14. Masih Doni

9 1 2
                                    

~Manusia memang lucu, mereka kadang lebih suka mengejar seseorang yang jauh dan tak mau sadar akan seseorang yang setia mengikuti dibelakangnya~


"Makasih Don"

Killa melepas helm dan menyerahkannya pada Doni. Doni menerima helm yang Killa ulurkan setelah membuka helmya. Doni turun dari atas motornya untuk mengaitkan helm yang baru saja dipakai Killa ke motornya.

"Lain kali ngga perlu nganterin kok Don" gerakan tangan Doni yang tengah memasang helm ke pegangan jok belakang terhenti.

Doni menyejajarkan tubuhnya ke arah Killa, menghadap gadis tersebut dengan ekspresi kebingungan. "Kenapa?"

"Ngerepotin lo nantinya"

Doni tersenyum "Gue kira kenapa, kan gue yang nawarin Kil, jadi gue nggak repot"

"Emm, eh iya waktu itu susunya udah diminum sama Reno Don?" Killa mengalihkan topic, sebenarnya ia bingung harus menanggapi apa.

"Kil" panggil Doni dengan suara rendah, tangan Doni pun memegang lengan Killa.

"Kenapa? Udah diminum pasti nih, Doni mah hebat buat bujuk Reno nih, yak an?" tanya Killa dengan tangan menepuk-neput tangan Doni yang masih bertengger di lengannya. Ia sangat yakin Doni ini adalah manusia yang bisa diandalkan, mungkin Killa kedepannya akan lebih dering meminta tolong pada Doni untuk urusan Reno.

"Kil, lupain Reno ya?" tanya Doni dengan berhati-hati.

"Kok gitu sih jawabannya, nggak diminum ya? Ih dasar Reno!" balas Killa dengan tertawa, karena sempat tak nyaman dengan suasananya, apalagi Doni yang tiba-tiba merendahkan nada bicaranya.

"Dengerin kil" kini kedua tangan Reno telah berada di pundak Killa, pandangan serius pun ia arahkan pada Killa supaya Killa mau mendengarkannya. "Gue suka sama lo Kil, lupain Reno yah? Reno ngga suka sama lo, dia masih ada rasa sama sindy, dia masih belum lupain masa lalunya. Daripada lo ngejar Reno terus mending lo sama gue" Killa melongo, pikirannya sepertinya telah karatan makannya ia sulit memproses kata-kata Doni. "Gue emang ngga secakep Reno tapi gue akan berusaha buat ngebahagiain lo, sama gue aja yah?"

"Bentar-bentar" Killa melepaskan kedua tangan Doni yang bertengger di pundaknya, "Itu barusan nembak ya?" tanyanya polos, sungguh Killa tak menduga kalau Doni akan menembaknya, bahkan memikirkan Doni menyukainya saja tak pernah. Situasi ini terlalu mendadak menurutnya.

Doni tersenyum Killa terlihat imut jika sedang lemot, batinnya. "iya gue nembak lo, nggak perlu jawab sekarang, pikirin aja dulu gapapa. Tapi gue tetp nunggu"

Killa mengangguk spontan.

"Ya udah gue balik ya" Doni menaiki motornya, memasang helm fullfacenya ke kepalanya.

"Eh Don" Killa menghentikan tangan Doni yang akan menjalankan motornya. "Gue mau jawab sekarang aja" yah Killa telah membulatkan tekadnya, ia tak akan membuat Doni menunggu jawabannya darinya, lebih baik ia langsung memberi kepastian saja.

Doni kembali menyetandarkan motornya, turun dari motornya dan menghadap Killa untuk mendengarkan jawabannya, hatinya deg degan menatap Killa.

"Makasih udah suka sama gue, makasih udah baik sama gue, makasih buat semuanya, kaya yang lo tau gue emang selalu ngejar Reno padahal gue pun tahu kalau Reno masih belum lepas sama masa lalunya, gue emang selama ini kaya ngelakuin sesuatu yang percumah" Killa menundukkan kepalanya dala-dalam, ia tak berani menatap Doni. Tangannya berkeringat disamping tubuhnya. "Tapi Don gue yakin usaha gue ngga akan sia-sia, gue masih punya banyak harapan buat Reno. Jadi sorry gue ga bisa bales perasaan lo"

Killa sungguh merasa bersalah pada Doni, dengan segala kekuatan ia mendongakkan kepalanya perlahan, ingin melihat reaksi Doni. Dirinya terkejut, ia kira Doni akan memasang wajah kecewa, namun ternyata Doni justru tersenyum kearahnya.

Doni mengulurkan tangan kanannya untuk mengelus kepala Killa. "Gapapa, gue juga udah mikir kalo lo bakal nolak gue, tapi Kil gue nggak akan berhenti di sini aja, gue akan selalu ada kalo lo lagi sedih, gue akan biarin lo ngejar Reno, dan gue juga nggak akan nglepasin lo gitu aja" Killa kembali menundukkan kepala ia merasa bersalah, rasanya sungguh tak nyaman setelah menolak seseorang. Perasaannya makin tak enak, ditambah tangan Doni yang masih mengelus kepalanya.

"Tapi kalo lo udah capek ngejar Reno, inget, lo masih punya gue yang ada dibelakang lo, gue akan setia nunggu lo" tambah Doni, Killa mendongakkan kepalanya, menatap Doni, wajahnya tampak tersenyum, namun jelas terdengar nada kekecewaan dari ucapannya. Killa pun bingung menanggapi apa, dan hanya anggukan yang ia balaskan.

Doni menurun kan kedua tangannya. Killa masih menunduk, keheningan terjadi diantara keduanya selama beberapa menit. Mungkin keduanya membutuhkan waktu untuk saling berpikir.

"Yaudah gue pulang dulu ya?" ucap Doni sambil mencubit hidung Killa gemas. Sengaja mencairkan suasana yang tadinya canggung

"ish, nggak usah nyubitin hidung dong" balas Killa dengan tangan yang terangkat untuk menggeplak lengan Doni. Baru juga di tolak ngeselinnya langsung keluar.

"yaudah sana pulang cepet" usir Killa. Tangannya juga mengibas-ngibas mengisyaratkan Doni agar cepat pergi.

"gue duluan yaa?" pamit Doni.

Setelah Doni menghilang dari pandangannya, Killa memasuki rumah dengan langkah lesu.

"Assalamualaikum, Mah? Pah? Bang?" Killa berkeliling ke seisi rumahnya, sepertinya rumah ini kosong.

"Annyeonghaseo chingudeul!!"

Tak ada teriakan nyaring mamanya.

"YOROBUN?!!"

Masih tak ada jawaban sama sekali.

Killa mendesah, sepertinya ia memang benar-benar sendirian. Killa menaiki tangga menuju ke kamarnya, tubuhnya sangat lelah pikirannya apalagi, tak biasanya pikirannya digunakan untuk berpikir keras.

Dilepaskannya tas gendong miliknya dan menaruhnya ke kursi di depan meja belajar. Dilepaskannya ikat rambut warna pink dari kepalanya, ia merasa makin pusing karena ikatannya terlalu kuat.

Killa mendesah.

Tubuhnya ia jatuhkan di atas kasur empuknya, sebelah tangannya pun terlipat diatas kepalanya menutup mata. Pikirannya berkelana ke kejadian beberapa waktu lalu. Sungguh ia merasa energinya terkuras karena berfikir terlalu keras, mungkin memang benar kalu otaknya sudah karatan.

Ia masih merasa tak enak dengan Doni, namun tadi Doni seperti biasa saja, bahkan sifat menyebalkannya masih ada. Killa bersyukur hubungannya dengan Doni tidak canggung karena Doni terlihat berusaha membuat suasana tak canggung.

"Sorry Don" Ucap Killa pelan sebelum terlelap ke alam mimpi.

30 Mei 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAKILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang