[Part 20]

5.6K 734 450
                                    

"Air mata adalah jejak nyata dari kesedihan yang tak kunjung mereda."

- Zeandra GD.

***

Andra menatap wajah pucat Zea yang masih belum siuman. Andra sudah memanggil dokter keluarganya untuk memeriksa Zea, dan dokter tersebut mengatakan kalau Zea hanya demam dan kelelahan, yang disebabkan oleh stres serta pola makannya yang berantakan. Hingga membutuhkan istirahat dan asupan makanan yang cukup.

"Opa, Kak Zea kenapa?" tanya Caka yang tengah duduk di pangkuan Andra.

Tangan Andra bergerak mengusap puncak kepala cucu laki-lakinya itu, "Kak Zea lagi sakit, demam. Caka doain ya, biar Kakaknya cepet sembuh, dan cepet bangun."

Wajah Caka yang masih terlihat sembab berubah sendu, "Kak Zea sakit demam Opa?"

"Iya sayang, demam." Andra berusaha untuk tetap tersenyum, walau isi kepalanya sudah dipenuhi berbagai pertanyaan tentang masalah yang ada didalam keluarga anaknya, Jino.

"Mama kamu dimana?"

Caka mendongak, "Caka ngga tau. Tadi Caka pulang sekolah dijemput Pak Supir. Caka belum liat Mama."

Andra mengangguk, "Caka tunggu disini dulu ya? Temenin Kak Zea. Opa mau ke Papa kamu dulu sebentar."

Saat hendak beranjak, tangan Caka menahan Andra, "Opa jangan deket-deket Papa."

Andra menatap mata cucunya itu yang mulai berkaca-kaca, lalu berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Caka, "kenapa Opa ngga boleh deket-deket Papa?"

Hidung anak laki-laki itu mulai kembang kempis, terlihat sekali kalau Caka sedang berusaha menahan tangis.

Andra yang paham langsung tersenyum sambil mengusap pipi Caka, "Caka mau cerita sama Opa, hm?"

Caka langsung menunduk, "C-caka takut Papa marahin Opa. P-Papa nakal, sering marahin Kak Zea terus, Opa. Caka sedih. P-Papa jahat, hiks..."

Andra memeluk tubuh mungil cucunya, berusaha memberikan ketenangan, "Papa ngga jahat. Nanti Opa coba ngomong sama Papa ya? Caka disini dulu ya? Oke?"

Caka akhirnya mengangguk dan membiarkan Andra pergi.

Setelah menutup pintu kamar Zea, Andra menyusuri setiap sudut rumah untuk mencari Jino.

"Dimana Papa kamu?" tanya Andra saat melihat Zeva yang tengah memainkan ponsel disofa ruang tamu.

"N-ngga tau, Opa. Va ngga liat Papa pergi kemana."

Andra langsung pergi kekamar Jino, dimana kemungkinan anaknya itu berada disana.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Andra langsung masuk, untung pintu kamar tersebut yak dikunci, hingga memudahkannya untuk menemukan Jino yang kini terlihat tengah berdiri di pagar balkon.

Andra berjalan menghampiri anak lelakinya itu.

"Ayah keluar aja, kalo cuma niat marahin Jino."

Ucapan Jino membuat Andra terkekeh pelan, "siapa yang mau marah? Sini kamu liat Ayah!"

Jino menghembuskan napas, lalu membalikan tubuhnya, hingga kedua pasang mata ayah dan anak itu bersitatap.

"Anak kamu sakit. Dia demam."

Jino masih diam. Andra bisa melihat sorot kekhawatiran dimana anak lelakinya itu yang hanya muncul sesaat dan seketika lenyap dalam sekejap.

Bugh.

PUZZLE DESTINY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang