Supernova

747 84 12
                                    

Supernova adalah ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi lebih banyak daripada nova. Peristiwa supernova ini menandai berakhirnya riwayat suatu bintang.

-|-


Pagi itu, setelah 2hari dirawat diintensif, Jeno membuka matanya. Jeno hanya sadar sebentar memanggil nama Mark sebelum kembali tidak sadarkan diri.

Yoona yang saat itu sedang disana menemani Jeno merasa bahwa keputusannya menghubungi Mark sudah sangat benar. Apalagi ini merupakan keinginan terakhir putranya itu.

Yoona berharap yang terbaik bagi Jeno, apapun itu. Dia hanya berharap setelah ini Jenonya tidak akan merasakan sakit lagi. Sakit fisik maupun sakit diperasaannya. Dia juga paham, posisinya dan Siwon tidak akan menggantikan posisi kedua orangtuanya, tapi setidaknya dia berharap diakhir hidupnya Jeno tidak akan merasakan kesendirian.

Saat ini dia hanya bisa memandang Jeno dibalik kaca ruang perawatan itu. Menangis dipelukan suaminya. Diantara milyaran manusia, kenapa harus Jeno? Jika dia bisa, bolehkah dia menanggung sedikit saja kesedihan anak itu.

-|-

Pintu ruangan rawat itu bergeser terbuka, menampilkan seorang pria yang berjalan masuk dengan pelan memandang sendu pada saudaranya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu. Tangan kanannya terpasang infus, sementara hidung dan mulutnya dipasang masker oksigen. Disamping kirinya terdapat monitor yang menunjukkan diagram detak jantung saudaranya itu.

Perlahan dia duduk dikursi samping ranjang adiknya. Menggenggam tangan sang adik yang sangat kurus pelan. Hatinya sangat teriris melihat kondisi adiknya sekarang, hatinya merasa gagal menjadi seorang kakak. Tangan kirinya mengusap lembut rambut sang adik.

"Hey.. Hyung disini. Katanya kamu ingin hyung datang? Hmm.."

"Kenapa harus menyimpan semua sendiri? Kenapa tidak pernah memberitahu hyung sampai sekarang" ucapnya pelan dengan air mata yang membasahi pipinya. Digenggamnya erat tangan sang adik, meluapkan semua perasaannya disana.

"Pasti selama ini sangat berat ya.. Maaf.. Maafkan hyung tidak peka kalau kamu sakit. Maafkan hyung membiarkan kamu sendirian. Tapi hyung ingin egois lagi. Jangan tinggalkan hyung. Hyung mohon, bertahanlah lagi" lirihnya.

Sungguh jika boleh egois, dia ingin memaksakan Jeno untuk bertahan lebih lama lagi. Dia tidak ingin kehilangan adik kecilnya itu. Tapi dia juga tidak ingin Jeno semakin menderita lebih lama.

Mata yang semula terpejam itu perlahan terbuka perlahan, beruaha menyesuaika. penglihatannya kemudian menoleh kesamping tempat tidurnya. Melihat sang kakak yang selalu dirindukannya duduk disana, menggenggam tangannya erat.

""H- Hyung" ucapnya lemah
Mark langsung melihat kearah adiknya yang sudah membuka mata

"Hey... Iya, hyung disini Jeno. Hyung disini" ucapnya sambil mengusap lembut rambut adiknya itu.

"Hyung disini, aku kira aku hanya bermimpi" lirihnya

"Eung, tentu hyung disini, adik kesayangan hyung sedang sakit. Tentu hyung harus disini" Mark mengelus lembut rambut adiknya

"Hyung.."

"Hmm"

"Aku senang hyung disini" Jeno menjeda ucapannya sambil mengernyit sedikit "Nanti.... Hyung jangan terlalu lama menangis. Hyung itu jelek kalau menangis"  lanjutnya sambil tersenyum tipis.

"Ey.. Hyung tidak cengeng sepertimu" tertawa lemah. Berusaha terlihat tegar didepan sang adik.

"Hyung.." panggilan Jeno semakin lemah.

"Iya, hyung disini"

"Aku lelah. Boleh aku tidur lagi?"

"Tidurlah adik kecil, hyung ada disampingmu sekarang. Kamu tidak sendiri. Hyung akan menjagamu" Mark berkata sambil menahan isakannya. "Istirahatlah" lanjutnya.

Jeno tersenyum tipis dan kembali memejamkan matanya. Wajahnya lebih tenang sekarang. Mark masih setia menggenggam tangan adiknya yang semakin dingin dan lemah.

Tak lama bunyi monitor memecahkan kesunyian ruangan itu.
Mark menggigit tangannya sendiri menahan suara tangisnya yang semakin menjadi. Dia paham yang terjadi, cukup mengerti arti nyaring dari suara monitor itu. Paham arti kata-kata jeno tadi.

Seperti Supernova yang bersinar terang sebelum redup dan mati. Begitulah Jeno, bersinar sangat terang kemudian meredup dan tak nampak lagi.

Kini, bintangnya sudah memilih tidur. Bintangnya memilih mematikan sinarnya.
Jenonya.
Adiknya, memilih menyerah pada keadaan. Meninggalkan dia sendiri.

"Lee Jeno, meninggal dunia 2 Agustus 2020 pukul 00.01 WIB" ucap salah satu dokter yang tadi masuk setelah Mark memencet tombol blue code.

Perkataan dokter itu seolah menambah pukulan berat bagi Mark. Mark meraung dalam tangisannya, meremat dadanya kuat. Sesak. Sesak sekali rasanya hingga sulit bernafas.

"Kenapa kamu harus meninggalkan hyung dihari ulang tahun hyung sendiri Jen? Kenapa?" lirihnya "Lalu sekarang hyung harus mengingat kepergianmu dihari kelahiranku? Kenapa setega ini, bahkan kamu pergi tidak mengucapkan selamat ulang tahun padaku" lanjutnya sebelum kesadarannya menghilang.


~FIN?~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~FIN?~

Udah ya? Segini aja kali yaaa.. 😌
Tamatin disini aja deh ya 😌
Gak ngegantung kan ya, cukup kan?? 😁

Puas gak sama akhirnya??

BTW chapter ini udah pernah aku post di akun TikTok aku, ada yang pernah liat gak? 😁

Thank you yang udah bacaa, padahal work ini banyak banget kekurangannya 😚
Update gak tentu, cerita gak jelas, sering typo.. Hehe
Makasih udah vote dan comment juga😚
Itu berharga banget buat aku..

I Nana You Yeorobuunn 💚💚💚

Last FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang