Aku berbohong yeorobuun.. Kesel amat endingnya begitu 😅
Kasian amat ih akhirnya anak-anak aku begitu doang.. Ya kaan?? 😅
-|-
Mark mengerjapkan matanya, mencoba menelaah ada dimana dirinya sekarang. Oh, dia ada disalah satu kamar rawat inap. Setelah sepenuhnya sadar dia langsung teringat dengan Jeno. Menarik paksa selang infus yang tertancap ditangannya, mengabaikan darahnya yang menetes dilantai. Dia berusaha mencari adiknya. Dalam hati dia berdoa bahwa yang tadi dialami hanya mimpi.
Sesaat sebelum membuka pintu, pintu sudah dibuka dahulu dari luar. Kemudian masuklah Siwon dengan mata sembabnya yang berniat melihat keadaan Mark yang tadi sempat pingsan. Melihat Mark yang sudah berdiri dari tempat tidurnya dengan tangan yang meneteskan darah, Siwon langsung panik menghampiri Mark.
"Mark, apa yang terjadi? Kamu mau kemana? Tanganmu berdarah, duduklah aku akan panggilkan dokter dulu" sambil mencoba menuntun Mark kembali ke tempat tidurnya.
Mark memberontak, yang ada dipikirannya sekarang hanya Jeno, bagaimana keadaan adiknya itu.
"Jeno.. Jeno dimana? Jeno baik-baik saja kaan? Semalam hanya mimpi kan?" Mark memandang Siwon dengan airmata yang menggenang dimatanya. Sungguh dia berharap semua hanya mimpi.Jenonya adalah anak yang kuat. Jenonya tidak mungkin meninggalkannya sendiri. Iya. Semuanya hanya mimpi kan?
Melihat Mark yang rapuh membuat hati Siwon semakin teriris. Dia membawa Mark dalam pelukannya sambil mengelus punggung Mark pelan, berharap dapat mengurangi sedikit kesedihan anak itu.
"Jeno sudah tidak sakit lagi sekarang, Mark yang ikhlas ya?" Siwon masih memeluk erat Mark yang memberontak dalam pelukannya.
"Jeno.. Tidak. Jenoku anak yang kuat. J-Jeno.. Hiks.. Jeno.." Mark memeluk Siwon sambil meraung memanggil Jeno.
"Jeno kenapa meninggalkan hyung sendiri." lirihnya sambil terus terisak.
"Sstt.. Sstt.. Mark sudah janji untuk tidak menangis. Nanti Jeno sedih melihat hyungnya seperti ini. Mark kuat yaa.." Siwon masih terus memeluk Mark erat.
Sementara diluar ruangan, Yoona mendengarkan tangisan pilu Mark jadi ikut meneteskan airmatanya. Membekap mulutnya agar tidak terisak.
"Apa kamu melihat betapa rapuh kakakmu sekarang Jen?"
Selama proses pemakaman Jeno, Mark berubah. Tidak lagi menangis meraung seperti saat dirumah sakit. Dia hanya diam, masih dengan mata sembabnya, tapi wajahnya datar.
Namun orang dapat melihat kesedihan dari tatapan matanya yang kosong, seolah hanya raganya yang hadir tapi jiwanya entah ada dimana. Pemandangan itu lebih menyedihkan dilihat. Daripada terlihat tegar, dia semakin terlihat rapuh.
Setelah semua orang pergi, Mark masih setia duduk disamping makam Jeno. Mengelus nisan bertuliskan nama adiknya itu. Airmatanya menggenang dipelupuk mata.
"Apa kamu sudah bahagia sekarang? Hyung datang untuk melihatmu sembuh. Bukan mengantarmu keperistirahatan terakhir. Seharusnya aku datang lebih awal kan? Menemanimu disaat kamu sakit. Pasti kamu selama ini sangat kesakitan kan?" Mark mendongak agar airmatanya tidak menetes. Menghela nafas berat.
"Hyung memang bilang tidak cengeng dan tidak akan menangis terlalu lama. Tapi disini sungguh sesak Jen." lanjutnya sambil meremas dadanya kuat. "Harus bagaimana hyung hidup tanpa kamu Jen? Kamu alasan hyung bertahan." Mark menangis disana. Tidak sanggup lagi berpura-pura tegar disamping makam adiknya itu.
Sesungguhnya dia masih merasa ini bukan kenyataan sampai dia melihat Jeno tertimbun tanah. Dia masih berharap Jeno bertahan dan kembali memberikan senyum bulan sabitnya didepan Mark. Tapi lagi-lagi kenyataan pahit harus ditelannya.
Jenonya sudah pergi dan tidak mungkin kembali.
-TBC-
Gimana? Kesel gak? 😄 enggak kan?
Pendek aja yaa.. Soalnya lagi banyak kerjaan gara-gara kasus covid naik lagi ╥﹏╥
Jaga kesehatan ya kalian semuaa..
See you next chapter, dont forget to vote comment
I Nana You yeorobuun 💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Farewell
Short StoryHurt / Angst (End) Hanya satu kesempatan terakhir, aku berharap bisa memelukmu. Lalu, aku akan memelukmu erat-erat dan tidak pernah melepaskanmu. Aku merindukanmu, Ayah -Jeno Ini hanya tentang seorang Lee Jeno, yang begitu mendamba keluarga yang "ut...