[Part 29]

5.6K 864 802
                                    

"Kematian lah yang menciptakan rindu tanpa pertemuan."

***

Keluarga Dimitri tengah berduka.

Sepasang suami istri, Gavandra Adilhaq Dimitri dan istrinya, Grizelle Danisya Roger sudah berpulang.

Zea tengah berdiri mematung sedaritadi, memperhatikan prosesi pemakaman kakek nenek kesayangannya.

Pakaian berwarna hitam mendominasi orang-orang yang hadir ke pemakaman tersebut, terutama Zea dan keluarga besarnya.

Setelah selesai, orang-orang mulai melangkah pergi dari tempat peristirahatan terakhir Andra dan Izel.

Mata sembab Zea menatap kedua orangtua, dan juga Mami Daddy nya yang tengah berjongkok di pusara orangtua mereka sambil mengangkat kedua tangan untuk memanjatkan doa.

Tepat disamping kanannya, Zeva tengah menangis dipelukan Abang sepupunya, Jayden.

Saat Jino, Ambar, Fares, dan Nana berdiri dan mengajak mereka pulang, Zea menggeleng pelan, "Zea pulangnya nanti aja. Masih mau disini."

Ambar mengusap pipi Zea yang basah, "Mama temenin ya?"

"Zea mau sendiri Ma, Zea mau ngobrol sama Opa sama Oma."

Nana mencegah Ambar dan mengisyaratkan adik iparnya itu untuk menuruti permintaan Zea.

"Jay, kamu temenin Zea ya, nanti kamu yang anterin dia pulang."

"Tapi Mi--"

"Ngga usah, Mi. Nanti Zea pulang sendiri aja. Jangan ada yang nungguin Zea, please."

Dan setelah mendengar permintaannya itu, seluruh anggota keluarganya benar-benar pergi.

Zea langsung duduk di tengah-tengah makam Andra dan Izel, mencium nisan yang bertruliskan nama kakek neneknya itu penuh sayang.

"Opa sama Oma kan pamit sama Zea buat pergi ke Aussie doang, bukan pergi ke pangkuan Tuhan," dada Zea benar-benar terasa sesak bukan main, "Opa, Oma. Katanya mau bawain Zea oleh-oleh? Mana oleh-olehnya?"

Jemari Zea menghapus linangan air mata yang tak henti-hentinya mengalir di pipi, "Zea kan masih mau nginep dirumah Opa sama Oma. Cerita ini itu sama Opa sama Oma," Zea menjeda ucapannya yang tertahan di tenggorokan, "masih banyak yang belum Zea ceritain, tapi kenapa kalian malah pergi ninggalin Zea secepat ini?"

"Opa, Oma. Mami, Daddy, sama Jay udah pulang. Tapi mereka pulang karena Opa sama Oma nya pergi. Zea bisa ketemu sama Mami, Daddy, sama Jay, tapi udah ngga bisa ketemu kalian. Zea udah ngga bisa lagi meluk kalian, Zea udah ngga bisa lagi ketawa bareng kalian. Zea udah ngga bisa ngusilin Opa lagi, Zea udah ngga bisa denger Oma ngomel marahin Opa yang sering isengin Zea lagi."

Zea menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, "Opa sama Oma udah ketemu Tuhan ya sekarang? Udah ada ditempat paling nyaman di sisi-Nya, ya? Udah bahagia berdua ya?"

"Zea mau ngucapin makasih banyak, karena Opa sama Oma selalu nemenin Zea dari kecil. Selalu ngajakin Zea main, selalu meluk Zea kalopun Zea nya nakal. Selalu beliin Zea banyak mainan, makanan, dan ngga pernah absen buat nanyain kabar Zea setiap waktu."

"Zea bahagiaaa banget, karena punya kalian dihidup Zea. Tapi Zea sedih, Opa sama Oma sekarang udah pergi."

"Opa ganteng, Oma cantik, makasih ya buat semua kebahagiaannya. Kalian jangan khawatir, Zea janji akan selalu baik-baik aja disini. Zea bakal jagain semua orang-orang yang Zea sayang."

Bibir Zea kembali bergetar, "selamat beristirahat dengan tenang, Opa, Oma. Zea pamit pulang dulu ya, tapi nanti Zea akan sering-sering kesini buat cerita ke Opa sama Oma. Assalamualaikum." Zea kembali mencium nisan Andra dan Izel, kali ini lebih lama, setelah itu Zea mengucapkan salam dan berdiri sambil membenarkan letak kain hitam dikepalanya.

PUZZLE DESTINY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang