Rigel

631 79 0
                                    

Part ini akan full of flashback

Malam itu hujan turun dengan sangat deras, sesekali petir menyambar memecah kesunyian malam. Namun ditengah derasnya hujan yang mengguyur, sebuah sepeda motor menembus pekatnya malam itu.

Jeno kecil yang berlindung dibalik jas hujan dan memeluk daddynya erat, sedikit kedinginan tapi senang.tidak tau kemana daddynya akan membawanya kemana karena tidak bisa melihat apa-apa selain jalan aspal yang terlihat dicelah jas hujan.

Beberapa saat motor yang mereka tumpangi berhenti didepan sebuah rumah kecil. Setelah memarkirkan motornya diteras, Donghae menggandeng Jeno kedalam rumah itu.

"Jeno, mulai sekarang kita tinggal disini ya? Jeno, Daddy dan Mark hyung. Kita bertiga" ucap Donghae sambil mengelus surai hitam Jeno.

Jeno memiringkan kepalanya terlihat bingung, "Kenapa cuma kita beriga dad? Mommy bagaimana?"

"Mommy pergi sayang. Sekarang hanya kita bertiga"

Sebenarnya Jeno masih bingung dengan ucapan daddynya, tapi mencoba berfikir mungkin mommynya hanya pergi sementara, "mungkin mommy sedang pergi menginap dirumah nenek"

Jeno kecil yang masih berusia 4 tahun, Jeno yang masih belum mengerti arti sebuah perceraian.

Awalnya semua masih baik-baik saja, sampai Jeno masuk ke Sekolah Dasar. Sejak saat itu Jeno sering sekali diejek oleh teman-temannya karena tidak punya ibu.

Jeno kecil selalu membalas sambil "Aku punya mommy. Mommy cuma sedang pergi kata daddy. Nanti mommy akan kembali!!"

Setelah itu dia akan berlari ke kelas hyungnya, mengadu tentang bullyan teman-temannya tadi.

Berbeda dengan Jeno yang tidak tau apa-apa tentang perceraian kedua orangtuanya, Mark tentu paham. Terkadang saat Jeno menangis kekelasnya, Mark merasa kasian kepada adiknya ini.

Yang bisa Mark lakukan untuk menghibur adiknya hanyalah mengajaknya ke kantin dan membelikan es krim yang banyak untuk adik kesayangannya.
Terlihat tegar demi sang adik, tapi jauh dilubuk hatinya, Mark juga merindukan sosok ibu dalam kehidupannya.

Setelah perceraian dan mendapat hak asuh atas kedua anaknya, Donghae mulai bekerja sangat keras dan mendekati workaholic. Dia mulai jarang ada waktu untuk kedua anaknya. Karena dia bertekad untuk menjadi sukses agar anak-qnaknya tidak akan direndahkan seperti dia nantinya.

Hingga suatu hari, Jeno menangis kepadanya sambil berkata bahwa dia diolok-olok temannya karena tidak punya ibu. Donghae merasa terpukul perasaannya campur aduk antara kecewa dan sedih, tapi yang dia bisa lakukan hanya menenangkan putra bungsunya itu. Dalam hatinya dia merasa tidak mampu menjadi orang tua yang baik. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menitipkan Mark ke rumah orangtuanya dulu sampai keadaan dia membaik dan mampu mengurus kedua anaknya tanpa menerlantarkan mereka karena sering lembur.

"Tenang saja nak, daddy akan bekerja keras demi kalian. Apapun akan daddy berikan, bahkan kalau harus menyerahkan kepala demi kalian"

-|-

Awal dipisahkan dengan Mark, Jeno sangat kesepian. Terbiasa dengan mengikuti kemanapun Mark pergi, sekarang hanya bisa berkomunikasi lewat telpon rumah.

Hampir tiap hari Jeno pergi ke wartel hanya untuk menelpon kakak kesayangannya itu. Karena dia baru bisa bertemu tiap liburan akhir semester, entah Jeno yang pergi kerumah neneknya bersama Donghae atau Mark yang pulang kerumah diantar kakeknya.

Walaupun berpisah jauh, Donghae tidak lantas membiarkan Mark begitu saja, dia tetap mengawasi anaknya, memantau keperluan anaknya itu agar tidak merasa dibuang oleh daddynya.

Mark juga merasa tau diri untuk tidak.membuat daddynya kepikiran dengan dirinya. Dia selalu menjaga sikapnya, menjadi anak baik yang bisa dibanggakan. Untuk nilai sekolahnya jangan ditanya lagi, dia selalu juara 1 dikelasnya. Dirumah neneknya, walau sering dimanja tapi tidak membuat Mark jadi anak yang malas, justru dia semakin rajin membantu tantenya mengurus rumah agar nenek atau kakeknya tidak terlalu lelah.

Hingga suatu hari, dia mendengar cerita Jeno tentang "mama" yang pulang. Mark tentu bingung apa maksudnya, sampai Donghae beekata kalau dia akan menikah lagi.

"Dia teman om Shindong, dia akan jadi mama kalian, dia baik Mark dia bisa menerima kalian berdua bersama daddy."
Hanya itu penjelasan yang diberikan.

Sebenarnya selama ini banyak yang mau menikah dengan Donghae, tapi tidak ada yang mau menerima Mark dan Jeno. Mereka hanya mau menerima salah satu dari mereka berdua. Ada juga yang hanya tertarik pada Donghae, dan tidak terlalu peduli dengan anak-anaknya.

Sementara Taeyon, waktu pertama kali bertemu Jeno, dan mendengar Jeno memanggilnya "mama", dia merasa tersentuh dan merasa terikat dengan anak itu. Apalagi melihat senyum bulan sabitnya, hingga akhirnya mau menerima lamaran Donghae untuk menjadi istrinya dan ibu dari anak-anaknya. Di lain sisi, sebenarnya Donghae tidak terlalu suka dengan Taeyon, dia melamarnya hanya demi anak-anaknya, apalagi melihat Jeno suka sekali dengan Taeyon.

Singkat cerita pernikahan Dobghae dan Taeyon pun diselenggarakan. Jeno sangat senang sekali karena akhirnya bisa menunjukkan pada teman-temannya bahwa dia mempunyai mama. Melihat Jeno yang sangat bahagia, Mark juga bahagia.
Mark berharap, senyum Jeno itu bisa terus ada.

-|-

Awal pernikahan Donghae dan Taeyon semua terasa bahagia. Walau sempat terganggu dengan kabar keguguran Taeyon yg menyebabkan dia tidak bisa hamil lagi. Namun tak berlangsung lama, karena bagi Taeyon, Jeno dan Mark sudah cukup untuknya.

Walau sebagai ibu tiri, Taeyon sangat sayang pada anak-anaknya. Walau cara mengungkapkan rasa sayangnya tidak blak-blakan seperti Donghae. Taeyon selalu mengajarkan anak-anaknya supaya tidak manja dan mandiri. Jeno dan Mark juga tidak masalah dengan hal itu.

Tapi kebahagiaan itu hanya berlangsung sebentar saja. Saat Jeno masih duduk di bangku kelas 4 SD, Donghae berselingkuh dengan rekan kerjanya. Waktu itu Taeyon sempat bertengkar hebat dengan Donghae dihadapan Jeno, membuat Jeno menangia ketakutan. Saat Jeno berusaha melerai malah dibentak Donghae

"Kalau Jeno membela mama berarti Jeno anak durhaka!"

Kata-kata itu selalu terngiang dihati Jeno sampai sekarang.

Bahkan kata-kata selingkuhan daddynya ketika dilabrak oleh Mark selalu membekas.

"Ya siapa suruh Taeyon jadi istri gak bisa mengurus suaminya. Bukan salah Donghae atau salah aku lah. Dia aja gak becus jadi istri."

Mimpi buruk Jeno dan Mark terulang kembali.

Kehilangan keluarganya.

Last FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang