[Part 18]

4.9K 659 392
                                    

Jangan lupa follow akun tiktok Nunu ya: @nurilawp_ atau klik link di bio,
untuk tau visual / spoiler semua cerita Nunu disini yes❤
.
.
.

"Gue bukan menyerah, hanya sedang lelah dan tak ingin berkeluh kesah."
- Zeandra GD.

***

Azka mengedarkan pandangannya keberbagai penjuru sekolah untuk mencari Zea. Sorot matanya terlihat bingung, dan redup. Azka seolah belum ingin memahami apa yang baru saja terjadi, dimana Zea mengatakan hal yang membuat otak dan hatinya berperang.

Zea ingin berhenti?

Zea menyerah?

Zea mengakhiri semuanya?

Tidak! Azka tidak mau! Azka masih ingin mempertahankan Zea. Azka masih bertekad mempertahankan hubungannya dengan Zea apapun yang terjadi. Dia tidak akan pernah sudi melepaskan seorang Zeandra, kekasih hatinya.

"Zea ..." lirihnya tanpa sadar, bahkan beberapa murid yang berlalu lalang menatapnya bingung. Azka yang biasanya hanya menunjukan tampang ketus dan galaknya, saat ini terlihat sangat berbeda.

"Azka," Zeva menahan lengan Azka yang hendak kembali berlari.

"Zea?"

"Gue Vanya." dada Zeva sesak saat melihat tatapan keputusasaan disorot mata Azka. Apa sebesar itukah perasaan Azka pada kakaknya?

"Lo mau kemana Ka? Udah bel masuk."

"Va, lo liat Zea? Lo tau Zea dimana? Gue mau samperin dia. Gue pengen ngomong sama dia." nada bicara Azka terdengar bergetar. Bahkan mata cowok itu sudah memerah, sangat kontras dengan wajahnya yang putih pucat.

"Kekelasnya mungkin?" jawab Zeva sedikit tak rela, "nanti juga kan bis--"

Azka sudah lebih dulu berlari menjauh, tak menghiraukan Zeva yang tengah menatapnya sendu.

"Lo liat Zea?" tanya Azka pada Sera yang merupakan teman dekat Zea.

"Zea? Dia belum masuk kelas."

Azka melihat bangku kosong disebelah Sera. "Kabarin gue kalo dia dateng!"

Azka kembali berlari sambil menempelkan ponselnya ke telinga, mencoba menghubungi nomor Zea untuk yang kesekian kali. Namun Zea tak menjawab telponnya sama sekali.

"Zea, please." Azka terus merapalkan doa, berharap gadis itu masih berada disekitaran sekolah.

Sedangkan dilain tempat, Zea hanya duduk diam dengan pandangan kosong. Matanya menatap kearah air danau yang tenang, namun pikirannya menyelam kemasa-masa bahagianya, dimana ia bisa mengenal Azka, bercanda tawa, hingga kemudian dekat dan mereka menjadi sepasang kekasih.

Pipinya kembali basah, cairan bening yang berasal darimatanya jatuh tanpa diminta. Dadanya sesak, sangat sangat sesak saat mengingat tatapan bingung bercampur sedih dari mata Azka tadi.

Melepaskan Azka tidak pernah ada dalam bayangannnya. Zea pikir semuanya akan bisa ia hadapi, namun ternyata batinnya selalu tersiksa saat ia berusaha mencoba untuk mengikuti egonya sendiri.

PUZZLE DESTINY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang