Malam ini bulan bersinar sangat terang, seperti suasana hati seseorang yang malam ini terasa sangat terang seperti menemukan sumber cahaya dan kehidupannya.
Bolehkan jimi bersyukur saat ini, hatinya yang dulu sangat beku dan kosong, sekarang es itu seakan muali mencair dan tidak hampa lagi.
Hubungannya dengan papah sudah mulai kembali membaik, mamahnya meski tidak pernah menemuinya tapi dia bersyukur bahwa mamahnya sekarang sudah hidup bahagia, dan dirinya sekarang memiliki seseorang yang mengisi kekosongan dalam hatinya, orang yang akan memeluknya saat dia terluka, orang yang akan menggenggam tangannya saat butuh kekuatan dan orang yang akan selalu tersenyum kearahnya.
Jimi menatap layar ponselnya yang menampilkan percakapan nya dengan chacha, dia membaca dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya, sampai dia tidak menyadari bahwa seseorang sudah masuk ke kamarnya sejak tadi memperhatikan jimi.
"ekhm, baca apa sih? Ko kayanya seneng banget anak papah" tanya jefry mendekat duduk di samping ranjang jimi
"loh sejak kapan papah masuk kamar?" jimi kaget karna tiba-tiba ada papah nya di dalam kamar
"dari tadi, kamu serius main hp sampe ga sadar kalo papah masuk"
"ga ko pah, ada yang papah mau omongin sama jimi? " tanya jimi mendudukan dirinya menghadap sang papah
"em kamu ingetkan orang yang papa ceritain waktu itu, kamrin papa ketemu sama perempuan itu, terus papa bilang soal perasaan papa sama dia"
"terus terus jawabannya gimana?"
"dia bilang butuh waktu, dia juga harus bicara dengan anaknya terlebih dulu"
"jimi jadi pingin tau deh, perempuan yang papa suka itu orang nya bagaimana."
"dia itu perempuan yang ramah dan baik hati, entah dengan orang yang dia kenal atau tidak, makanya dulu banyak laki-laki yang menyukainya" menceritakan dengan senyum yang menampilkan dua lesung pipinya
"termasuuuuuuk papah?" timpal jimi
"ia, tapi dia memilih orang lain"
"papah kecewa?"
"tidak karna sejak awal dia memang tidak memberi harapan pada siapapun, dia memang bersikap baik pada semua orang, jadi ketika papah memutuskan untuk menyukai nya papah juga harus terima bagaimanapun ahirnya Bukan?"
"waaah, sepertinya papah sangat menyukai nya, bahkan ketika tidak ada orangnya pun papah menggambarkan bahwa dia sosok yang istimewa"
"tidak begitu nak"
"benarkah? Apa papah dulu mencintai mamah sebesar itu?" dengan senyum jahilnya
"kenapa bertanya seperti itu?"
"tidak apa-apa, hanya ingin tau"
"tentu saja papah sangat mencintai mamah mu, sama besarnya dengan rasa cinta papah padanya"
"kenapa papah tidak mempertahankan mamah?" pertanyaan yang sejak dulu ia pendam entah mengapa keluar begitu saja
"bukan, bukan tidak ingin bertahan nak. Ketika kita menggenggam tangan seseorang terlalu kuat, sedangkan tangan itu ingin kita lepas, maka kita akan melukai dan menghancurkan tangan itu nak. Jadi bukankah kita harus melepas pegangan itu, agar ada tangan yang tepat untuk menggenggam nya?"
"papa sudah terlalu banyak melukai mamah mu, papa tidak mau egois memaksa mama terus barsama papa, bukannya kebahagian yang dia dapatkan tapi luka yang begitu banyak papa beri nak"
"lalu apa papa yakin tidak akan mengecewakan perempuan ini, seperti papa mengecewakan mamah?"
"awalnya papa takut, tapi papa berusaha menjadi lebih baik lagi nak, papa tidak mau ada orang lain lagi yang akan papa lukai, seperti kamu dan mamah mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Y ❤ U
RandomBahagia itu tidak selalu tentang kita, bisa jadi bahagia itu tentang "dirinya"..