"Byeonhosa-nim, apa kau berencana untuk melubangi mejamu dengan bolpionmu?" Tanya Pak Nam.
Aku menatapnya tak mengerti, tapi kemudian aku sadar, sejak tadi aku mengetuk-ngetuk ujung bolpoinku sambil menatap kalender. Dua angka di kalender itu sudah kutandai dengan huruf X, masih tersisa 5 hari lagi menuju hari keberangkatanku ke Malta.
Ugh, kenapa waktu berjalan sangat cepat saat aku sedang bersama dia, sebalinya waktu berjalan begitu lambat saat kami terpisah?
"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?" Aku menoleh ke arah pintu saat mendengar Choi Ae Ra sedang menyapa seseorang.
"Kudengar persentase kemenangan pengacara Jipuragi cukup tinggi," wanita yang baru masuk ke kantorku melepas kacamata hitamnya. Kalau dari penampilan luarnya, ia tampak seperti orang kaya.
"Itu benar, Bu. Silakan duduk," aku mempersilahkannya, lalu menyuruh Pak Nam membuatkan kopi luwak -- kopi yang mahal, hanya untuk orang-orang penting.
"Apa kalian juga bisa menangani kasus perceraian, termasuk hak asuh anak dan harta gono-gini?"
"Oh, tentu saja bisa. Seo Byeonhosa..." panggilku.
Aku bertukar tempat duduk dengan Seo Seong Wan. Waktu di Wusang, dia sering menangani kasus perceraian.
Kulirik jam dinding, ini sudah waktunya aku belajar bahasa Italia. Aku keluar dari kantor, berjalan menuju restoran Chef Toto.
Bukan, aku bukan belajar bahasa Italia dengan Chef Toto. Dia sama sekali tidak membantu, kalimat yang dia ajarkan salah semua. Aku menuju blok di sebelah restorannya. Martina Park, seorang wanita keturunan Korea-Italia membuka tempat les bahasa di sana. Dia tidak hanya bisa bahasa Korea dan Italia, tetapi juga bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Prancis, Thailand, dan Indonesia. Aku tidak tahu bagaimana otaknya dapat me-manage begitu banyak bahasa. Hanya orang jenius yang dapat melakukannya. Tak hanya belajar bahasa, aku juga belajar tata krama Italia yang baik dan benar.
"Buon pomeriggio, insegnante," sapaku.
"Buon pomeriggio, signorina."
"Hari ini apa yang akan kita pelajari, Miss?" Aku duduk di hadapannya sambil mengeluarkan alat tulis dan juga alat perekam.
"Aku akan menanyakan beberapa kalimat yang sudah kau pelajari selama beberapa waktu lalu."
"Ow... jadi hari ini ujian? Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya? Aku belum belajar! Beri aku waktu sepuluh -- tidak, lima menit saja, okay?" Aku panik dan mulai membuka catatanku, berusaha memasukkan kata apapun ke dalam otakku.
Ia tersenyum geli, "santai saja, ini bukan ujian. Aku hanya ingin kita mengulang pelajaran agar kau semakin menguasai bahasa ini."
"Oh, begitu," aku terkekeh malu, "baiklah, tanyakan apa saja yang ingin kau tanyakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Idn]Mr. & Mrs. Cassano (FF Vincenzo)✔
FanficCerita ini dipersembahkan untuk para penumpang kapal VinCha/CenCha ~ Vincenzo ♡ Chayoung, melanjutkan kisah mereka yang masih menggantung kayak hubungan kamu dengan si dia (eeeaaa), sebagai partner in crime dan sepasang kekasih. Cover by: mahgadahli...