Alhena

599 78 6
                                    

Malam itu Donghae yang baru saja pulang dari dinas sore, baru tiba di rumah sekitar pukul 22.30 WIB. Dia membuka pintu pelan agar tidak mengganggu penghuni rumah lainnya, yang pasti sudah terlelap mengingat malam sudah larut.

Baru saja dia mengunci pintu dan akan melangkah ke ruang tengah, dia mendengar langkah kaki mendekat. Dia melihat Jeno kecil sedang memeluk boneka anjingnya sedang menghampiri Donghae.

"Daddy??" panggil Jeno sambil mengucek matanya.

"Oh.. Jeno.. Kenapa belum tidur sayang? Tidak mengantuk?" tanya Donghae sambil mengangkat Jeno dalam gendongannya.

Jeno menyandarkan kepalanya dibahu Donghae sambil tangannya yang tidak memeluk boneka melingkar dileher Donghae.

"Jeno mengantuk tapi Jeno menunggu daddy.. Katanya daddy pulang hari ini, Jeno rindu jadi Jeno tidak tidur dulu sbelum daddy datang, Jeno ingin tidur dipeluk daddy" ucapnya manja.

Donghae yang mendengar penjelasan Jeno terkekeh kecil. Anak bungsunya ini sungguh sangat menggemaskan. Donghae mencium kepala Jeno sambil mengelus belakang kepala Jeno, kemudia melangkahkan kakinya menuju kamar Jeno.

"Ya sudah, ayo daddy temani tidur yaa.. Nanti akan daddy peluk sampai pagi"

Jeno hanya mengangguk di bahu Donghae.

"Sudah, sekarang Jeno tidur ya. Selamat malam jagoan daddy" ucap Donghae sambil mencium kening Jeno lembut.

"Selamat malam daddy. Jeno sayang daddy" katanya sambil memeluk tubuh daddynya erat.

~~~
Hari ini entah mengapa pasien sangat membludak di IGD tempat Donghae bekerja. Rasanya dia sangat lelah sekali hari ini. Dia ingin pulang dan merebahkan diri, tubuhnya terasa remuk.

Padahal dulu dia bisa saja kuat harus merangkap shift. Mungkin faktor usia yang menyebabkan dia sudah tidak sekuat dulu lagi.

Sebelum pulang, dia ingin mampir ke super market dekat rumah sakit terlebih dahulu. Dia ingin membeli kopi agar tidak mengantuk di jalan. Tapi saat mengantri untuk membayar dikasir, matanya melihat seseorang yang dikenalnya sedang bergandengan mesra dengan seorang laki-laki.

 Tapi saat mengantri untuk membayar dikasir, matanya melihat seseorang yang dikenalnya sedang bergandengan mesra dengan seorang laki-laki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ya.. Itu istrinya, Irene. Donghae ingin marah sekarang, bisa-bisanya Irene berselingkuh didepannya. Karena masih di tempat umum, Donghae memilih untuk pulang saja, dan membahas ini dengan Irene nanti.

~~

Irene baru saja sampai dirumah setelah pergi dengan temannya, atau lebih tepatnya mantan kekasihnya dulu. Irene melangkah melewati ruang tengah menuju kamarnya. Sampai dia dikejutkan oleh sura Donghae.

"Darimana saja kau? Kenapa keluar tidak ijin dulu padaku?" Donghae menatap datar Irene. Dia sedang berusaha meredam amarahnya.

"A-aku hanya k-keluar sebentar dengan teman" jawab Irene gugup, merasa terintimidasi dengan tatapan Donghae.

"Teman? Siapa? Suho?"

Irene terkejut mendengar perkataan Donghae, wajahnya yang semula menunduk langsung menatap Donghae yang sedang melihatnya penuh amarah.

"B-bagaimana bisa?" suara Irene sangat lirih tapi masih bisa di dengar.

"Kau bodoh atau apa? Kalau kau ingin berselingkuh, pergilah yang jauh sekalian, jangan kencam dengan bergandengan mesra didekat rumah sakit tempatku bekerja. Kau pikir aku sebodoh itu? Sudah berapa lama kau berselingkuh dibelakangku Hah?!" Donghae berjalan mendekat kearan Irene yang terpaku di tengah ruang keluarga.

"Aku kurang baik apa padamu sampai kau berselingkuh dibelakangku? Semuanya bahkan aku berikan untukmu!" bentaknya.

"Pengakuan!! Itu yang tidak bisa kau berikan padaku. Kau masih saja tidak mau menceraikan istri pertamamu. Selalu saja menjadikan aku yang kedua. Kau pikir aku betah selalu menjadi simpanan?" Irene menatap nyalabg kearah Donghae.

"Kau tau alasanku tidak menceraikan Taeyon. Aku hanya membalas budi karena dia sudah merawat anak-anakku dulu. Tidak lebih. Dan apa tadi? Jadi yang kedua? Bahlan perlakuanku kepadamu melebihi perlakuanku pada Taeyon. Kamu yang utama"

"Aku yang utama apanya? Pada akhirnya aku hanya akan menjadi perebut suami orang dimata orang-orang diluar sana. Bahkan yeri dan winter harus terus dipojokkan, dihina sebagai anak dari perusak rumah tangga orang lain. Aku muak denganmu!"

PLAK

Donghae menampar Irene kencang. Donghae memang mencintai Irene, tapi dia tetap lelaki yang mempunyai ego tinggi. Dia merasa tidak mendapat  respect dari istrinya itu. Bagaimana bisa dia yang berselingkuh tapi dia juga yang menyalahlan Donghae. Tidak masuk akal.

Sejak hari itu, hubungan keduanya mulai merenggang.

Sampai dihari ketika Donghae baru saja pupang kerja dan melihat smIrene, Yeri dan Winter sedang duduk di ruang keluarga dengan Yeri yang menangis dipelukan Irene.

"Ada apa ini? Kenapa Yeri menangis?" tanya Donghae sambil mendudukkan dirinya di hadapan mereka bertiga. Yeri terlihat takut melihat Donghae.

"Yeri eonni hamil dengan pacarnya daddy. Sudah dua bulan. Pacarnya tidak mau bertanggung jawab" kata Winter pelan sambil menunduk. Dia terpaksa menjawab karena tau kalau daddynya bertanya dan tidak dijawab pasti akan marah besar.

"Apaa?!? Bagaimana bisa!" Donghae menatap nyalang kearah Yeri yang semakin menangis dipelukan Irene.

"Wow.. What a happy family here. A bastard daddy, a whore mommy and a slut daughter" sebuah suara mengalihkan atensi keempat orang diruangan itu. Itu adalah Mark.

Mark niatnya hanya ingin mengambil beberapa barang yang sepertinya tertinggal digudang rumahnya malah mendapati kabar yang sangat mencengakan itu.

"Jaga ucapanmu ya!" Irene berteriak marah kepada Mark. Dia tidak terima dikata-katai oleh Mark. Apa-apaan itu, dia baru saja tiba sudang menghina keluarganya.

Mark berdecih. "Just shut up. That's your karma bitch because you hurt my Jeno badly"

Setelah mengatakan itu Mark beranjak pergi. Tidak jadi mengambil barangnya. Irene beranjak ingin menghampiri Mark. Dia sangat marah.

Sebelum tangan Donghae mencekal tangannya "Duduk. Biarkan saja dia pergi. Kita urus dulu anakmu itu mau bagaimana" titah Donghae mutlak.

Jauh didalam hatinya, Donghae merasa terhantam oleh kata-kata Mark. Karma.


-TBC

Udah niih, keluarg daddynya udah mulai berantakan nih. Gimana? Kurang?

Anyway.. Makasih ya yang udah baca ini dari awal, yang udah vite comment juga. Makasih banyaak..

Kalo misal ada typo tandain yaa, kadang aku ngetik aja gak baca ulang, hehe..

Soo.. Enjoy the story, dont forget to vote and comment..

See you next chapter

Btw .. Chap kemaren lupa gak ngasih
I Nana you yorobuun (^ω^)(*^3^)/~♡

Last FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang