🍵 Happy reading 🍵
Cahaya terang memenuhi ruangan kamar sebelumnya sudah menghilang ditelan bumi, kini tinggallah kegelapan kelam yang kurasakan sendirian dikamar ini.
Suara dan permohonan ampun meminta tolong sudah sepenuhnya menghilang dibalik pintu, lagi dan lagi aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Dia sudah terbunuh
Bagaimana bisa pembunuh itu tega menghilangkan nyawa seseorang wanita yang sudah mempunyai dua anak? Aku tidak habis pikir dengan pola pikirnya yang aneh.
Ceklek! Treek...
"Huft, wanita itu sangat merepotkan."
Dia sudah datang setelah pintu itu terbuka. Derap langkah kaki terdengar mendekatiku dan juga aroma menyengat, membuat hidungku sakit menghirupnya.
"Mari kita mandi, darah kotor dari wanita jalang itu menganggu pernafasan mu, bukan?"
Tangan kokoh kembali menggendong ku dan berjalan masuk kedalam ruang yang sepertinya tempat untuk membersihkan diri. Ia menundukkan ku pada meja kecil, seperti tempat pada wastafel cuci tangan.
Suara air menyala membuatku tahu bahwa pria itu sedang menunggu agar air memenuhi bak pada bathtub.
"Ah." Aku tersentak saat sebuah tangan menarik pakaianku untuk segera membukanya.
"Hanya sebentar."
Aku mengangguk mengerti, mempersilahkan ia untuk membuka semua pakaian yang kukenakan.
Air mengalir deras dimatikan saat sudah terpenuhi, kini ia membawaku lagi dalam air hangat yang merilekskan tubuh dan pikiranku.
Menutup kedua kelopak mataku dan membuang jauh-jauh pikiran negatif untuk saat ini, aku hanya ingin mengistirahatkan otakku sejenak.
Cairan licin dan harum menyentuh pada kulitku, pembunuh itu juga memandikan ku dengan sabun-sabun cair aroma lavender dan aroma lainnya.
"Levi... Ackerman."
Terdiam membeku, aku tidak tahu harus membalas apa dengan ucapan yang ia lontarkan padaku.
"Berbicaralah. Aku seperti orang bodoh yang terus berbicara pada sebuah patung hidup."
Entah benar atau tidak, aku merasakan hawa aneh yang keluar dari belakang punggung ku. Perasaan aneh dan getaran yang tidak bisa kujelaskan.
Ia kesepian...
Beberapa detik terdiam pada akhirnya aku membuka suaraku, "Aku harus.. mengatakan apa?"
Dan entah keberanian darimana aku dapat membalas perkataannya, perasaan ini seperti 'aku sudah muak dengan hidup ini' yang mengakibatkan ku tidak terlalu peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya padaku.
Pembunuh itu terdiam membisu dan kembali membalas perkataan ku, "Bebas! Kau bisa memberikan ku pertanyaan dan aku akan menjawabnya." Terdengar nada senang dari ucapannya.
Bingo! Satu-satunya yang kuinginkan hadir dengan cepat dalam situasi yang menguntungkan bagiku.
"Aku harap.. kau tidak tersinggung dengan beberapa pertanyaan yang ku lontarkan padamu."
"Katakan, apa itu?"
"Pertama, apa pekerjaan mu?" Pertanyaan pertama bermakna untuk aku mengetahui siapa pembunuh ini sebenarnya.
"Hanya seorang dokter jenius yang ingin menggapai seseorang yang diinginkannya selama bertahun-tahun lamanya, walau pada akhirnya ia sudah mendapatkan apa yang selama ini diinginkan dan tidak akan membiarkannya pergi begitu saja."
Keningku mengerut dalam, sama sekali tidak mengerti dengan jawaban yang diberikannya padaku.
Seorang dokter sadis tidak memiliki perasaan, sebutan itu tidak layak untukmu yang menghilangkan nyawa seseorang
"Sekarang pertanyaan selanjutnya."
"Kedua, apa tujuanmu.." aku menjeda sejenak, "apa tujuan utama mu dalam menyekapku seperti ini."
"Aku sudah bilang bukan?" Ia terkekeh, "Hanya ingin menggapai seseorang yang diinginkannya selama bertahun-tahun lamanya, tujuan utamanya adalah menginginkan ia sebagai milikku sepenuhnya."
Aku menggigit bibirku.
Tangan kokoh kembali menggosok pelan permukaan pada bagian-bagian tubuhku, busa-busa yang lembut menyapu seluruh pada kulitku.
"Ketiga." Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan pelan sebelum aku melontarkan kembali,
"Kau ini sebenarnya... siapa?"
To be continue
⊱━━━━━ « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ━━━━━⊰
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Evil
Horror[•Fanfiction Ereri Indonesia•] Waktu berjalan dengan cepat sampai aku sudah berada ditingkat semester tujuh para unit senior kelas menengah, biasanya kami akan terus belajar tidak kenal akan waktu hingga kami berada di jenjang pendidikan akhir. Aku...