[Part 15]

5K 529 301
                                    

"Karena lebih mudah membuat lo menyesal telah mengenal gue, daripada membuat diri gue sendiri menyesal karena harus melepas lo."
- Zeandra GD.

***

"Zea, tunggu!" Langkah lebar Azka menyusul Zea yang berjalan dengan sedikit terburu-buru.

"Hei, tunggu. Gue perlu bicara sama lo," Azka berhasil menahan lengan Zea, hingga membuat Zea menoleh kearahnya.

"Mau ngomong apa Ka? Disini aja." Zea berusaha menyamarkan nada bicaranya yang sedikit bergetar.

"Jangan disini, kita ke tempat sepi." tanpa menunggu persetujuan Zea, Azka langsung menarik lengan kekasihnya itu ke arah rooftop. Tempat dimana tadi Zea menumpahkan air matanya dengan deras. Untungnya, Zea langsung membasuh wajahnya ke toilet, hingga jejak air matanya tak terlalu kentara.

Zea berdehem pelan saat Azka tak kunjung bicara, dan malah menatapnya dengan lekat.

"Ngomong Ka. Kok malah diem?"

Azka menghela napas, "lagi ada masalah ya? Emosi lo ngga stabil. Atau lagi PMS? Nyeri perutnya, hm?"

Zea membiarkan tangan Azka mengusap pelan puncak kepalanya. "Gue ngga papa. Apa hukuman buat gue, sorry karena tadi gue langsung pergi gitu aja. Besok gue janji bakal laksanain hukuman dari lo."

Azka tersenyum, "santai dong, buru-buru banget sih, cantik."

"Ka," Zea berdecak saat Azka malah menatapnya dengan jenaka. Wajah cowok itu sangat terlihat santai. Bahkan sedikitpun tak ada gurat kemarahan disana.

Azka lalu mengeluarkan jaket dari dalam tasnya, dan melingkarkannya dipinggang Zea.

Zea hendak menolak, namun ucapan Azka menahannya, "pake ini dulu ya. Jas OSIS gue lagi dipinjem."

"Ka, katanya mau ngomong."

"Iya, kan daritadi ini gue ngomong, sayang."

Zea berdecak, hendak melepaskan lilitan jaket Azka di perutnya, namun lagi-lagi Azka menahannya, "oke-oke. Duduk dulu."

Zea menurut dan mereka langsung duduk berdampingan dengan posisi tubuh saling berhadapan.

"Masih mode galak ya? Kalo iya, gue tunggu sampe lo bisa calmdown."

"Ngga. Gue ngga papa."

"Oke, sekarang coba cerita, kenapa lo bisa semarah itu sama Nisa? Pasti ada hal lain kan yang bikin lo luar biasa marah sama dia?"

"Ya kan lo udah tau kejadiannya, Ka. Dia nyiram baju seragam gue. Ya jelaslah gue marah. Ini belinya pake duit bukan daun."

"Sejak kapan seorang Zeandra ngga mentoleransi kesalahan kecil kayak gitu? Apalagi itu bukan kesengajaan."

Zea tertawa pelan, "lo tau kan Ka, gue sebandel apa? Dan ngga semua hal bisa gue toleransi. Gue berhak ngelakuin apa yang gue mau lakuin. Termasuk marah karena seragam gue kotor kena tumpahan jus."

"Oke, fine. Gue terima alasan yang itu. Tapi untuk lo yang tiba-tiba marah sama Vanya, itu ngga masuk akal. Gue tau sesayang apa lo ke dia. Zea, lo sadar atas ucapan lo tadi ke Va? Come on Zeandra. Gue tau, ini bukan lo."

PUZZLE DESTINY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang