Antares

664 84 14
                                    

Mark berdiri dipadang rumput yang sangat hijau dan luas. Sepoi-sepoi angin membelai wajahnya, dengan usil menerbangkan helaian rambut Mark dengan lembut.

Mark berjalan-jalan disekitar padang itu hingga sampai ditaman bunga. Disana dia melihat seseorang yang perawakannya sungguh mirip dengan adiknya.

"Jeno" panggil Mark.

Pemuda yang dipanggil menengok dan tersenyum kearah Mark. Tersenyum cerah sampai matanya membentuk bilan sabit yang indah.

 Tersenyum cerah sampai matanya membentuk bilan sabit yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kemana aja Jen. Kamu kenapa ada disini? Hyung mencarimu, tapi kamu tidak pernah sekalipun membalas pesan dan menerima telpon hyung. Apa aku ada salah?" Mark meraih tangan Jeno dan menanyakan segala hal yang ada didalam pikirannya.

Lagi-lagi Jeno hanya tersenyum. Tapi senyum itu entah mengapa malah membuat Mark gelisah.

Tanpa menjawab pertanyaan Mark, Jeno menarik tangannya yang digenggam Mark sambil berjalan mundur meninggalkan Mark
"Hyung.. Selamat tinggal"

Mark mencoba meraih Jeno tapi adiknya itu sudah menghilang.

Mark tersentak dari tidurnya. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Mimpinya itu terasa sangat nyata. Kenapa Jeno pergi menjauh? Kenapa Jeno mengucapkan selamat tinggal, apa maksudnya.

-|-

Seorang anak kecil terlihat sedang belajar mengendarai sepedanya. Awalnya dia terlihat kesusahan. Posturnya terlihat tidak meyakinkan.

Berusaha menyeimbangkan badan agar tidak jatuh dan berusaha meluruskan arah setirnya agak tidak berbelok-belok. Tak lama dari itu anak kecil itu akhirnya jatuh bersama sepedanya. Seorang laki-laki dewasa mendekati anak tersebut.

"Kamu baik-baik saja?" katanya sambil membantu anak itu berdiri. Melihat sekitar tubuhnya, melihat jika saja ada luka ditubuh anak itu.

"Huum.. Aku kuat. Ini tidak apa-apa" sikecil menjawab sambil mengangkat tangannya seolah memperlihatkan otot tangan layaknya binaragawan, padahal tidak ada otot sama sekali dilengan si kecil.

Orang dewasa itu tertawa sambil menggusak rambut anak itu gemas. Kemudian menggendongnya sambil mengangkat tubuhnya tinggi.

"Uuuh.. Pintar sekali anak daddy" menurunkan si kecil dalam gendongannya dan mencium pipi anak itu berkali-kali sampai kegelian.

"Hahahaha.. Geli daddy gelii.. Stoop.. Hahahhaa" tangan mungilnya menahan wajah sang ayah agar berhenti menciuminya.

"Daddy sayang sekali pada Jeno. Daddy bangga Jeno adalah anak daddy yang kuat"

"Jeno juga saaaaaaangat sayang pada daddy" katanya sambil tangan kecilnya memeluk erat leher sang ayah.

Last FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang