[Part 25]

5.7K 818 993
                                    

"Bukankah sangat menyakitkan, ketika kehilangan sesuatu yang belum pernah kita miliki sebelumnya?"

- Zeandra GD -

***

Jino mengernyitkan keningnya saat melihat Zeva yang baru memasuki rumah dengan langkah tergesa dan wajah yang beruraian air mata.

"Kenapa kamu nangis, Va?"

Bibir Zeva semakin bergetar saat matanya bersitatap dengan Jino. "P-papa... Hiks..."

Zeva langsung memeluk erat tubuh Jino, hingga membuat Jino semakin bingung dibuatnya, "ada apa sih? Kamu kenapa nangis gini?"

"P-pa ... Va mau bilang jujur sama Papa," ucap Zeva setelah mengurai pelukannya.

Jino hanya diam, menunggu kelanjutan dari ucapan anaknya.

"Papa, Va pengen Azka."

"Azka? Temen belajar kamu itu?" Zeva mengangguki pertanyaan Jino, "iya Pa. Va mau Azka, Pa."

"Mau Azka gimana maksudnya? Papa ngga ngerti? Kamu mau belajar sama dia?"

"B-bukan Pa. Bukan itu."

"Ya terus apa Va? Jangan bikin Papa bingung!" tanpa sadar Jino membentak Zeva hingga membuat tubuhnya tersentak kaget.

"Papa kok malah bentak Va?"

Jino menghela napas, sejujurnya, kepala Jino sudah ruwet oleh masalah-masalah yang terjadi di keluarganya. Mulai dari anak sulungnya yang ternyata masih senang membolos sekolah, Ambar yang sampai detik ini mogok berbicara padanya, ditambah saat ini, Zeva yang menangis tanpa alasan yang jelas. "Papa cuma lagi banyak pikiran, bukan maksud bentak kamu." nada bicaranya mulai berubah lembut, "jadi apa maksud ucapan kamu tadi, hm?"

"Pa, s-selama ini Va suka sama Azka, Pa."

"Kamu suka sama Azka?"

"I-iya Pa. Va suka sama Azka. Va pengen Azka jadi milik Va, Pa."

"Astaga Va, bukannya kamu yang bilang sendiri ke Papa kalau kamu sama Azka cuma sekedar teman belajar? Kenapa malah jadi gini?"

"Maaf Pa, Va udah bohong. Va takut jujur ke Papa kalo Va punya perasaan lebih sama Azka. Va takut Papa marah."

"Papa ngga akan marah kamu mau suka sama cowok manapun, tapi itu nanti ada saatnya, pas kamu udah dewasa, bukan sekarang Va. Papa kan udah bilang, fokus kamu cuma sekolah, jangan mikirin hal lain, apalagi soal percintaan yang nantinya malah bikin kamu ngelakuin hal-hal aneh."

"Tapi Pa, Va beneran suka sama Azka. Dan rasa suka itu malah bikin Va semakin semangat buat belajar, dan asal Papa tau, selama ini ngga sedikit prestasi yang Va raih karena semangat buat bisa terus belajar bareng Azka, buat bisa mempertahankan gelar siswi berprestasi djmana Azka juga bergelar jadi diswa berprestasi disekolah, jadi Va ngga mungkin ngelakuin hal-hal aneh seperti yang Papa bilang."

"Jadi apa maksud kamu bilang gini ke Papa? Kamu mau menjalin hubungan yang spesial sama dia? Jika itu yang kamu maksud, Papa tetep ngga setuju dan ngga akan ngasih izin kamu buat pacaran Va."

Wajah Zeva berubah sedih, ia kira usahanya dalam membuat Jino terkesan pada Azka dengan selalu memuji kepintaran dan prestasi cowok itu dihadapan sang papa akan membuat hati Jino luluh, bahkan Zeva sempat berekspektasi kalau Jino akan menyetujuinya untuk menjalin hubungan dengan Azka saat ia meminta papanya itu menemaninya untuk menjenguk Azka yang tengah dirawat dirumah sakit, namun ternyata nihil, Jino tetaplah bulat pada keputusannya, yaitu tak mengizinkan anak-anaknya untuk memiliki pacar atau menjalin hubungan dengan laki-laki manapun.

PUZZLE DESTINY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang