(Baca sambil denger Play With Fire - Sam Tinnesz, cucok 🔥)
.
.
.
Surat yang baru saja dibaca oleh Vincenzo terlepas dari tangannya, jatuh ke lantai sel yang dingin, seperti hatinya yang juga jatuh dan hancur berkeping. Sejak menerima surat cerai itu, hatinya sudah patah, namun membaca surat ini membuatnya lebih remuk lagi. Padahal dia sendiri yang mengusir wanita itu untuk kembali ke negaranya. Namun ketika dia benar-benar pergi, Vincenzo merasa akan mati.Salah satu napi lewat di depannya, tak sengaja menendang sebuah gelas yang rupanya masih terisi separuh air, tumpah membasahi surat tadi. Vincenzo segera menyelamatkan suratnya dan melirik tajam kepada napi itu yang segera berlutut meminta ampun.
Ketika Vincenzo hendak mengeringkan surat itu, barisan tulisan baru muncul dari kertas yang basah. Buru-buru ia menyembunyikan surat itu di balik bajunya. Ia ke toilet, pura-pura sakit perut. Ia membasahi sisa lembaran surat itu dan ternganga saat membacanya.
~~~
Gustavo datang lagi pada keesokan harinya. Vincenzo menyerahkan berkas surat cerai kepadanya.
"Katakan padanya, aku tidak bersedia bercerai."
"Oke," Gustavo mengedipkan sebelah matanya.
~~~
D-day
Seorang napi berbadan gemuk berjalan menuju meja makan setelah nampannya terisi. Ia melirik sekilas kepada Vincenzo yang juga membalas lirikannya. Begitu Vincenzo mendapatkan makanannya, napi itu segera bangkit dan sengaja menubruk Vincenzo.
Perkelahian mereka berdua dimulai. Beberapa napi lain yang juga ikut membantunya membuat kekacauan untuk mengelabui sipir. Napi berbadan besar itu mengeluarkan sebuah besi stainlessteel tajam, menusukkan ke perut Vincenzo secara hati-hati agar tak mengenai organ vital. Ia adalah mantan dokter bedah yang dipenjara karena melakukan malpraktik secara sengaja kepada pasiennya yang dulu pernah melecehkan putrinya yang masih di bawah umur.
Vincenzo dilarikan ke rumah sakit terdekat, di mana beberapa dokter dan perawat yang merupakan anggota keluarga Silvanio dan Bartimeo sudah siaga. Mereka langsung membawanya ke ruang operasi. Dokter utama yang mengoperasinya adalah dokter bedah biasa, tidak ada hubungannya dengan para mafia itu. Dokter anastesinyalah yang merupakan anggota Silvanio. Ia meneteskan cairan ke kedua mata Vincenzo, lalu menyuntikkan cairan bening ke tubuh Vincenzo melalui cairan infus. Racun itu bereaksi sekitar satu jam kemudian.
Vincenzo dinyatakan meninggal dunia oleh sang dokter bedah, dan Kepala Sipir juga memastikannya sendiri. Jaksa yang menangani kasusnya baru datang, juga memastikan kematian Vincenzo.
Di dalam perjalanan menuju kamar mayat, seorang perawat menyuntikkan cairan kuning ke pembuluh darah Vincenzo. Tubuhnya dipindahkan ke brankar yang berada di dalam kamar mayat, lalu ditinggalkan di tengah mayat-mayat lain yang ada di dalam ruangan itu.
Beberapa detik setelah mereka keluar, empat 'mayat' di kanan kiri Vincenzo bangkit. Mereka adalah Tatiana dan para anak buahnya. Tatiana memeriksa Vincenzo yang masih belum bernapas. Ia naik ke atas tubuh pria itu dan menekan-nekan dadanya hingga ia dapat bernapas kembali, namun ia masih belum sadarkan diri.
Mereka mengangkat Vincenzo ke sebuah kursi roda, lalu mengeluarkan mayat lain dari kulkas mayat yang memiliki postur tubuh yang mirip dengan Vincenzo. Wajah mayat itu dipasangi semacam topeng yang sudah dibuat sedemikian rupa menyerupai wajah Vincenzo. Mayat itu diletakkan di brankar tempat Vincenzo dibaringkan tadi.
Diam-diam mereka keluar dari sana setelah memberikan kode kepada hacker keluarga Marchetti untuk mematikan CCTV. Kemudian mereka turun ke basement, di mana mobil van Keluarga Cassano sudah menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Idn]Mr. & Mrs. Cassano (FF Vincenzo)✔
Fiksi PenggemarCerita ini dipersembahkan untuk para penumpang kapal VinCha/CenCha ~ Vincenzo ♡ Chayoung, melanjutkan kisah mereka yang masih menggantung kayak hubungan kamu dengan si dia (eeeaaa), sebagai partner in crime dan sepasang kekasih. Cover by: mahgadahli...