14

12.6K 1K 41
                                    

SLEEP WITH THE DEVIL

ORIGINAL STORY BY SANTHY AGATHA


*****

Pagi harinya suasana begitu dingin, Jeno seolah tidak mau membahas percakapan mereka semalam, tetapi walaupun begitu, Jaemin tetap waspada. Mengingat sifat Jeno, tidak menutup kemungkinan lelaki itu akan melakukan segala cara untuk melaksanakan keinginannya. Dengan memasukkan obat penggugur di minumannya misalnya, siapa yang tahu? Mengingat lelaki itu pernah membiarkan minumannya dicampuri obat oleh Johnny.

Jaemin mengelus perutnya dan mengernyit sedih, meskipun bayi ini tidak diinginkan oleh ayahnya, meskipun perasaannya sekarang terluka karena Jeno lebih mementingkan kenangannya akan Minjae daripada dirinya yang sekarang ada dan hidup di depannya, Jaemin harus berusaha tegar dan kuat, demi anak ini.

"Anda akan mempertahankan anak itu kan?" suara Johnny menyentakkan Jaemin dari lamunannya. Lelaki itu sedang memasuki ruangan yang sama dengan Jaemin. Jaemin menatap Johnny dan mencoba tersenyum, Johnny sangat baik dan sopan padanya ketika dia memasuki rumah ini. Johnny pulalah yang menjelaskan kepadanya kebenaran dan merubah semua pandangannya akan Jeno.

"Aku akan menjaganya dengan nyawaku. Kau harus berhadapan denganku dulu kalau kau ingin mencelakai anak ini" Senyum terukir di bibir Johnny.

"Tidak Tuan, Tuan Jeno tidak pernah menyuruh saya mencelakai anak itu. Bahkan jika Tuan Jeno menyuruhpun, saya akan menolak, anak itu adalah keturunan Lee yang harus saya hormati pula."

Kelegaan meliputi hati Jaemin, setidaknya ada orang yang mau membela anaknya. Kemudian Jaemin menatap Johnny dengan ragu.

"Apakah kau tahu bahwa Minjae meninggal karena dia mencoba mengandung untuk kedua kalinya?" Johnny menatap Jaemin hati-hati dan menganggukkan kepalanya.

"Saya tahu, setelah kematian Nyonya Minjae. Hal itulah yang menghancurkan Tuan Jeno, bahwa dia sebenarnya berkontribusi dalam kematian Nyonya Minjae. Nyonya Minjae bisa hidup lebih lama seandainya tidak hamil..." Johnny menghela nafas panjang dan menatap Jaemin lembut, "Saya harap Anda memahami perasaan Tuan Jeno."

"Dia selalu menganggapku sebagai pengganti Minjae, dia menganggapku sama seperti Minjae." Jaemin memejamkan matanya pedih, "Anak ini anaknya, tetapi dia menyuruhku mengugurkannya," Johnny menatap perut Jaemin dan tatapannya melembut di sana,

"Saya yakin Tuan Jeno tidak pernah menganggap Anda sebagai pengganti Nyonya Minjae. Jika dia hanya menganggap Anda sebagai boneka pengganti, dia tidak akan menunjukkan emosinya kepada Anda. Anda tidak akan diperlakukan olehnya dengan begitu hormat, yang bisa saya katakan, apa yang dilakukan Tuan Jeno adalah karena dia peduli kepada Anda?"

Peduli kepadanya? Bagaimana bisa? Jeno menyuruhnya menggugurkan anaknya. Bagaimana bisa itu disebut kepedulian?

"Tuan Jeno menginginkan anak itu digugurkan karena dia mencemaskan keselamatan Anda. Dia takut Anda akan celaka dan meninggal seperti Minjae, dia takut kehilangan Anda." Jaemin menatap Johnny dengan tak percaya.

"Dia tak mungkin takut kehilanganku."

"Percayalah kepada saya," Johnny tersenyum lembut. "Tuan Jeno memang tidak pernah pandai menunjukkan perasaannya, tetapi kalau memperhatikan Anda akan tahu," Johnny membungkukkan tubuhnya, lalu berpamitan dan meninggalkan Jaemin dalam keheningan.

.

.

"Apakah kau sudah berubah pikiran tentang usulanmu semalam?" Jaemin menatap Jeno yang baru saja memasuki kamar, tidak biasanya Jeno memasuki kamar sedemikian larut, dan lelaki itu tampak lelah. Jeno menatap Jaemin sekilas, lalu melepas pakaiannya dan masuk ke kamar mandi, ketika keluar dari sana, lelaki itu tampak segar dengan piyama hitamnya.

Sleep With The Devil || NOMIN 🔞Where stories live. Discover now