Kita semua kehilangan teman, baik karena kematian, jarak, atau waktu. Walaupun mereka tak ada lagi, harapan akan selalu ada. Kuncinya adalah menyimpan keberadaan mereka di hatimu - Amy Marie Walz.
-|-
Jaemin dan Mark sedang berada di cafe setelah pulang dari makam Jeno. Bagi Jaemin, ini masih seperti mimpi.
Jenonya, sahabatnya itu benar-benar pergi meninggalkannya?
Rasanya masih baru kemarin dia menolong Jeno saat dibully. Apa-apaan ini dia pergi meninggalkan dia tanpa pamit. Apa itu masuk akal?
Mark memperhatikan Jaemin yang menatap kosong gelas dihadapannya itu. Dia tahu bagaimana perasaan Jaemin, karena seminggu yang lalu bahkan Mark lebih parah dari Jaemin sekarang.
Sebenarnya yang membalas pesan Jaemin tadi adalah Mark. Mark awalnya tidak ingat kalau hari ini adalah hari ulangtahun Jaemin, sampai bunyi alarm pengingat diponsel Jeno berbunyi.
Akhirnya Mark memutuskan untuk menghubungi Jaemin. Selain itu, ada "titipan" Jeno yang harus disampaikan kepada Jaemin.
"Na.. Sebenarnya yang membalas pesanmu tadi itu hyung" ucap Mark sambil melihat Jaemin. Jaemin hanya mendongak menatap balik Mark, tapi pandangannya masih kosong.
"Jeno menitipkan sesuatu untukmu. Sebelumnya selamat ulang tahun Na.. I wish the best for you" kata Mark sambil menyodorkan kotak berukuran sedang kearah Jaemin.
Jaemin menatap kotak itu, tangannya meraih tutupnya dan membuka kotak itu. Melihat isinya ada sebuah kotak kecil lagi dan sebuah amplop putih. Jaemin meraih kotak kecil itu dan membuka isinya.
Mata Jaemin berkaca-kaca melihat gelang itu. Itu adalah gelang yang sudah lama Jaemin inginkan. Siapa yang tahu kalau Jeno akan memberi kado seperti ini.Tangan Jaemin beralih membuka amplop putih yang tadi berada didalam kotak. Ternyata berisi sebuah surat. Jaemin mebaca surat itu.
Naa... Na Jaemin..
Selamat ulang tahun untuk salah satu orang terbaik yang pernah aku temui. Semoga tahun ini menjadi lebih indah dan diberkatiAku berharap semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan, semoga segala sesuatu yang kamu harapkan dapat tercapai. Sehat selalu
Aku ingin mendoakan semua cinta dan kebahagiaan di dunia, yang semuanya pantas dapatkan. Selamat ulang tahun Nana...
Karena kamu membaca surat ini berarti aku sudah pergi ya?
Jangan terlalu lama bersedih ya Na, maaf aku tidak berpamitan secara baik. Tapi aku berharap kamu tidak marah ya..Na.. Rasanya aku tidak akan bosan mengatakan bahwa aku sangat bersyukur bertemu denganmu, berteman lama denganmu, menjadi sahabatmu.
Banyak waktu yang kita lewati bersama dengan swgala kenangan yang indah.
Dari lubuk hatiku yang terdalam, aku berterima kasih karena telah menjadi sahabat terbaikku
Na..
Dari semua janji yang terpaksa harus aku ingkari, aku berharap janji kita malam itu untuk bertemu lagi dikehidupan selanjutnya benar-benar terwujud.Terimakasih ya, sudah selalu mendampingiku.
Samoyednya Nana
Jeno Lee.
Jaemin kembali menangis membaca surat yang ditulis Jeno. Mark yang melihat Jaemin bngun dari duduknya dan memeluk Jaemin, menyalurkan sedikit ketenangan, walaupun hati Markpun tak jauh berbeda dengan Jaemin. Kehilangan sosok Jeno.
-|-
Hari ini IGD sebuah rumah sakit di Malang itu terlihat ramai oleh pasien. Dipojok ruang IGD itu terlihat dua orangtua yang saling memeluk dan menangis lirih.
Donghae yang baru saja masuk ke IGD melihat dua orang yang sedang menangis, kemudian bertanya pada perawat di meja administrasi.
"Sus, dua orang yang dipojokan itu kenapa?"
Perawat yang ditanya pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Donghae.
"Oh..Itu.. Anaknya baru saja meninggal, gagal jantung. Padahal sebentar lagi anaknya akan melakukan wisudanya. Ternyata lebih dulu datang kematian"Donghae mendengar penjelasan perawat itu, tiba-tiba saja nama Jeno terlewat dalam pikirannya. Ada perasaan mengganjal tersendiri ketika tiba-tiba Jeno terlintas dalam pikirannya tadi.
"Apa sesuatu yang buruk terjadi?" batinnya.
-TBC-
Segini dulu deh gatau juga mau dibawa kemana ini alurnya 😅
Btw, happy reading..
Dont forget to vote and comment..See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Farewell
Short StoryHurt / Angst (End) Hanya satu kesempatan terakhir, aku berharap bisa memelukmu. Lalu, aku akan memelukmu erat-erat dan tidak pernah melepaskanmu. Aku merindukanmu, Ayah -Jeno Ini hanya tentang seorang Lee Jeno, yang begitu mendamba keluarga yang "ut...