Algieba

623 80 13
                                    


Haiii... Masih ada yang minat baca cerita ini gak sih?
Jujur, sebenernya aku gatau mau ngelanjutin gimana :(











Setelah sore itu Donghae mengurus anak tirinya yang dikiranya polos dan baik, yang secara tiba-tiba mengaku hamil dengan kekasihnya diluar hubungan pernikahan. Dia merasa sangat gagal menjadi orangtua.

Dimana letak kesalahannya dalam mendidik anaknya itu? Padahal dia selalu menjaga dan menyayangi anak-anak tirinya itu seperti anak sendiri, mengutamakan mereka. Tapi apa yang didapat? Rasa malu.

Belum lagi mengingat perselingkuhan Irene. Ditambah Mark yang sekarang sangat membencinya. Sungguh, kepalanya terasa ingin meledak.

Jika ingat tentang Mark, Donghae jadi teringat Jeno. Anaknya itu selama ini adalah anak yang paling penurut diantara semua anak-anaknya. Jarang membantah ucapannya. Tak banyak menuntut apapun sebenarnya. Anaknya yang paling pengertian.

Tapi apa yang dilakukan Donghae sebagai balasannya? Mengusirnya dari rumah dan berkata tidak akan mengakuinya sebagai anaknya lagi.

Mengingat itu membuat Donghae sangat menyesal. Sungguh.



-|-

Donghae berjalan dilorong Rumah Sakit tempatnya bekerja menuju ke ruangannya. Dia ada jadwal praktek dibagian rawat jalan hari ini.

Saat akan masuk ke ruangannya dia menyapa perawat pendampingnya sambil menanyakan berapa pasiennya hari ini.

"Hari ini tidak banyak pasien dok, hanya ada 10 pasien saja. Pasien pertama anda sudah menunggu didalam"

"Terimakasih ya" Donghae tersenyum kemudian berlalu masuk keruangannya.

Saat masuk yang dilihatnya adalah Jeno yang bersandar di rak buku dekat tempat duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat masuk yang dilihatnya adalah Jeno yang bersandar di rak buku dekat tempat duduknya.

"Jeno? Sedang apa disini?"

"Oh, Dokter Lee.. Anda sudah datang" Jeno tersenyum kecil dengan bibir pucatnya.

"Kenapa kesini? Kamu sakit?" Tanya Donghae sambil duduk dikursinya.

"Tidak. Aku sudah tidak sakit lagi. Hanya ingin berkunjung" jawab Jeno sambil duduk dikursi yang berhadapan dengam Donghae.

"Ck, ada-ada saja. Lagi pula untuk apa kamu disini? Bukannya kamu harusnya sedang kuliah? Selalu saja lari dari tanggung jawab" omel Donghae.

Jeno hanya melihat Donghae dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jadi mau sampai kapan kamu sadar bahwa aku sudah pergi.... Daddy" Tanya Jeno lirih.

Donghae tersentak bangun dari tidurnya. Jantungnya berdetak kencang.

"Apa itu tadi?" Donghae menggusak wajahnya pelan. Perasaannya diliputi perasaan khawatir yang mendominasi.

Wajah Jeno yang menatapnya itu sangat membekas dalam ingatannya.

-|-

Setelah mimpinya malam itu, perasaan Donghae selalu gelisah. Merasa bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Apalagi bayangan Jeno yang terus berputar dalam kepalanya.
Raut kecewa dan sedih yang ditunjukkan Jeno malam itu sangat membekas.

Siang itu Donghae berpapasan dengan Mark dilorong saat akan menuju IGD. Donghae langsung menghentikan Mark.

"Mark. Daddy ingin bertanya"

"Ada apa dokter Lee?" jawab Mark malas. Sungguh, Mark sendiri sudah sangat kecewa bahkan hanya untuk memanggil Donghae sebagai daddynya.

Alis Donghae berkerut, tanda tidak suka dengan panggilan Mark barusan, mengingatkan pada Jeno dalam mimpinya
"Apa-apaan dengan panggilan itu?" tanya Donghae.

"Tidak ada. Saya sedang sibuk, apa anda hanya ingin bertanya itu saja?"

"Ck, tidak sopan. Aku hanya ingin bertanya tentang Jeno."

"Untuk apa anda menanyakan tentang ADIK SAYA?" jawab Mark sambil menekankan pada kata adik saya. Mark heran, untuk apa pak tua ini menanyakan Jeno, yang jelas-jelas sudah diusirnya.

"Dia kan juga anak daddy, apa salahnya bertanya keadaannya sekarang?" jawab Donghae tidak suka.

"Anak anda? Siapa? Jeno? Hahahaha.. Perlukan saya ingatkan kembali, pada seorang ayah yang tega menampar dan mengusir anak kandungnya sendiri. Dan berkata bahwa tidak akan menganggap anaknya itu sebagai anaknya lagi. Jika saya tidak salah ingat, itu berarti Jeno memang adik saya. Tapi BUKAN anak anda lagi. Dan saya tidak akan mengatakan apapun tentang adik saya kepada orang asing." Mark berkata sambil menatap Donghae. Menekankan setiap kata.

"Jika tidak ada yang perlu dibicarakan lagi saya permisi."

Mark langsung beranjak meninggalkan Donghae yang masih termenung ditempatnya.







-TBC-

Happy reading yorobun.. 😊
Dikit aja yaa, takut kalian bosen..
Btw... Makasih yaa buat yang udah selalu komen dan vote. Itu berarti banget buat aku :")







Last FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang