Pagi-pagi sekali, Xiumin menjemput ku. Hari ini dia mengantar ku ke rumah sakit untuk menjalankan serangkaian prosedur pemeriksaan yang waktu itu sudah Daniel bicarakan. Entah mengapa kegelisahan ku hilang saat menyadari akan segera bertemu dengan Daniel. Mengingat selama ini dia terlalu sibuk bekerja. Bahkan sampai jarang memberi kabar. Entah apa yang terjadi padaku, namun inilah yang ku rasakan. Dia mengajakku pergi bersamanya meninggalkan zona nyaman ku namun sekarang dia justru mencampakanku seperti ini. Lucu sekali saat aku merasa kalau dia mencampakkan ku. Padahal hubungan kami tak sedekat itu. Kami hanya menjalin hubungan simbiosis mutualisme. Yah mari anggap saja seperti itu.
Xiumin mengantarku ke tempat dimana Daniel sudah menunggu. Kami berjalan berdampingan menuju ke lantai khusus untuk pemeriksaan. Benar saja, ternyata Daniel sudah duduk manis di depan ruangan salah seorang dokter. Dia langsung beranjak dari duduk saat melihat kami mendekat. Tanpa mengatakan apapun, Daniel memberi kode pada Xiumin untuk meninggalkan kami berdua. Lelaki itu hanya menurut membuat ku terheran-heran. Padahal dia lebih tua dari Daniel namun entah mengapa selalu saja mau disuruh-suruh. Daniel menurunkan maskernya sembari mengalihkan pandangannya ke arah ku. Sejenak aku tertegun saat mendengar sapaannya yang terasa menenangkan. Sudah lama sekali tidak mendengarnya.
"Lo baik-baik aja kan?" tegurnya membuat ku terdiam beberapa saat. Entah mengapa aku merasa seharusnya aku lah yang menanyakan itu pada Daniel. Dia terlihat agak lemas seperti kelelahan. Tentu saja, ini efek karena dia bekerja keras siang dan malam.
"Lo sakit?" ujar ku tanya balik saat melihat Daniel terlihat tidak sehat.
"Engga kok. Kenapa?" tanya Daniel membuat ku mengeluarkan sesuatu dari tas. Tak peduli pada pendapatnya nanti, aku merasa tak nyaman melihatnya pucat seperti ini. Rasanya aneh saja. "Apa'an.. "
"Stt.. " ujarku sembari memberikan sedikit liptint pada bibirnya. Aku juga sengaja menambahkan lip balm agar bibirnya lembab.
"Astaga kenapa gue jadi didandanin gini." gerutu Daniel mengundang kekehan kecil ku.
"Gini-gini in." instruksi ku menyuruh Daniel mengikuti apa yang kulakukan. "Udah sip rata."
"Astaga gimana kalo gue dikira yang engga-engga." omel Daniel membuat ku menatapnya sekilas. Sempat-sempatnya dia memikirkan hal itu.
"Engga-engga gimana sih?" sahutku santai. Daniel mengalihkan pandangannya kesal. Dia merasa bingung bagaimana menjelaskannya karena sadar kalau tak ada waktu untuk berdebat.
"Ya kan lo tau sendiri gimana reaksi orang kalo tau cowok pakek kayak gini." ungkap Daniel mengundang kekehan ku. Padahal biasanya dia juga menggunakan itu saat bekerja.
"Lo kan pake masker. Ribet amat perasaan." omelku sembari menarik maskernya dengan santai. Dia hanya terkekeh pelan.
"Lupa.. " gumamnya cengengesan membuat ku menggelengkan kepala pelan. "Oh iya sorry ya gue jarang dateng ngunjungin lo. Ada banyak kerjaan yang ga bisa ditinggal." ujar Daniel dengan penuh penyesalan.
"Sante aja. Gue tau kok lo orang sibuk." sahut ku meski sebenarnya ingin sekali memukulnya. Namun saat melihat wajahnya seperti itu, aku jadi luluh.
"Syukur deh lo ga marah." sahutnya dengan senyuman manis penuh arti. "Ayo masuk!" ajaknya sembari menggandeng tangan ku masuk ke dalam ruangan dokter.
Usai berbincang dengan dokter, kami melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan hingga berjam-jam lamanya. Lelah memang namun mau bagaimana lagi. Daniel tampak lebih lelah dari ku namun dia berusaha setenang mungkin karena tak ingin membuat ku khawatir. Sesekali kami bercanda di tengah jeda pemeriksaan karena sudah terlalu bosan. Aku merasa Daniel benar-benar orang yang berbeda dari caranya memperlakukan orang lain. Meski terkadang dia juga menyebalkan bukan main. Entah mengapa aku tiba-tiba teringat pada Ceo Kim yang menghilang seperti ditelan bumi. Tanpa disadari dia mempunyai kepribadian yang hampir sama dengan Daniel. Ada sesuatu yang ku takutkan sekarang, yaitu Daniel juga pergi meninggalkan ku. Seperti apa yang Ceo Kim lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided [COMPLETE]
FanfictionMungkin ini akan menjadi kisah terkonyol yang pernah kalian dengar. Aku menikah dengan seorang pemuda asing yang sama sekali tidak ku kenal karena kejadian aneh yang mengharuskan kami menikah. Ini bukan karena perjodohan, kupikir itu terlalu klasik...