🍵 Happy reading 🍵
Pagi sudah tiba setelah aku tertidur dan terbangun. Seperti yang dikatakan oleh pembunuh itu beberapa jam yang lalu, ia membangunkan ku.
"Pagi."
Itu bukan suaraku, pria itu sudah lebih dulu terbangun dari tidurnya. Suara langkah dari kaki berjalan kearahku dan mendekat pada ranjang yang kutempati.
"Untuk pertama kalinya aku melihat mu terbangun jam sembilan pagi, mungkin karena faktor semalam?" Ia berkata membantuku untuk duduk.
"Aku.. masih mengantuk."
"Oh tidak sayang, hari ini adalah hari yang sangat spesial untukmu dan juga tambahan ekstra kejutan pastinya."
Dengan amat berat hati aku mengangguk mengerti dan membiarkannya melakukan apa saja pada tubuhku, ia menggendongku seperti biasa dan melepaskan pakaian hangat yang kukenakan.
Aku menutup kedua mataku disaat kain untuk menutupi manik dilepaskannya dari kepalaku.
Setelah melepaskan pakaian, tangan kokoh itu menutupi seluruh tubuh telanjang bulatku dengan handuk besarnya.
"Kita mandi."
Tidak butuh waktu lama untuk melakukan ritual mandi pada pagi hari.
Ia kembali menggendong dan mendudukkan ku dimeja dengan handuk besar, mengeringkan rambut dan bagian-bagian tubuhku yang basah.
Aku selalu menutup kedua mataku saat melakukan aktivitas apapun, mungkin karena sudah terbiasa? Tidak seperti sebelumnya.
"Betapa murni dan polosnya tubuh lembut mu itu, seperti bayi yang baru saja lahir."
Abaikan perkataan anehnya itu, ia selalu mengatakan hal-hal aneh yang sama sekali tidak dapat ku mengerti.
Dapat kurasakan kain hangat kembali menutupi tubuh telanjang ku. Itu baju, kali ini sedikit lebih besar dan mengembang dengan tangan yang panjang hampir membuat tanganku tidak bisa keluar dari dalam pakaian.
"Sungguh aku benar-benar tidak bisa berpaling melihat mu dengan pakaian ini, sangat menggemaskan."
Ia kembali menciumi wajahku dan menutupi kedua mataku dengan kain seperti biasa.
"Aku baru saja memesan kue, oh apa yang kau inginkan sayang? Untuk hari ini saja aku akan melakukan apapun."
Beberapa detik aku terdiam sejenak, sampai dimana pikiran aneh membuatku tidak sadar mengatakan sesuatu, "Keluar."
"Keluar?"
"... aku, ingin keluar dari sini."
Sunyi dan mencekam seperti aku berada dirumah kosong yang tak berpenghuni. Tunggu apa kata-kata yang kuucapkan salah? Bukankah ia berkata akan melakukan apa saja?
"Tidak, untuk pilihan itu aku akan melarang mu keras. Kalau bisa akan kulakukan secara paksa agar kau tidak memikirkan hal-hal itu lagi."
Suaranya memberat, suara itu dimana ia hampir membunuh Isabel. Aku menggigit bibirku, suasana ini hampir membuat tubuhku bergetar hebat.
Jangan kembali terulangi lagi!
"..."
"Ah maaf sayang, aku membuatmu takut. Maafkan aku." Ia memeluk dan mencoba menenangkan ku.
"Lupakan pikiranmu untuk keluar dari sini, mari kita nikmati hari yang sangat spesial untukmu."
Pada akhirnya aku menyetujuinya dan mematuhi peraturan yang dikatakan olehnya kepadaku. Asalkan pembunuh itu tidak menyakiti ku, itu tidak masalah.
Ia membawaku untuk kesekian kalinya. Tidak sampai lebih dari satu menit untuk berjalan pada ruangan miliknya, kami berdua sudah sampai dan ia kembali mendudukkan bokongku dikursi.
"Apa ada pertanyaan yang ingin kau tanyakan?"
Tanyakan atau berdiam diri? Jika aku bertanya, aku takut perkataan ku akan menyingung nya, dan jika aku tidak bertanya rasa penasaran ini akan semakin membunuh ku.
"Hari spesial untuk ku? Aku tidak mengerti."
Ia terkekeh, "Ahh kekasihku ini selalu bisa membuat mood ku kembali, aku benar-benar mencintaimu."
"Kau belum menjawabnya..."
"Baiklah-baiklah, hari ini adalah ulang tahunmu sayang. Oleh karena itu aku menyebutnya, hari yang spesial tentunya."
Bibirku terbuka sedikit lebar mendengar perkataan yang keluar dari bibir pria itu. Ia tahu ulang tahunku?! Yang benar saja!
Apa ia seorang stalker? Bahkan sampai tahu siapa latar belakangku. Ini menyeramkan...
Aku terdiam membeku, tidak habis pikir dengan keposesif-an nya kepadaku sangatlah mengerikan.
Haap!
Tersentak kecil saat sesuatu yang dingin dan manis memasuki mulutku. Bajingan ini dengan seenak jidatnya memasukkan kue disaat aku sedang melamun.
"Bagaimana rasanya hm? Kunyahlah dengan perlahan, kue ini tidak akan bisa berlari darimu."
"Mmng..." Aku mengunyahnya.
Rasa manis dengan lelehan susu vanilla memang nikmat untuk dirasakan, ini terlalu manis! Kue ini sangat enak.
Walaupun nikmat, tetap saja aku tidak terlalu menyukai makanan yang terlalu manis
"Bagaimana? Aku membeli kue vannila ini karena mengingkatkan ku denganmu, tentu saja aku membelinya."
"Humm."
Ia menyuruhku untuk meniup lilin dan menyuapiku beberapa makanan kue manis lainnya. Aku menikmati acara yang ia berikan kepadaku, sangat.
Hanya saja, ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku. Nada suaranya begitu ceria dan ia berkata,
"Ini sudah waktunya tiba, sudah tiba."
Berubah, suara ceria itu berubah menjadi seperti biasa namun bukan suara dingin yang mengancam ku.
"Apa... yang kau bicarakan?"
Ia terdiam tidak menjawab, suasana ini semakin runyam dan membuatku hampir ketakutan. Hei, bukankah pria ini baru saja berkata tidak ingin membuatku takut?
"Tutup matamu."
Berpikir positif sebelum aku kembali menuruti apa yang diperintahkan olehnya kepadaku, aku menutup kelopak mataku dapat kurasakan kain dari pengikat mata itu terbuka.
Apa yang sebenarnya ia rencanakan?
"Buka matamu, Levi." Ia berkata memerintah.
Kelopak mataku terbuka pelan perlahan sebelum mengedipkan beberapa kali, dan detik berikutnya,
Aku dapat melihat.. aku bisa melihat
"Sekarang kau dapat melihatku dan tahu siapa diriku."
Kepalaku menoleh dimana suara itu berasal dan membelalakkan kedua manikku terkejut, aku tidak dapat menahan keterkejutan ku saat melihat bentuk rupa wajahnya.
Ini bukan mimpi, ini nyata. Pria ini, pria ini adalah seseorang yang sangat kukenal.
"Kau...
Eren."
Ending alternatif
⊱━━━━━ « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ━━━━━⊰
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Evil
Horror[•Fanfiction Ereri Indonesia•] Waktu berjalan dengan cepat sampai aku sudah berada ditingkat semester tujuh para unit senior kelas menengah, biasanya kami akan terus belajar tidak kenal akan waktu hingga kami berada di jenjang pendidikan akhir. Aku...