[Part 41]

6.5K 942 681
                                    

"Mari tetap berjalan beriringan, walau akan berbeda tujuan."

***

"Papa, i want to go home, now." ucap gadis yang bernama Hages saat melihat Jino yang tengah berjalan menghampirinya dan Caka.

"Hei cantik, kenapa pengen cepet pulang? Kamu ngga betah disini?" Ambar berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh mungil gadis kecil di hadapannya.

"Aunty Ambar?" bibir Ambar langsung bergerak mengulum senyum, "iya, ini Aunty."

"Ini rumah Aunty Ambar?"

"Iya, sayang. Ini rumah Aunty. Hages suka disini?"

Gadis kecil itu hanya mengangguk kecil, "tapi aku takut sama dia, Aunty." tunjuknya dengan ragu ke arah wajah Caka, "daritadi Caka cuma ngeliatin aku terus. Ngga jawab pas aku ajak ngobrol, Aunty."

Ambar mengangguk kecil, kedua manik matanya menatap kearah Caka sambil tersenyum tipis, "Caka udah kenalan sama anak cantik ini, sayang?"

"Udah, Ma."

"Kok Hages nya ngga Caka ajak ngobrol? Kenapa?" jemari Ambar bergerak menyisir rambut lembut Caka.

"Ma?" tanya Caka dengan nada seperti tengah berbisik, "dia siapa, Ma?"

Deg.

Ambar berdehem pelan, "temen baru Caka. Caka bisa ajak Hages main kalau nanti dia kesin--"

"Caka ngga mau main sama dia, Ma."

"Kenapa, sayang? Ada yang salah?"

"Caka ngga suka, Ma."

"Apa yang bikin Caka ngga suka? Coba bilang sama Mama."

"Kenapa dia manggil Papa juga, Ma?"

Ambar menelan liurnya seketika.

"Itu berarti, dia anak Papa juga dong Ma? Kalau dia anak Papa, berarti dia anak Mama juga? Tapi kenapa tadi dia panggil Mama, Aunty. Bukan Mama?"

"Caka, Hages adik kamu juga, sayang. Caka ngga keberatan kan kalo--"

"Adik Caka cuma Biya, Ma. Caka ngga mau punya adik lain. Adik Caka cuman satu, Biya aja. Ngga ada yang lain."

"Iya, Mama ngerti. Maksud Mama, Caka bisa anggap Hages seperti adik Caka sendiri. Hages juga udah Mama anggap kayak anak Mama sendiri kok."

"Mama lahirin dia emangnya?"

"Ngga sayang, Mama--"

"Kalo gitu, dia bukan anak Mama dong Ma. Anak Mama cuma Kak Zea, Kak Va, Caka, sama Biya aja. Bukannya di foto keluarga kita ngga ada dia, iya kan Ma?"

"Tap--"

"Udah, Ambar. Jangan kamu paksa Caka buat bisa ngerti dan nerima sekarang, dia butuh waktu." Jino yang sedaritadi memperhatikan akhirnya bersuara.

"Hages ngga nakalin Caka, kan?" tanya Jino pada gadis kecil yang kini tengah menggeleng pelan, "ngga. Aku ngga nakal kok. Aku ngga sentuh-sentuh."

Jino mengangguk, "good, kamu bilang tadi mau pulang kan? Kalo gitu salam dulu sama Aunty, sama Caka juga, ayok."

Hages mengangguk, menuruti perintah Jino, dengan menyalami tangan Ambar lalu bergeser menyodorkan tangan kearah Caka.

Caka hanya diam, dengan tatapan yang masih menyorot ketidaksukaannya pada gadis kecil itu, hingga kemudian Ambar menegurnya, "Caka, salaman dulu sama Hagesnya, sayang. Dia mau pulang."

PUZZLE DESTINY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang