17 ▶ DROP

18.3K 2.4K 681
                                    

Banyak typonya dicerita ini. Selamat membaca!

-Sudah direvisi 01 Oktober-

Kedua orang tua Vini tiba di rumah sekitar pukul 11 malam, tentunya Vini serta Vano tidak tahu soal kepulangan Fika dan Andi karena mereka sudah tidur.

Dan pagi ini di meja makan mereka baru saja memulai sarapan pagi bersama, menu yang mereka makan hanya bubur ayam saja karena Fika atau Vini tidak sempat masak.

“Oh iya Vin. Oleh-oleh buat kamu sama Vano ada di kamar mamah, nanti kamu ambil aja yang paper bag warna putih,” ucap Fika sebelum menyuapkan buburnya.

Vini mengangguk. “Iya mah,”

Kegiatan sarapan pun mulai dengan hening dan santai, sampai beberapa menit berlalu akhirnya selesai.

Andi mengelap sudut bibirnya kemudiam berdeham. “Ekhem...” sontak Vini, Vano, serta Fika menatap pria itu.

“Ada apa pah?” tanya Vini.

“Papa cuma mau ngasih tau ke Vano. Kalau minggu depan, dia sudah bisa kerja di kantor,”

Mendengar itu Vini menatap sang suami. “Jadi Kak?” tanyanya.

Vano mengangguk singkat. “Jadi,”

Andi tersenyum senang akhirnya dia tak perlu repot-repot mencarikan karyawan baru.

“Akhirnya kerja bareng mantu. Walaupun sebentar,” ujar Andi. Fika tersenyum geli sendiri.

“Semoga aja pas Vano udah lulus, bisa lanjut lagi di tempat kamu pah,” kata Fika.

Vano tersenyum kecil. “Aamiin,” balasnya.

Tidak lama Vini pergi ke kamar mandi karena ingin buang air kecil, setibanya di sana tiba-tiba saja kepala Vini terasa berat belum lagi pandangannya mengabur.

Pusing banget, batin Vini.

Tidak lama ke luar dari kamar mandi Vini berjalan pelan-pelan, tentu saja hal itu menarik atensi Vano, lalu Vano pun segera menghampiri sang istri.

“Kamu kenapa?” tanya Vano saat tiba di sebelah Vini.

“Pusing...” jawab Vini.

“Aku gendong ya?” tawar Vano, karena sangat pusing akhirnya Vini mengangguk setuju.

Dan setelah Vini digendong ala bridal style, Vano membawanya ke kamar untuk membaringkan Vini di kasur. Sementara Fika yang sibuk mencuci piring sontak panik.

“Van, Vini kenapa?”

“Pusing katanya,”

“Ya allah. Kirain mama dia kepeleset, ya udah gih suruh tidur aja. Nanti siang biar dibawa ke dokter,” Vano memanggut paham kemudian melanjutkan jalannya lagi ke kamar.

Vano membaringkan tubuh Vini dengan hati-hati, sorot mata lelaki itu menatap khawatir sang istri. “Kamu gapapa aku tinggal sebentar?” tanya Vano.

MINE! - TAMAT ( RE-PUBLISH) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang