudah punya agenda masing-masing. Baru saja akan berangkat, sebuah pesan masuk membuatku membuang napas kesal. Bagaimana tidak? Ini belum pergantian tahun tapi dia sudah merepotkan ku lagi, yah siapa lagi kalau bukan Daniel. Dia mengajakku bertemu sekarang juga. Lantas aku kebingungan sekaligus penasaran dengan alasannya datang lebih awal. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Pada akhirnya terpaksa aku membatalkan rencana untuk pergi ke pantai.
Kami bertemu di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari kontrakan. Aku tak tahu mengapa dia sangat bersemangat hingga datang lebih awal. Padahal biasanya dia terlambat jika membuat janji dengan alasan ada urusan yang lebih penting. Tak sengaja ku lihat sekretaris pribadinya yang tampan juga ada disini. Hanya saja dia menunggu di mobil, sepertinya dia benar-benar akan membicarakan hal penting sampai datang dengan sekretarisnya. Dengan segera, aku bergegas menemuinya untuk mendengar sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Benar saja, dia sudah duduk manis di salah satu meja di temani camilan yang sudah tersedia, sepertinya dia sudah menunggu lumayan lama. Tanpa mengatakan apapun, aku langsung duduk di hadapannya. Dia menatap ku dengan wajah lesu. Dia benar-benar berbeda dengan Daniel yang ku kenal.
"Gue udah mutusin buat bawa lo ke Seoul." ujar Daniel membuat ku menatapnya kesal. Bagaimana tidak? Keputusannya terlalu mendadak dan sepihak.
"Ga bisa gitu dong. Kan di awal ga ada kesepakatan kayak gitu." omelku tak terima dengan keputusannya. Daniel ganti menatap ku. Entah kenapa dia terlihat kurang tidur membuat ku sedikit mengkhawatirkan kondisinya. Tidak, untuk kali ini tidak ada kata kasihan. Aku akan lebih tegas padanya tak peduli apapun keadaannya.
"Gue ga minta pendapat lo. Gue udah urus semua. Minggu depan kita berangkat." ujar Daniel dengan enteng membuat ku merengut. Entah mengapa dia mendadak berubah jadi seperti ini. Yah tapi inilah Daniel yang sebenarnya, dia selalu saja melakukan apapun semaunya tanpa memikirkan pendapat dan pikiran orang lain.
"Apa-apaan sih lo." omel ku mulai muak dengan sikap Daniel yang seenaknya sendiri. Dia mendadak menjadi pengatur. "Kalo ada masalah tuh di bicarain baik-baik. Bukannya ngajak kabur seenaknya." lanjut ku membuat Daniel membuang napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided [COMPLETE]
FanficMungkin ini akan menjadi kisah terkonyol yang pernah kalian dengar. Aku menikah dengan seorang pemuda asing yang sama sekali tidak ku kenal karena kejadian aneh yang mengharuskan kami menikah. Ini bukan karena perjodohan, kupikir itu terlalu klasik...