27

309 35 15
                                    

Fumi duduk dengan tegap di depan sang dosen pembimbing yang sedang memeriksa berkas pengajuan kerjanya.

"Tak ada masalah, cukup memuaskan."

Fumi tersenyum lebar, lalu menundukkan tubuhnya dengan sopan.

"Terimakasih."

"Baiklah, semoga sukses saat ujian nanti. Saya yakin kau bisa, Yao Fumi."

"Sekali lagi terimakasih, laoshi."

Fumi menerima kembali berkas yang diulurkan ke arahnya, lalu mengucapkan salam sebelum akhirnya keluar ruangan.

Setelah menutup pintu, ia tersenyum lebar sambil bersandar di tembok depan ruangan. Ia merasa sangat bahagia dan lega sekarang. Setidaknya, ia merasa cukup beruntung di dalam kehidupan studi dan karirnya.

"Yosh! Semangat, Yao Fumi! Hidupmu yang sesungguhnya baru dimulai dari sini." semangatnya pada dirinya sendiri.

Fumi melangkahkan kakinya ke arah lorong. Ia terlalu sibuk memainkan ponselnya untuk memberitahu sang kakak tentang hasil konsultasinya tadi, sampai tak menyadari kalau ada seseorang yang tengah berlari dengan tergesa-gesa dari arah sebaliknya.

"Yeay! Bakal ditraktir Jingyuan ge, yippie!" girangnya sambil merentangkan tangannya lebar-lebar.


"AWAS!"


"Eh?!"



BRUK!



Fumi merintih kesakitan saat ia oleng dan sukses terjatuh setelah seseorang menabrak tangannya dengan keras. Sedangkan di depannya, ia juga bisa melihat kalau orang tadi, yang ternyata seorang laki-laki tinggi, juga tengah duduk tersungkur karena menabraknya. Berkasnya dan juga berkas orang itu sama-sama terlempar dan berantakan di lantai karena lolos keluar dari map masing-masing.

'Ya ampun, baru juga rasanya lagi beruntung.'

Fumi meraih berkas laki-laki tadi yang kebetulan terlempar di dekatnya.

"Yi Yang Qian Xi. Anak hubungan sosial juga? Kok gak pernah lihat, ya?" gumamnya sembari berdiri.

"Ah! Maaf!"

Fumi mendongak. Laki-laki itu sudah menunduk sopan di depannya.

"Ini. Sudah kubereskan."

Mata Fumi beralih ke berkasnya yang sudah diulurkan ke hadapannya. Dengan canggung, ia mengambilnya dan bergantian memberikan berkas milik orang itu.

"Terimakasih. Ini milikmu."

Sosok bernama Qianxi tadi menegakkan kembali tubuhnya dan tersenyum simpul.

"Makasih kembali." balasnya sambil menatap ke arah Fumi.

Fumi mengedipkan matanya beberapa kali. Meski sosok di hadapannya kini memiliki wajah yang sangat dingin, tapi mata bulatnya yang tajam seakan mampu menyalurkan kehangatan yang entah Fumi pun tak tau kenapa ia bisa merasakannya.

Angin dingin musim semi yang tiba-tiba berhembus pun seakan tak terasa di kulitnya. Apa ia akan jatuh cinta lagi dengan cepat begini?

Tidak.

Red Organdy | WenXuan - Zhenyuan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang