Hello I'm Back!!!
Aku akan selalu sempatkan untuk update!!
Jadi, jangan lupa untuk vote and comment!!🗨️ 🌟Happy Reading😘😎
"Adel"
"Oh, Reyn. Ada apa?" tanya Adel ketika Reyn menghampirinya di taman.
"Ayo ke kantin. Kau belum makan siang kan?" ajak Reyn
"Iya sih, aku laper," ujar Adel memegangi perutnya.
"Kalau gitu, let's go," pekik Reyn
Adel dan Reyn mulai berjalan menuju kantin. Selama perjalanan, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Adel cukup risih dengan tatapan siswa-siswa itu. Adel berusaha untuk tidak memperdulikan tatapan mereka dan tetap fokus berjalan."Hei, ngapain liat-liat? Kayak enggak ada kerjaan aja," protes Reyn yang ikut merasa risih dengan tatapan siswa-siswa. Beda halnya dengan Adel, jika Adel tidak terlalu memperdulikan tatapan orang, kalau Reyn itu orangnya blak-blakan. Jadi, jika ia tidak suka akan sesuatu, ia pasti langsung mengutarakannya.
"Udahlah Reyn, jangan hirauin. Ayo cepet, keburu bel masuk," halang Adel yang khawatir akan timbul perselisihan.
"Siapa suruh ngeselin," tambah Reyn
Akhirnya kedua kaum hawa itu sampai di kantin. Tak jauh berbeda, begitu sampai di kantin. siswa-siswa itu kembali memandang mereka berdua."Hei, kita ini bukan artis yah. Ngapain pandang-pandang," omel Reyn
"Kita cari tempat duduk aja. Ayo," tutur Adel
Mereka pun mencari tempat duduk. Untungnya ada tempat duduk yang kosong.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Reyn
"Samain aja"
Reyn berlalu untuk memesan makanan. Adel menghembuskan napas kasar. Ia sama sekali tidak menyangka jika Andrew akan cepat berpaling darinya. Mana janjinya yang hanya mencintai Adel seorang. Walaupun ia tahu, ia juga salah di sini. Seharusnya ia tidak mengucapkan kata putus itu. Tapi, yang membuatnya terheran adalah Andrew pernah mengatakan jika ia tidak suka disentuh dengan sembarangan orang. Tapi, ini apa. Terlalu lama memikirkan hal itu, sampai-sampai ia tidak mendengar dipanggil oleh Reyn.
"Adel. Adel. ADEL," panggil Reyn dengan nada sedikit keras hingga beberapa siswa menoleh ke arahnya. Yang dipanggil hanya menampilkan wajah tidak berdosa.
"Ya? Kenapa Reyn?" jawab Adel dengan wajah polosnya.
"Kau itu yang kenapa. Aku panggil daritadi enggak denger-denger. Kok nge-bug sih. Mikirin apa?" protes Reyn seraya menaruh nampan berisi dua porsi nasi goreng dan jus alpukat.
"Cuman kepikiran yang tadi," ungkap Adel dengan wajah sendu.
"Yang sabar yah, Adel," timpal Reyn seraya mengusap tangan Adel.
Adel dan Reyn mulai menyantap makanan mereka. Sesekali mereka bercanda karena cerita konyol Reyn. Di tengah asiknya ia tertawa, ia merasa tatapan tajam seseorang. Begitu menghadap ke depan tepatnya di belakang Reyn, ia melihat tatapan Andrew yang tertuju padanya. Ia merasakan perasaan deja vu karena tatapan Andrew. Ia jadi teringat kembali dengan tatapan Andrew pada waktu pertama kali. Tapi, kali ini tatapan sedikit berbeda. Entah mengapa ia merasakan tatapan Andrew sedikit menyiratkan kesedihan. Tapi, ia berusaha menapiknya dan mengalihkan pandangannya dari Andrew. Apalagi ia melihat perempuan lain di samping Andrew. Jujur, ia sangat cemburu saat ini. Memang Andrew tidak menunjukkan respon apa-apa pada tingkah perempuan itu. Tapi, tetap saja ia tak rela melihat ada perempuan lain dekat dengan Andrew. Apalagi ia mengaku sebagai tunangan Andrew.
"Auww. Shh"
"Adel, kau kenapa?" tanya Reyn yang terkejut karena Adel mengaduh kesakitan.
"Jariku tergores sama serpihan kayu meja ini," ungkap Reyn seraya menunjukkan tangannya yang tergores dan mengeluarkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE PSYCHO(END)
RomanceDia menatapku dengan tajam seakan-akan ingin memakanku habis-habisan Pada awalnya aku sangat membenci sikapnya yang tidak tau sopan santun Tapi entah mengapa tatapan itulah yang ingin selalu ku lihat setiap hari. Sehingga aku tidak peduli siapa dia...