🍵 Happy reading 🍵
"Sakiiit! Hiks-arrghh!! Hentikan kumohonhh-hiks!"
Bibirku terbuka meminta permohonan ampun dan maaf kepadanya agar kejadian ini tidak kembali terulangi lagi.
Perih, panas dan rasa sakit luar biasa yang sejak tadi kutahan, aku tidak berhenti untuk menangis dan memohon.
"Hentikan-hiks, sakiit! Arrrghhh-sakiiit!"
Tubuhku terbaring dengan kedua tanganku yang terbogol besi dikedua sisi. Kedua mataku dipaksa terbuka disaat laser memasuki lensa pada mataku, itu sangat menyakitkan.
"Sudah-aarghh! Ini sakiit, sakiit-hiks."
Sekuat mungkin aku memberontak untuk melepaskan besi yang terlingkar di pergelangan tanganku, namun yang ada gesekan itu menyakiti permukaan pada kulitku.
"Bukankah sudah kubilang? Jadilah anak yang baik, hm?" Ia berbisik kecil di samping ku sebelum mematikan mesin dari alatnya itu.
"Ahh kau memperlihatkan wajahmu itu lagi.. maafkan aku sayang, namun ini satu-satunya cara untukku membuktikan seberapa besar cintaku kepadamu."
Aku menutup kedua kelopak mataku disaat rasa perih dan panas semakin menjadi, air mata terus keluar pada manikku. Ini sangat sakit, aku tidak tahan... memohon ampun untuk berhenti melakukannya.
Pembunuh itu memeluk tubuhku yang bergetar hebat dan terisak-isak. Kedua tanganku mencengkram pakaian yang dikenakannya erat-erat, saat besi itu sudah dilepaskannya sejak tadi
"Mngh-hiks argghh, sudahh."
"Cup cup cup, seharusnya kau tidak melanggarnya sayang... jujur aku tidak tega melihatmu menangis seperti ini.
Tapi mau bagaimana lagi."
Tangan kokoh besarnya mengelus rambutku, lalu turun menangkup kedua pipiku yang basah dan menghapuskan nya dengan lembut. Aku masih dengan kedua mataku yang tertutup rapat, tidak dapat membukanya untuk saat ini.
"Hiks-sakiit.. ma-maaf.. maaf-hiks."
Dapat kurasakan kecupan singkat pada kening dan kedua pipi dengan tambahan sebuah kain yang sengaja menutup kedua bola mataku, sebelum pria itu membalas.
"Sshh aku sudah memaafkan mu, mari kita lupakan kejadian ini dan melakukan aktivitas seperti biasa, mengerti?"
Tubuh kekarnya menggendongku seperti koala, tanganku yang sebelumnya mencengkram erat pada pakaiannya kini beralih melingkar pada lehernya.
Aku mengangguk kecil masih dengan cegukan dan tubuhku yang bergetar hebat. Tangan itu kembali bergerak menggosok punggung ku lembut, berpikir dapat menghilangkannya.
"Aku membawa sebuah cemilan untukmu oh dan juga beberapa barang lainnya yang kubeli, kau pasti sangat menyukainya."
Ia berkata dengan santainya, seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi disini.
Ceklek!
Suara dari pintu terbuka membuatku yakin perjalanan singkat kami sudah tiba, tubuh kekar itu menidurkan ku diranjang empuk miliknya seperti biasa.
"Untuk saat ini kau harus rutin meminum obat dan memakai kain untuk menutupi matamu, jangan khawatir sayang, aku tidak akan menyakitimu lagi."
"Nghh-hiks, mmgg.."
"Sshh sekali lagi maafkan aku," ia mengelus lembut puncak rambutku dan menciumnya kembali.
"Ah aku lupa memberitahu.." aku hanya diam disaat sebuah benda menutupi pada kedua telingaku, itu adalah sebuah alat untuk mendengarkan musik.
Headset?
"Aku sudah memasukkan lagu-lagu penghantar tidur dan lagu lainnya tentu saja, jika kau bosan disaat aku bekerja cobalah untuk mendengarkan ini."
"Sungguh aku benar-benar mencintaimu, aku hanya tidak ingin kau pergi dan meninggalkan ku sendirian..."
Tangan itu menangkup kedua pipiku, aku tidak tahu ekspresi apa yang ia berikan kepadaku.
"Hanya inilah satu-satunya cara yang dapat kulakukan untuk bersama denganmu,
selamanya."
To be continue
⊱━━━━━ « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ━━━━━⊰
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Evil
Ужасы[•Fanfiction Ereri Indonesia•] Waktu berjalan dengan cepat sampai aku sudah berada ditingkat semester tujuh para unit senior kelas menengah, biasanya kami akan terus belajar tidak kenal akan waktu hingga kami berada di jenjang pendidikan akhir. Aku...