Bagian 7

56 9 5
                                    

Di sebuh hutan yang rimbun, ada sekelompok manusia bersisik yang berkumpul. Desiran sisik mereka terdengar mengerikan setiap kali mereka menggerakan tubuh mereka.

"Yang Mulia, kedua prajurit kita sudah tewas di tangan manusia" ucap seorang pria berkulit putih halus dengan sedikit sisik di pipi kirinya.

Matanya berwarna merah dengan rambutnya berwarna biru safir. Ia berlutut di hadapan ular putih yang sedang melilit sebuah pohon.

"Keterlaluan! Berani sekali manusia sombong itu membunuh anak-anakku. Yang Mulia, mohon izin hamba untuk balas dendam" ucap seorang wanita bersisik hijau.

"Yang Mulia, mohon beri perintah" sorak manusia bersisik lainnya.

Kobarana api merah menyala dan membakar semangat bertarung mereka. Sang ular putih berubah menjadi manusia yang sangat tampan. Para manusia ular langsung berlutut padanya. Tak ada yang berani menatap mata pria itu. Penampilannya sangat sempurna layaknya manusia.

Ia berjalan dengan perlahan, hembusan angin mengobarkan rambutnya. Ia tampak sangat gagah. Ada sebuah luka sayatan kecil yang menghiasi pipinya menambah kesan pejuangnya.

"Tenanglah anak-anakku, kita tidak boleh gegabah. Cukup awasi saja dia saat ini"

***

Kembali ke kerajaan Aesteler, seorang pria dengan wajah lesu memegang pena menantikan kehadiran pelayan datang membawakan cemilan siang untuk dirinya. Rambut hitam gelap yang sedikit panjang tertiup oleh angin yang masuk melalui jendela kaca di belakangnya.

"Kali ini semoga saja cemilanku tidak dicuri" doanya dalam hati.

Tap tap tap

Langkah kaki terdengar, telinganya menajam agar bisa mendengar dengan jelas. Hidungnya bergerak mencoba menghirup aroma cookies yang akan menjadi cemilannya. Entah itu rasa apa, yang jelas ia berharap makanan itu bisa sampai ke lambungnya.

Ceklek

Pelayan datang dengan segerobak makanan. Aster mencoba memasang ekpresi datar.

"Letakan saja di meja sana, nanti akan aku makan"

"Baik, Yang Mulia hamba izin undur diri"

"Hmm"

Saat pelayan itu pergi Aster segera menuju ke meja yang ada di tengah tengah ruangan tersebut, baru saja hendak mengambil makanan yang ada di sana Aes datang lebih dahulu dan membawanya secepat kilat lalu kembali menghilang.

Hampa, begitulah kini yang Aster rasakan. Aroma makanan yang masih tertinggal membuatnya merasa seperti seorang pria yang kehilangan wanitanya.

"Inikah yang dinamakan patah hati?" guman Aster.

"Aku tidak percaya kalau seorang kaisar tidak boleh memakan cemilan yang dibuatkan untuk dirinya"

Setengah jatah makannya juga kadang dicuri oleh Aes, kini cemilannya juga diambil. Setiap kali Aster ingin memintak makanan tambahan para pelayan menatapnya dengan tatapan hina. Kemaren saja pria itu sampai memenggal kepala seorang prajurit yang berani memandang rendah dirinya karna dulu pernah tinggal di daerah kumuh.

Tok tok

Suara ketukan pintu berbunyi, perlahan pintu terbuka lebar, Felicia masuk ke dalam ruangan bersama dengan Ashe. Keduanya terlihat seperti kucing dan tikus yang sangat serasi. Membuat Aster tertawa dalam hati menyaksikannya.

"Ada apa?" tanya Aster dengan nada dan wajah datar.

"Apa aku boleh memintak izin untuk mengganti pengawal? Pria menyebalkan ini tidak memiliki sopan santun dan rasa hormat padaku. Dia tak layak menjadi pengawalku"

"Haaah, tunggu sebentar tuan putri Alicia bagaimana caranya saya menghormati anda sedangkan tingkah anda tidak mencerminkan seorang putri sama sekali"

"Apa sekarang kau menghinaku?"

"Permisi nona, saya hanya menyampaikan fakta. Putri mana yang melompat keluar jendela kamarnya dengan mengenakan piama berlari menuju ruang latihan para kesatria"

'Mereka ini lagi lagi' gerutu Aster dalam hatinya. Ia akhirnya membiarkan keduanya berdebat sedangkan tanganya sibuk dengan kertas dan pena.

Aster kemudian teringat akan satu hal menghentikan pertengkaran kecil antara Felicia dan Ashe.

"Kalian berdua bisakan memeriksa ini untukku" ujarnya sambil menunjuk sebuah peta.

"Di sini, tempat ini bukan wilayah milik kerajaan manapun. Ada legenda yang mengatakan kalau tempat ini merupakan wilayah klan serpen"

"Kerupuk Seblak?" ucap Felicia sambil menyengit pada Aster.

"Ehem, aku menamai tempat itu sebagai Kerupuk Seblak. Tempatnya sangat dekat dengan desa Kerupuk di kekaisaran Seblak. Sudah banyak orang yang ku utus ke sana namun tak kunjung ada yang selamat"

'Aku bahkan kehilangan istri dan anakku di sana,' sambung Aster dalam hati.

Ashe dan Felicia kemudian saling pandang. Entah apa arti dari tatapan mereka keduanya pergi dengan membawa peta di tangan Ashe. Melihat keduanya menghilang dari hadapannya Aster terduduk lemas. Sekeping kenangan muncul dalam ingatannya.

Memori yang sudah lama ingin ia lupakan kembali teringat dalam ingatannya. Ia tersenyum pahit pada kenyataan hidupnya. Gadis itu, bagaimana keadaannya sekarang. Dulu sekali Aster pernah berjanji akan selalu bersamanya. Satu satunya gadis yang tersenyum padanya.

"Aku yakin nanti mereka pasti akan bertemu. Sedikit lagi untuk mencapai tujuan kita, bukankah begitu Stela?" ucap Aster.

Sebuah pisau melayang hampir menebas lehernya. Seorang gadis tiba tiba saja muncul dan berlari ke arahnya sambil menodongnkan pisau ke leher Aster.

"Ini adalah tujuanmu, aku sangat tidak suka dengan keputusanmu"

Aster terkekeh menanggapi Stela. Gadis itu sudah lama berada di sana untuk mengamatinya. Tentu saja mereka tau di mana letak tubuh Duke sebenarnya namun Aster memilih merahasiakannya.

"Apa rencanamu?" tanya Stela. Gadis itu tau semua kana menjadi lebih mudah jika Aster mengungkapkan semua yang ia ketahui.

"Kau tak perlu tau, diam dan nikmati saja pertunjukannya" seringai Aster. Ekspresi wajah Aster kemudian menjadi jahat. Stela menatapnya dengan pandangan tidak suka.

Gadis itu kemudian pergi untuk melaporkan kejadian itu pada ayahnya. Antagonis sesungguhnya sejak awal memanglah dirinya. Hanya karena seorang gadis yang pernah Aster temui dulu membuat pria itu kehilangan akal sehat.

Penculikan Asyla oleh Robert, Antonio yang menyerahkan tahtanya pada dirinya serta ia menjauhkan orang orang kepercayaan Asyla dari Aesteler merubakan bagian dari rencana Aster. Sekarang Aesteler berada di bawah kendalinya. Tanpa kehadiran Felicia dan Ashe ia bisa memanipulasi para bangsawan dan rakyat.

"Enak saja kau bisa bersenang senang dengan kekasihmu, kasih sayang ayah dan cinta semua orang di saat aku harus menanggung semua derita seorang diri. Antonio saatnya kau merasakan kehancuran"

Baru saja mengucapkan kalimat itu kepala Aster menjadi pusing.

"Bodoh! Berhentilah melawan, kau juga menginginkan ini bukan?" ucap Aster sambil memegang kepalanya ia berbicara sendiri.

Sementara itu di tempat lain Asyla merasakan perasaan tidak tanpa sadar ia menyiram tangannya sendiri dengan air panas. Kegelapan yang pekat, Asyla merasakan bahwa kegelapan itu berasal dari Aesteler.

"Kau baik baik saja?" tanya Aes.

Asyla membalasnya dengan senyum singkat. Ada sesuatu yg tak beres di sana namun gadis itu yakin semua akan baik baik saja karna ada Aster di sana.

Bersambung....

Aku kembali lagi setelah sekian lama menghilang :) Mod ku ancur sampai sekarang masih ancur. Hanya karena seekor mahkluk berjenis cowok aku sampai hilang semangat.

Jujur aku bahkan udah lupa alur. Ku ulang lagi bacanya tapi aku lupa nih cerita mau dibuat kya gimana. Aku bakalan usahain namatin nih cerita. Makasih buat kalian yang masih setia membaca. Sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya.

Manusia Kacang

Ikanaide (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang