Bagian 4

60 9 2
                                    

Senandung lagu dalam ruangan terdengar begitu nyarin sampai sampai orang orang ingin menutup telinganya. Aster dengan riang gembira menari nari karena selesai membereskan tumpukan dokumennya.

"Akhirnya aku bebas, bwahahaha"

Tok tok tok

Pintu di ketuk, Aster kembali memasang tampang kalem. Ia duduk di kursinya sambil memasang kacamatanya.

"Yang Mulia, ini saya. Bolehkah saya masuk?"

Ehem

"Ya, silahkan"

Seorang pelayan dengan sebuah gerobak membuka pintu, ia masuk sambil mendorong gerobak tersebut.

"Yang Mulia, saya membawakan teh dan cemilan untuk anda. Tuan Theodore juga menyuruh saya untuk memintak anda menyelesaikan berkas ini"

Pelayan itu menunjukkan sebuah berkas dengan tebal 20 cm.

"Ah, kebetulan aku baru menyelesaikan berkas lainnya. Ya sudah letakkan saja di sini" ucap Aster dengan sombong.

Pelayan itu tersenyum meletakan berkas itu di atas meja. Kemudian dari bawah gerobak yang ia dorong, pelayan itu mengeluarkan berkas lainnya. Ada sekitar 7 tumpukan berkas dengan tinggi 50 cm.

"Help me," batin  Aster.

Pelayan itu pamit kemudian pergi. Aster menatap cemilan yang ada di meja dengan miris. Ia sangat ingin memakannya. Namun, satu detik akan berharga karena jika berkas berkas itu tidak diselesaikan dengan cepat, sudah dipastikan Aster akan kekurangan tidur di malam hari.

"Menyedihkan sekali seorang petarung haus darah sepertiku justru harus duduk di atas kursi seharian dengan matanya fokus pada kertas dan tangannya sibuk menari nari di atasnya."

"Itu memang cocok untuk anak manis sepertimu Aster," ucap Aes yang tiba tiba saja datang entah dari mana.

"Huaa"

Bugh

Aster berteriak kaget sampai sampai ia terjatuh. Aes tertawa keras melihatnya barulah kemudian menolong Aster berdiri.

(Anggap wajah aes kya gitu, sumber gambar : Google)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Anggap wajah aes kya gitu, sumber gambar : Google)

"Ada apa?" tanya Aster terus terang.

Matanya kembali berfokus pada tumpukan kertas yang menumpuk.

"Aku hanya penasaran mengapa serangga dari Kerajaan Seblak itu akhir akhir ini sangat menyebalkan"

"Lebih dari itu mereka memintakku untuk menikah dengan anaknya Robert"

"Pfft, jika Antonio tau siapa Carlina yang sebenarnya dia pasti akan membunuhmu kalau kau menyetujui usulan itu"

"Aku tau, para utusan Seblak sialan itu mengacaukan segalanya," kesal Aster. Ia menggenggam pena begitu kuat sampai patah.

Aster kemudian memanggil pelayan untuk menyiapakan pena baru. Saat pelayan itu pergi Aes memasang tatapan serius.

Ikanaide (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang