[Part 45]

6.1K 897 518
                                    

Ambar POV

Istri lain. Dan anak lain.

Ya Tuhan, walaupun sudah bertahun-tahun aku tahu kalau suamiku bukan lagi hanya suamiku, hatiku masih terasa diremas kuat saat ditampar kenyataan kalau laki-laki yang kucintai memiliki wanita lain, juga seorang anak lain yang bukan lahir dari rahimku.

"Maaf."

Lagi? Aku tertunduk sambil tersenyum--ah lebih tepatnya mencoba untuk menunjukan senyum padanya.

Katanya, memaafkan seseorang yang pernah berbuat salah terhadap kita itu setidaknya bisa membuat kita lega, walaupun tidak akan bisa membuat kita lupa akan kesalahannya.

Namun saat Jino semakin banyak mengucap kata maaf, kenapa hatiku malah makin terasa sakit?

Apa aku masih belum bisa memaafkannya?

Apa aku masih belum mau untuk memaafkannya?

Atau selama ini aku memang tidak tahu bagaimana cara memaafkannya?

Aku tahu, dia tidak sepenuhnya salah. Aku tahu, dia menyesal. Aku selalu bisa melihat kilatan penyesalan di iris mata elangnya semenjak hari itu. Hari dimana dia mengatakan semuanya. Jujur padaku akan kesalahannya. Penghianatannya.

Aku menghargai kejujurannya, namun semenjak saat itu, semuanya tidak sama lagi. Keluarga kami ternyata sudah tidak utuh lagi. Bahtera rumah tangga yang dengan susah payah aku jaga, ternyata sudah mulai runtuh.

Kewarasanku diuji saat itu. Logika dan hatiku terus beradu, mereka saling berlomba-lomba untuk mempengaruhiku.

Sudahi, lalu pergi. Itu kata logikaku.

Bertahan, jangan sampai karam. Itu kata hatiku.

Aku selalu merasa sesak saat dihadapkan dengan pilihan yang membingungkan, juga kenyataan yang menyakitkan.

Alih-alih memutuskan, aku malah menyuruh suami yang benar-benar kucintai itu untuk menikah lagi.

Menikahi perempuan lain. Perempuan yang  merupakan ibu dari anaknya, anak suamiku.

Dia menolak tentu saja, Jino bahkan marah saat aku meminta hal yang enggan ia lakukan. Walaupun berdasarkan alasan tanggung jawab.

Tapi aku tetap menyuruhnya, walaupun aku tidak menginginkannya. Dia tidak menginginkannya. Kami sama-sama tidak menginginkannya.

Namun pada akhirnya dia setuju, saat kujanjikan kesetiaanku untuknya. Logikaku kalah saat itu.

Aku menyingkirkan perasaan sakit yang terus menggerogoti hati. Bertahan dengan alasan cintaku yang benar-benar tulus untuk Jino. Ya, perasaanku tak sedikitpun barubah terhadapnya, hanya saja, sejak saat itu, mencintainya tak lagi terasa berbunga-bunga seperti hari-hari yang telah kita lewati sebelumnya.

Aku masih mencintainya, bersamaan dengan rasa sakit yang ditorehkannya padaku. Rasa cinta dan kecewaku selalu bersemayam didalam dada, dan aku mencoba berdiri diantara kebimbangan yang tak berujung itu.

Alasan lainnya, demi keempat anakku. Ya, demi mereka.

Aku tidak bisa mundur dan berhenti begitu saja. Aku tidak bisa egois hanya karena hatiku yang sakit, dan membiarkan anak-anakku merasa dipatahkan oleh perpisahan orangtuanya. Karena rumah utama mereka adalah keluarga. Dan aku berusaha bertahan di keluarga yang sudah kubangun bersama suamiku selama bertahun-tahun ini.

Aku berusaha untuk berdamai dengan keadaan yang terus berusaha menyuruhku pergi dari kepahitan ini.

Dan aku berhasil melakukannya. Aku bisa, walaupun dengan susah payah. Walaupun didalam prosesnya aku selalu ingin berhenti dan berhenti untuk kesekian kali.

PUZZLE DESTINY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang