🍵 Happy reading 🍵
Rasa empuk dan geli dari kakiku membuatku terdiam sejenak sebelum menginjak-injak kembali, itu adalah sebuah rumput-rumput.
Aku tidak tahu dia memiliki taman didepan rumahnya
Untuk pertama kalinya aku menyentuh rumput tanpa alas pada kakiku, aku hanya menyeker dan berjalan lurus kedepan dengan kedua tanganku yang terjulur maju.
Greep..
Dingin dan keras, benda yang saat ini sudah berada dipegangan tanganku dapat kurasakan. Ini seperti pagar rumah, namun lebih tinggi dari tubuhku.
Dimana pintu pagarnya?
Ting, ting, ting!
Belum sempat aku berjalan untuk mencari, sebuah loncengan kencang membuatku tersentak dan membisu seperti patung.
"Halo nyonya, aku belum pernah melihatmu dikediaman rumah milik dari dokter jenius ini."
Pria itu berkata setelah suara genjotan dari sepeda berhenti tepat dihadapan ku, aku hanya terdiam bingung tidak mengerti sebelum membalas.
"A-Apa ada seseorang disana?"
Ia terdiam seperti bingung sebelum membalas perkataan ku. "Err nyonya aku disini, apa kau tidak bisa melihatku?"
Aku menggeleng kecil membalasnya.
"Be-Begitu ya? Maaf aku tidak tahu kalau kau buta, maafkan aku."
Suasana menjadi canggung dalam sekejap, pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benakku, untuk menanyakannya lebih dari ini.
"Boleh aku tahu mengapa perumahan disini sangat sunyi?"
"Perumahan ini memiliki banyak penduduk, namun dari beberapa mereka terlalu sibuk dan tempat kawasan ini hampir tidak terlalu terdengar berisiknya suara.
Hanya sebuah festival-festival lah yang dapat meramaikan suasana disini" Ia menjelaskan.
Aku ber-oh ria dengan mataku yang berbinar, "Dan apa maksudmu dengan panggilan nyonya itu?"
"Ah kau bukan seorang nyonya? Namun pakaianmu sudah membuktikannya kalau kau nyonya dan tuan rumah disini..." Ia menjeda perkataannya, "Kau sangat imut."
Aku membeku mendengar pernyataan nya, namun pikiran untuk melarikan diri membuatku terkesiap.
"Tunggu! Apa kau bisa membantuku?! Kumohon bantu aku!" Kedua tanganku memegang erat pagar besi itu.
Satu-satunya cara melarikan dari sini adalah, meminta bantuannya.
"Maaf?"
"Tolong, bantu aku keluar dari sini. Kumohon, jika kau tidak bisa setidaknya telepon lah polisi untukku!"
"Aku sama sekali tidak mengerti dengan maksudmu, tapi yang terpenting kau sangat beruntung bisa memilih dokter jenius itu."
Pria itu terkekeh kecil mengabaikan pertanyaan yang sudah kuberikan kepadanya.
"Dia gila! Percayalah kepadaku, dia benar-benar bukanlah seorang dokter! Dia merenggut nyawa seseorang yang tidak bersalah! Kumohon keluarkan aku dari sini!"
Suara kekehan dan tertawa terbahak-bahak semakin nyaring terdengar, pria itu benar-benar mempermalukan ku walau ku tahu tidak ada seseorang yang mendengarnya.
"Hahaha! Bukankah kau yang gila disini? Kau berkata 'dia bukanlah seorang dokter?' pfft-ahahaha! Jangan bercanda.
Astaga nyonya, kau orang baru disini dan itu cukup menghibur kesenanganku huft.. aku tidak bisa berhenti untuk tertawa terbahak-bahak."
Emosi yang tertahan pada akhirnya meledak, tidak pada dokter itu, orang ini juga sama gilanya seperti dia. Apa penduduk disini juga sama?
"Apa dari nada bicaraku, aku sedang bercanda? Sialan! Aku tidak bercanda, bajingan!"
Ia terdiam seperti shock mendengar kata-kata kasar keluar begitu saja pada mulutku, aku tidak peduli. Keselamatan dan kebebasan lah yang saat ini diutamakan.
"Apa maksudmu?-"
Tin, tin, tin!
Suara klakson dari mobil membuatku terdiam membeku dengan keringat dingin yang keluar dari dalam tubuhku.
"Kumohon-hiks tolong aku." Cicitan kecil keluar dari bibirku, aku menunduk dengan air mataku yang menetes keluar.
Terdengar hentakan keras dan cepat dari suara sepatu yang berjalan kearahku, sebelum sebuah tangan besar memaksakan ku untuk masuk kedalam rumah.
"Ah! Tolong, laporkan polisi! Kumohon tolong aku-mmph!" Aku memberontak disaat sebuah kain yang menyengat terhirup oleh hidung ku.
Mulutku dipaksa untuk diam tidak bersuara, tubuhku melemah dengan pusing yang melanda setelah beberapa menit menghirup.
Ia menggendongku dan berdiri untuk masuk, dapat kudengar sebuah percakapannya diantara mereka berdua.
"Sekali lagi maafkan aku, ia memiliki trauma yang sangat kelam. Jadi tidak berhenti untuk meminta tolong dan melaporkannya kepada polisi karena masa lalunya."
"Benarkah? Aku merasa kasihan kepadanya, bagaimana bisa manusia seperti dirinya mendapatkan musibah seperti itu."
Tidak itu tidak benar! Jangan termakan oleh perkataan penipuan itu!
"Terimakasih telah menjaganya dan tidak mengeluarkannya dari sini, terimakasih banyak."
"Haha tidak masalah, walaupun tadi aku ingin mengeluarkan karena ia yang meminta."
To be continue
⊱━━━━━ « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ━━━━━⊰
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Evil
Horror[•Fanfiction Ereri Indonesia•] Waktu berjalan dengan cepat sampai aku sudah berada ditingkat semester tujuh para unit senior kelas menengah, biasanya kami akan terus belajar tidak kenal akan waktu hingga kami berada di jenjang pendidikan akhir. Aku...