Chapter 10

1.1K 128 25
                                    

🍵 Happy reading 🍵

"Mmng..."

Kelopak mataku terbuka pelan saat sebuah cahaya merasuki masuk pada permukaan kulit kelopak mataku, membuatku dapat melihat warna merah terang beserta cahaya.

Tunggu... cahaya? Apa aku sudah diluar dari rubanah?

Aku berusaha untuk mencerna semua apa yang terjadi saat kemarin, itu hampir membuatku menangis untuk kedua kalinya dimana tubuh yang kujaga dari dulu kini sudah kotor seperti sampah.

Kalau dalam artian sederhana mungkin aku tidak suci lagi.

Tubuhku mencoba untuk bergerak untuk duduk dari ranjang empuk yang bukan milikku, rasa sakit dan nyeri menjalar keseluruh bagian-bagian tertentu.

Aku tidak bisa berjalan dan hanya berdiam diri duduk di ranjang tempat tidur, sebelum...

Sreet! Puk...

"Ah!" Terkejut saat sebuah tangan menarikku untuk tidur kembali pada ranjang, dalam dekapannya. Terlalu lama aku berpikir sampai tidak sadar jika seseorang sejak tadi tidur disamping ranjang ku.

Ia bergerak memegang pinggang belakangku dan mengelusnya, kejadian ini kembali membuatku trauma. Aku terisak, menggigit bibir untuk menahan suara tangisku.

"Nngh-hiks, lepaskan kau bajingan gila! Sebenarnya kau ini siapa-hiks."

Dapat kurasakan tangan kokoh itu berhenti untuk mengelus dan memelukku tubuhku, aku tidak bisa melihat ekspresi wajah apa yang ditunjukkan nya padaku.

Air mengalir yang jatuh turun dihapuskan dengan kedua tangannya yang menangkup pipiku lembut. Ia menghapusnya pelan.

....Eh?

Membeku dan terdiam membisu, aku tidak tahu harus mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada situasi ini.

Setelah menghapus jejak-jejak kecil pada air mata yang mengalir, tangan itu bergerak mengelus puncak rambut hitamku lembut.

"Apa itu yang membuatmu takut?"

Untuk kedua kalinya aku terkejut saat ia mengeluarkan suaranya yang berat padaku. Aku membalasnya hanya dengan menganggukan kepala, suaraku hilang setelah mendengarnya berbicara.

Beberapa detik kemudian kami terdiam, tidak ada percakapan lagi diantara kami berdua. Sampai suara bariton itu kembali terdengar pada telingaku.

"Saat ini berlalu," Kembali ia bergerak dan menggendong ku seperti koala, kedua pahaku dinaikkan sedikit keatas agar tidak ingin membuatku sakit, "Mata indahmu bisa melihat seperti semula, kau akan tahu siapa diriku sebenarnya."

Tanganku hanya diam memeluk lehernya erat, pembunuh itu menggendongku dan membawaku keluar dari ruangan kamar sepertinya.

Cahaya matahari semakin bersinar terang membuatku tersadar jika aku sudah berada diluar dari ruang bawah tanah yang gelap dan mengerikan itu.

Pagi, siang dan sore? Aku tidak dapat mendeskripsikannya, tapi yang kutahu adalah ini bukanlah malam yang kelam.

Tidak butuh waktu lama untuk berjalan pada ruangan, pembunuh itu mendudukkan ku kembali pada sofa yang lebih empuk dari sebelumnya aku duduk.

"Ingin mendengar siaran berita? Hanya sebentar, aku akan kembali kesini lagi."

Aku mengangguk kecil.

Televisi dinyalakan membuat suara yang sunyi mencekam menjadi lebih sedikit tenang. Aku hanya terdiam dan menundukkan kepalaku, toh yang ditonton pun tidak ada.

Mengenai pembunuh itu, ia sudah pergi sejak tadi. Kini hanya diriku bersama suara televisi yang menyala memberikan beberapa informasi dan lainnya untuk ku dengar.

"Pencarian selama seminggu lebih tidak menghasilkan apapun! Beberapa dari masyarakat takut dan pasrah akan adanya pembunuh gila yang berkeliaran dari berbagai tempat!"

"Salah satu korban ditemukan tergeletak dengan banyaknya darah dan kulit daging yang terkelupas pada bagian sekujur tubuh!"

"Diduga korban merupakan salah satu adik angkat dari seseorang yang telah lama menghilang seperti ditelan bumi!"

"Korban masih dalam penanganan medis dan masuk pada rumah sakit setempat!"

To be continue
⊱━━━━━ « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ━━━━━⊰

Love is EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang